Mubadalah.id – Ketika Nabi Muhammad memuji orang kafir, bagaimana kisahnya?
Nabi Muhammad Saw telah memberikan banyak teladan bagi seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan. Misalnya, ketika Nabi Muhammad memuji orang kafir.
Salah satu teladan yang beliau praktikkan adalah bahwa Nabi Saw memiliki sifat dan karakter yang melekat yaitu “al-Shidq” (jujur). Sifat dan karakter itu, Nabi Muhammad Saw praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Saw tidak pernah sekali pun berbohong, meski ketika bergurau.
Nabi Muhammad Memuji Orang Kafir
Sifat beliau sangat terkenal itu, menurut KH. Husein Muhammad dalam buku Lisanul Hal, Kisah-kisah Teladan dan Kearifan, bukan hanya di komunitas tempat Nabi Saw tinggal, melainkan juga di seluruh jazirah Arab. Karena sifatnya itu Nabi Muhammad disebut “al-Amin” atau orang yang dapat dipercaya.
“Tidak ada ucapan yang beliau sampaikan kecuali kebenaran dan kejujuran,” tulisnya.
Pria yang kerap disapa Buya Husein, menceritakan kisah saat Nabi Muhammad memuji orang kafir yakni saat ia bertemu orang kafir yang membencinya, lalu dia membaca puisi di depannya, Nabi Saw mendengarkannya dengan penuh perhatian. Manakala Beliau menganggap puisi itu bagus, Beliau pun memujinya, bukan basa basi.
Buya Husein melanjutkan ceritanya, salah satunya adalah sikapnya terhadap Labid bin Rabiah.
Labid bin Rabi’ah, kata Buya Husein, adalah penyair besar Arab yang hidup sebelum dan sesudah kenabian Muhammad Saw. Dia dipandang sebagai penyair terbesar di antara para penyair besar Arab: Imri al-Qais, Hasan bin Isabit, Zuhair bin Abi Sulma, Nabighah al-Dzibyani dan lain-lain.
“Labid adalah seorang musyrik, kafir pagan, sebelum akhirnya masuk Islam dan menjadi penyair muslim yang baik,” tambahnya.
Mendengarkan Puisi Orang Kafir
Buya Husein menyampaikan, saat masih musyrik, ia menggubah puisi-puisi yang indah. Puisi-puisinya ini tampaknya memeroleh inspirasi dari ayat-ayat suci al-Quran yang dipelajarinya secara tekun dengan diam-diam.
“Ada salah satu puisinya yang sangat terkenal yang dibacakannya di hadapan Nabi Saw. Beliau mendengarkannya dengan tekun dan penuh perhatian. Nabi mengagumi gubahan puisi orang musyrik itu. Begitu usai beliau tanpa ragu-ragu mengapresiasi sambil memujinya,” jelasnya.
Inilah puisi yang indah dan menggetarkan kalbu pendengarnya itu:
Ingatlah, segala sesuatu selain Allah pasti akan lenyap dan setiap kenikmatan pasti akan sirna
Suatu saat, setiap orang pasti akan dijemput oleh maut yang membuat jari-jari pucat pasi
Setiap orang kelak pada saatnya akan melihat hasil kerjanya, saat lembar-lembar catatan dibacanya di depan Tuhan.
Mendengar puisi ini, lanjut kata Buya Husein, Nabi Saw memberikan apresiasi yang tinggi. Beliau mengatakan:
“Puisi terbaik yang pernah digubah seorang penyair adalah puisi Labid: “Sungguh, segala sesuatu selain Allah pasti akan hilang lenyap”
Puisi ini, tambah Buya Husein, mengingatkan pada puisi, seorang sufi besar Syekh Hasan Ridwan:
“Seluruhnya, selain Dia adalah bintang yang lenyap. Di mata para bijakbestri adalah tiada”.
Demikian kisah ketika Nabi Muhammad memuji orang kafir. Semoga Bermanfaat.(Rul)