• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kehidupan Dunia Hari ini Menyimpan Magma

Keadaan di dunia ini dengan segera dan secara tak terelakkan kemarahan, memunculkan keterpurukan ekonomi dan kemiskinan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
28/09/2021
in Hikmah
0
Doa Malam Nisfu Sya'ban

Doa Malam Nisfu Sya'ban

144
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setidaknya dalam dua dasawarsa ini, kita melihat  keseimbangan ruang sosial dan alam tempat manusia hidup dan berkehidupan sedang terganggu, menggelisahkan dan membuat cemas. Kekuasaan, kekayaan, ketamakan, kecemburuan dan ambisi-ambisi sejumlah orang tengah menghantui kehidupan sosial kita.

Keadaan di dunia ini dengan segera dan secara tak terelakkan kemarahan, memunculkan keterpurukan ekonomi dan kemiskinan. Manusia-manusia rentan makin termarjinalkan dan teralienasi. Tak menakjubkan jika ini kemudian meletupkan ledakan-ledakan emosional, aksi-aksi radikalistik, dan teror.

Pada dimensi lain, kerusakan alam dan lingkungan kehidupan manusia hari ini menjadi makin meluas dan tajam. Sejumlah bencana alam yang terjadi amat sering di banyak tempat di dunia. Ia  adalah fenomena geliat alam yang merana, kerontang, panas bagai neraka dan tertindas.

Tangan-tangan perkasa yang rakus telah membangkitkan kemarahan langit dan bumi.  Situasi ini pada gilirannya  melahirkan dampak serius bagi kelangsungan hidup manusia sendiri. Jutaan orang menjadi miskin, menderita, mati kelaparan dan kehausan. Hari ini dunia kemanusiaan tengah menghadapi krisis lingkungan maha dahsyat dan mengancam eksistensi mereka.

Belakangan muncul fenomena mengejutkan. Sebagian  pemimpin agama atau seperti pemimpin agama seakan ingin merespon realitas di atas dengan caranya sendiri yang tak lazim. Mereka tampil layaknya politisi sekular, melakukan puja-puji atas diri dan kelompoknya sambil merendahkan, mensesatkan dan menyingkirkan kelompok lain, tanpa basa-basi sedikitpun alih-alih humor yang menepis luka sesaat. Inilah praktik denominasi. Mereka lebih suka bicara tentang moralitas personal, ibadah individual, praktik seksual sambil merendahkan dan melecehkan perempuan dan anak. Mereka jarang bicara isu-isu kemanusiaan, keadilan dan kasih sayang.

Baca Juga:

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

Fenomena seperti ini membuat Agama berikut pesan-pesan spiritualitas dan transendentalnya telah kehilangan makna genuin dan sakralitasnya. Ia bukan lagi menjadi sumber cahaya, ruh dan  spirit yang mengembuskan  kekuatan, menawarkan jalan keluar dari problematika dan kesulitan hidup manusia, memberi rasa aman dan damai, malahan tampil dengan sosok yang seram, menakutkan, merendahkan manusia rentan. Agama acap digunakan sebagai senjata pamungkas untuk mengalahkan dan menghancurkan “liyan” dan alam, tempat manusia bereksistensi.

Itulah realitas-realitas kehidupan kita yang terus bergerak begitu bebas, bahkan liar, dan penuh paradoks.  Dunia manusia hari-hari ini menyimpan magma gelisah, cemas, khawatir, depressi dan frustasi. Masa depan manusia dan kemanusiaan bagai diliputi kabut, suram, muram dan runyam.

Tetapi kita tak boleh menyerah. Seluruh Agama, kode etik sosial-politik, norma-norma kemanusiaan dan  tradisi-tradisi spiritual, sepanjang zaman, selalu hadir untuk membebaskan penderitaan umat manusia yang diakibatkan oleh penindasan dan pembodohan sistemik di satu sisi, menebarkan cahaya ilmu pengetahuan dan keadilan di sisi yang lain.

Semuanya bergerak untuk  mewujudkan kesejahteraan sosial dan kedamaian yang menyeluruh, tanpa kecuali. Dalam konteks tradisi agama-agama, (Islam) cita-cita tersebut ditempuh melalui tujuh pilar perlindungan manusia : 1. Perlindungan atas eksisensi hidup. 2. Perlindungan atas martabat  manusia (dignity). 3. Perlindungan atas kebebasan berpikir dan berekspresi. 4. Perlindungan atas keyakinan/kepercayaan individu. 5. Perlindungan atas Kesehatan reproduksi. 6. Perlindungan atas hak milik ekonomi, dan 7. Perlindungan atas lingkungan hidup.

Pandangan ini pada gilirannya membawa serta konsekuensi logis bahwa kita semua dituntut berjuang dan bekerja secara terus menerus dan tanpa lelah, demi kemanusiaan, menghormati kesucian martabat orang lain, menaklukkan kecenderungan egoisme dan arogansi yang ada dalam diri kita sambil meletakkan orang lain di dalam hati kita, dan memandang tiap manusia tanpa kecuali, sebagai ciptaan Tuhan yang setara dan mulia. (bersambung).

Tags: Alam SemestabumiHikmahKebijaksanaankehidupankemanusiaanKH Husein MuhammadLingkunganmanusia
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID