Mubadalah.id – Perubahan suhu yang kita rasakan belakangan ini merupakan bagian dari fenomena krisis iklim dan lingkungan. Hal ini menjadi tantangan secara global yang tak boleh luput perhatian di berbagai kalangan. Jika dibiarkan akan berdampak serius pada kerusakan lingkungan.
Bali sendiri terkenal dengan panorama alam yang mempesona. Namun siapa sangka bahwa tumpukan sampah menjadi tantangan besar yang dapat mengancam pencemaran lingkungan terhadap limbah yang ada di pesisir pantai maupun tukad (sungai dalam istilah bahasa bali)
Daerah Bali perlu memperhatikan ancaman dan bahaya krisis iklim yang sangat ekstrim. Di mana krisis ini dapat mengurangi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung. Sebab Bali memiliki ketergantungan tinggi pada sektor pariwisata. Bukan hanya itu saja, krisis iklim akan mengganggu kesehatan warga yang ada di Bali tanpa kecuali termaasuk kelompok rentan yaitu penyandang disabilitas.
Seperti yang kita ketahui, muslim di Bali tergolong minoritas atau sekitar 10%. Meskipun minoritas, muslim di Bali juga memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan. Sebagaimana Allah berfirman
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan” (QS. Al-A’raf : 56)
Pola hidup sederhana dan tidak berlebihan (qana’ah) serta ajaran hemat sumber daya adalah sebagai bagian dari etika Islam. Tidak hanya itu, diperlukan juga adanya kolaborasi dan saling rangkul kepada sesama termasuk penyandang disabilitas. Lantas, seberapa penting adanya kontribusi dari penyandang disabilitas?
Kontribusi Penyandang Disabilitas
Seringkali para penyandang disabilitas baik disabilitas fisik, mental, sensorik, disabilitas netra dan teman tuli mengalami kesulitan ketika menghadapi bencana alam dan perubahan lingkungan. Mereka juga kesulitan untuk berpartisipasi dalam gerakan-gerakan pelestarian l;ingkungan. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya aksesibilitas pada informasi serta insfrastruktur yang belum ramah disabilitas.
Alhasil membuat penyandang disabilitas tidak cepat tanggap untuk melakukan mitigasi bencana, dan mengantisipasi tantangan krisis iklim serta lingkungan di masa depan. Sederhana saja seperti membuang saapah. Para penyandang disabilitas relatif kesulitan dalam membedakan antara sampah organik, non organik, sampah limbah dan sampah residu.
Selain itu, penyandang disabilitas netra yang ketika membuang sampah mengalami kesulitan untuk mengetahui wadah dari kriteria sampah yang sesuai. Bahkan pada pengelolaan dari sampah itu sendiri tidak mampu.
Sehingga peran penyandang disabilitas selalu terabaikan dalam isu-isu iklim dan lingkungan. Padahal keterlibatan tersebut dapat menolong disabilitas dalam mengantispasi mereka terhadap adanya bencana dan peduli pada kesehatan sendiri maupun lingkungan sekitar.
Maka yang jadi pertanyaan sampai saat ini ialah bagaimana implementasi terhadap edukasi itu? Yaitu harapannya agar semua stakeholder dapat melakukan kerjasama dan melibatkan penyandang disabilitas berupa edukasi pengelolaan sampah, hygiene dan sanitasi serta proses daur ulang sampah yang lebih inklusif.
Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an;
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًاۗ وَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْاۗ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْۘا وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolonglah dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2). []