Mubadalah.id – Kelahiran Nabi Muhammad bin Abdullah adalah anugerah Allah untuk alam semesta. Ia disambut dengan penuh sukacita, bukan hanya oleh makhluk Allah di bumi, melainkan juga di langit.
Ibnu al-Jauzi seorang ulama pengikut aliran pemikiran Ahmad bin Hanbal terkemuka menggambar peristiwa kelahiran Nabi yang agung itu dengan sangat indah.
Katanya: “Ketika Muhammad lahir. Malaikat di langit menyiarkan beritanya dengan suara riuh rendah. Jibril datang dengan suara gembira. Arasy bergetar.”
“Para bidadari surga keluar menebarkan aroma wewangian. Ketika Muhammad lahir, Aminah, ibunya, melihat cahaya menyinari istana Bosra. Malaikat mengelilinginya dan membentangkan sayap-sayapnya sambil menyenandungkan puja puji kepada Tuhan.”
Malam kelahiran Nabi adalah malam yang bertaburan cahaya yang memancar dari langit biru bening.
Kemudian, Syekh Al-Barzanji menyenandungkan kidungkidung Madah dan puisi-puisi Na’tiyah menyambut kelahiran sang Nabi, sang calon pemimpin dunia itu.
Aduhai Nabi, Selamat dan Damailah Engkau. Duhai Rasul, Salam dan Damailah Engkau. Aduhai kekasih, Selamat dan Damailah Engkau Sejahteralah Engkau.
Telah terbit purnama di tengah kita.
Maka tenggelam semua purnama.
Seperti cantikmu tak pernah kupandang. Aduhai wajah ceria.
Engkaulah matahari.
Engkau purnama.
Engkau cahaya di atas cahaya Engkau permata tak terkira.
Kau lampu di setiap hati.
Duhai kekasih, aduhai Muhammad.
Aduhai pengantin rupawan.
Aduhai yang kokoh, yang terpuji Aduhai imam dua kiblat.
Puisi-puisi ini dinyanyikan dan dihafal oleh masyarakat muslim hampir di seluruh dunia muslim, tak terkecuali Indonesia.
Pada saat puisi-puisi ini bacakan, orang-orang yang hadir bangkit berdiri dalam sikap penuh penghormatan terhadap sang Nabi. Mereka membayangkan seakan-akan sang Nabi datang dan hadir di tengah-tengah mereka. []