• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia

Nabi Muhammad Saw tak bisa dan tak boleh memaksakan keyakinan agama yang dibawanya kepada orang lain. Kepada kekasih-Nya itu, Allah Swt mengatakan, "Kamu tidak punya hak memaksa mereka."

Redaksi Redaksi
24/03/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
keragaman

keragaman

645
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Alam semesta secara faktual adalah warna warni, beragam, dan plural. Keanekaragaman itu telah ada sejak Tuhan menciptakannya. Wujud keragaman alam semesta ini adalah Kehendak Tuhan untuk manusia.

Dalam warna warni ada keindahan, dalam keragaman ada rahmat, dan dalam pluralitas ada dinamika kehidupan.

Realitas alamiah semesta itu menunjukkan bahwa tidak ada makhluk yang sama di muka dunia ini sejak ia diciptakan Tuhan sampai hari ini dan mungkin sampai kiamat. Yang ada adalah kemiripan, keserupaan, dan seakan-akan belaka.

Perbedaan manusia tersebut tidak hanya menyangkut wajah, melainkan juga pikiran, keinginan, cita-cita, hasrat, keyakinan atau agama dan jalan hidup.

Perbedaan antar manusia adalah sunnatullah atau ketentuan Allah. Maka siapapun tak mungkin bisa menghilangkannya dan tidak bisa pula mengingkari. Pengingkaran adalah penolakan terhadap Kehendak Tuhan.

Baca Juga:

Kehendak Ilahi Terdengar Saat Jiwa Menjadi Hening: Merefleksikan Noble Silence dalam Perspektif Katolik

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Semua diciptakan Tuhan untuk kebahagiaan manusia, Meskipun berbeda-beda, tetapi semua dan setiap manusia ingin bahagia dan ingin dihargai atau dihormati hak-haknya. Ini tak bisa dipaksakan oleh dan kepada siapapun.

Karena itu siapapun sejatinya tidak boleh memaksakan kehendaknya, keyakinannya, dan pilihannya kepada orang lain apalagi dengan menggunakan cara-cara kekerasan, karena hal itu berarti merenggut hakhak dasarnya, hak yang sudah diberikan Tuhan.

Tidak Boleh Memaksa Keyakinan

Bahkan tidak juga Nabi Muhammad Saw tak bisa dan tak boleh memaksakan keyakinan agama kepada orang lain. Kepada kekasih-Nya itu, Allah Swt mengatakan, “Kamu tidak punya hak memaksa mereka.” (QS. al-Ghasyiyah ayat 22).

Ketika Nabi bersedih karena ada keluarga yang ia cintai tidak mau mengikuti agamanya, padahal ia sangat menginginkannya, Tuhan segera menegurnya,

“Kamu (Muhammad) tidak bisa memberikan petunjuk (keimanan) orang yang kamu cintai. Tetapi Tuhanlah yang memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Allah Swt kehendaki.” (QS. al-Qashash ayat 56).

Tuhan dalam firmannya yang lain menegaskan,

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

Artinya: Tidak ada pemaksaan dalam agama. Telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat. (QS. Al-Baqarah (2): 256).

Maulana Jalaludin Rumi, sufi penyair terbesar dari Konya, Turki, mengatakan, “Tak ada kuasamu menyingkirkan pikiran itu, meski kau kerahkan sejuta energi kreatif.”*

*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Islam dan Toleransi.

Tags: alamkehendakKeragamanmanusiaSemestaTuhan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Hijab

Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

1 Juni 2025
Jilbab

Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

1 Juni 2025
Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID