Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti kegiatan retret di Rumah Retret Santa Maria, Tawangmangu. Retret ini merupakan retret tahunan wajib bagi para frater (calon Pastor dalam Gereja Katolik) Kongregasi SCJ. Tema retret ini adalah soal keheningan dan hidup doa. Dalam bagian keheningan batin salah satu tema yang menarik adalah tentang meditasi.
Meditasi merupakan salah satu cara untuk menenangkan diri dalam keheningan batin. Banyak agama atau kepercayaan yang menggunakan meditasi sebagai cara untuk menemukan kehendak Sang Pencipta. Dalam pelaksanaan, banyak teknik dalam melakukan meditasi, sesuai dengan tujuan meditasi tersebut.
Meditasi bukan hanya sekedar kegiatan untuk berdiam, tetapi lebih dari itu tujuan meditasi untuk mendengar suara Pencipta dalam keheningan. Banyak orang memahami bahwa meditasi hanya golongan tertentu saja. Faktanya, bahwa semua orang boleh melakukan meditasi.
Meditasi Sebagai Jalan
Dalam beberapa pemahaman, meditasi sering diartikan sebagai jalan menuju diri sendiri sekaligus jalan menuju kepada Tuhan Sang Pencipta. Meditasi merupakan bentuk keheningan batin yang melampaui pikiran dan kata-kata. Maksudnya adalah dalam meditasi orang akan semakin mengenali dirinya sendiri dan juga dapat menemukan ketenangan.
Banyak orang yang menganggap bahwa meditasi merupakan bentuk pelarian dari kenyataan. Padahal sebaliknya, meditasi mengajak orang untuk menghadapi kenyataan yang paling dalam. Orang harus menyadari bahwa hidup bukan sekadar pencapaian duniawi, tetapi ziarah spiritual menuju sumber sejati kehidupan. Meditasi bisa menjadi jalan untuk sampai kepada penyadaran tersebut.
Meditasi merupakan jalan pulang ke rumah. Bukan ke rumah yang dibangun oleh tangan, tetapi ke rumah batin yang menjadi tempat kehadiran Tuhan yang senantiasa menunggu. Ia bukan berada jauh di langit, melainkan dekat di hati.
Meditasi adalah pengalaman Pribadi
Banyak orang bijak mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik manusia. Dalam meditasi orang tidak hanya sekadar diam tanpa pikiran, tetapi lebih kepada refleksi. Dalam bermeditasi orang akan menggunakan pengalaman, entah itu pengalaman pribadi atau orang lain untuk sungguh masuk ke dalam suasana batin.
Melalui pengalaman tersebut, seseorang akan menemukan arti dan makna dari meditasi itu sendiri. Meditasi juga akan menghasilkan pengalaman baru dalam diri seseorang. Pengalaman meditasi juga akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk bisa mematahkan belenggu batin yang membuat cemas dan takut.
Setiap manusia menyimpan kerinduan terdalam untuk mengalami cinta dan menyatu dengan sesuatu yang melampaui dirinya. Kerinduan itu tak selalu bisa dijelaskan dengan kata-kata, sebab ia bukan masalah logika, melainkan batin. Dalam konteks inilah, meditasi hadir sebagai pengalaman yang sangat pribadi, pengalaman setiap jiwa dalam mencari dan menjumpai Sang Pencipta Semesta.
Tiga Kunci Dasar Meditasi
Dalam melakukan meditasi seseorang harus mampu dan bisa untuk memahami dasar-dasarnya. Ada setidaknya tiga hal dasar yang harus menjadi perhatian dalam melakukan meditasi, yaitu sadar, fokus, dan penuh kasih.
Kesadaran adalah fondasi utama dalam meditasi. Dalam konteks ini, sadar berarti hadir sepenuhnya dalam momen saat meditasi, tanpa menolak apa pun yang sedang terjadi sekalipun. Kesadaran akan membawa orang pada pengalaman perjumpaan dengan Tuhan. Dalam meditasi, seseorang harus bisa menyadari napas, menyadari tubuh, menyadari pikiran yang datang dan pergi, tanpa melekat ataupun menolak.
Dalam meditasi, fokus menjadi hal yang sangat penting karena terkait dengan kelancaran meditasi. Fokus melatih pikiran agar tidak liar dan terseret arus. Seperti seorang pendaki yang menapaki satu batu pijakan demi pijakan, fokus menjaga agar tidak jatuh dalam kekacauan pikiran yang tidak menentu.
Yang ketiga adalah penuh kasih. Meditasi yang sejati tidak pernah terlepas dari kasih. Tanpa kasih, meditasi hanya menjadi teknik kering tanpa arti dan mungkin terpisah dari relasi batiniah dengan Tuhan dan sesama. Dalam meditasi, orang harus bisa mengembangkan kesadaran yang penuh kasih terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, dan terhadap semesta.
Sikap batin yang harus dibangun adalah dengan menerima segala hal sebagaimana adanya. Orang menyambut setiap emosi, luka, dan pikiran dengan kelembutan, bukan penolakan. Selain itu dalam meditasi juga mengarahkan niat baik kepada semua makhluk dengan seruan semoga semua bahagia, damai, bebas dari penderitaan.
Mengendalikan Rasa Takut Saat Meditasi
Bagi sebagian orang, meditasi menjadi sesuatu yang menakutkan. Mengapa? Karena dalam meditasi orang sungguh harus masuk dalam keheningan batin. Jika orang tidak kuat untuk masuk dalam keheningan tersebut, maka ia tidak akan bisa bermeditasi dengan baik. Mereka takut pada pikiran sendiri, takut akan “kekosongan”, takut kehilangan kendali, bahkan takut pada bayangan atau luka masa lalu yang mulai muncul ke permukaan.
Ada setidaknya dua hal yang dapat menjadi cara untuk mengatasi ketakutan yang muncul. Pertama adalah menerima rasa takut itu dan tidak menolaknya. Perasaan takut merupakan bagian dari pengalaman manusiawi, maka seseorang tidak perlu menolak pengalaman itu.
Kedua adalah menyadari bahwa Tuhan selalu hadir melalui doa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Hal ini akan membawa ketenangan jiwa dan membuat meditasi semakin terfokuskan. Kedua hal tersebut dapat menjadi cara untuk sungguh masuk dalam suasana meditasi yang semakin menenangkan jiwa.
Akhirnya saya menyimpulkan bahwa meditasi bukanlah tujuan utama, tetapi menjadi jalan untuk mencapai persatuan dengan Sang Pencipta. Memang ada banyak cara untuk mencapai persatuan itu, dan meditasi menjadi salah satunya. Orang bermeditasi bukan untuk mencari kekuatan, tetapi mencari pengalaman iman akan persatuan dengan Sang Khalik. []