۞وَٱلۡوَٰلِدَٰتُ يُرۡضِعۡنَ أَوۡلَٰدَهُنَّ حَوۡلَيۡنِ كَامِلَيۡنِۖ لِمَنۡ أَرَادَ أَن يُتِمَّ ٱلرَّضَاعَةَۚ وَعَلَى ٱلۡمَوۡلُودِ لَهُۥ رِزۡقُهُنَّ وَكِسۡوَتُهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ لَا تُكَلَّفُ نَفۡسٌ إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَا تُضَآرَّ وَٰلِدَةُۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوۡلُودٞ لَّهُۥ بِوَلَدِهِۦۚ ….
- Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya.
Surat Al-Baqarah ayat 234 ini membahas tentang radha’ah atau masalah persusuan. Banyak pasangan yang memilih untuk memberikan ASI pada anaknya guna memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, menciptakan ikatan bonding antara ibu dan anak, dan menjadi kontrasepsi alami.
Kemudian terjemah dari ayat ini menegaskan dan mengandung kesalingan atau kerjasama antar pasangan. Di mana ketika pasangan sepakat untuk memberikan ASI kepada anaknya, maka perlu adanya kerjasama suami istri untuk mensukseskan misi itu. Saat ibu memilih untuk menyusui anaknya selama dua tahun penuh, maka suami berkewajiban mendukung dan menyokong sang istri dalam pemberian ASI tersebut.
Kondisi perempuan di awal baru melahirkan betul-betul membutuhkan pendampingan dan dukungan yang luar biasa, karena ada masa transisi dan penyesuaian dari kondisi hamil ke kondisi melahirkan, juga kondisi hanya dari seorang istri kemudian menjadi istri dan ibu. Tak jarang banyak ibu baru yang mengalami syndrome baby blues. Suatu keadaan yang membuat ibu merasa putus asa, gampang sedih dan tertekan dengan keadaan barunya. Entah itu karena ASI yang tak kunjung keluar, jam tidur yang tidak menentu, kelelahan dan sebab lainnya.
Belum lagi masa-masa pemberian ASI yang akan mengurangi waktu keintiman istri dan suami. Pada malam hari, suami dan istri yang sebelumnya bisa memadu kasih, kini akan ditemani dengan tangisan bayi dan kebutuhan bayi akan ASI. Kondisi ibu pun akan berpengaruh terhadap hormon dan tingkat gairah seks-nya.
Terlebih lagi jika dalam kondisi ibu yang terkena cipratan atau bahkan dikencingi oleh bayinya atau terkena muntahan ASI bayi, yang membuat penampilannya berantakan. Maka, dalam hal ini sangat diperlukan adanya pengertian dari suami. Selain itu, suami juga dianjurkan menyiapkan asupan yang bergizi bagi istri sebagai usaha memberikan ASI dengan kualitas terbaik pula.
Adanya peran, kepedulian, pengertian, kerjasama, kasih sayang, dukungan moril dan materiil moril dari suami sangat dibutuhkan bagi istri untuk mencapai misi mensukseskan pemberian ASI pada bayi. Terlebih karena seorang anak lahir bukan menjadi beban orang tua, melainkan pelengkap kebahagiaan dan anugerah yang luar biasa. Maka, terjalinnya kesalingan dan kerjasama diantara keduanya akan menjadi kunci mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dan maslahah. []