• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Pancasila tidak hanya sebagai kumpulan sila, melainkan juga jalan hidup yang meneguhkan martabat manusia, persaudaraan, dan keterbukaan.

Fr. Rio, SCJ Fr. Rio, SCJ
01/06/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Ketuhanan

Ketuhanan

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan nilai mutlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila tidak hanya sebagai kumpulan sila, melainkan juga merupakan jalan hidup yang meneguhkan martabat manusia, persaudaraan, dan keterbukaan. Salah satu nilai yang terkandung dalam pancasila adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Banyak orang seringkali memahami sila pertama dalam pancasila hanya sebatas sebagai bentuk ketakwaan kepada Tuhan. Padahal lebih dari itu, sila pertama memiliki makna yang cukup mendalam dalam kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam ini.

Sila pertama mengandung makna bagaimana kita seharusnya memanusiakan manusia atas dasar iman, serta membangun ruang sosial dan spiritual yang adil, setara, dan inklusif bagi semua.

Ketuhanan yang Membebaskan, Bukan Membatasi

Ketuhanan Yang Maha Esa tidak memaksakan pribadi untuk memeluk agama tertentu. Tetapi sila pertama ini menjamin bahwa kehidupan beragama dapat berjalan secara merdeka, bermartabat, dan saling menghargai.

Pancasila melalui sila pertama ini memberikan jaminan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menjalankan agama dan kepercayaan yang sesuai dengan masing-masing pribadi. Dengan kata lain, pancasila memberikan perlindungan kepada rakyat Indonesia untuk bebas beragama dan berkeyakinan.

Baca Juga:

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pentingnya Membangun Kesadaran Inklusivitas di Tengah Masyarakat yang Beragam

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pancasila menjadi garda terdepan dalam menerapkan sikap toleransi di Indonesia karena pancasila mendasari prinsip-prinsip dasar negara dalam menghormati keberagaman dan selalu mementingkan nilai persatuan dan kesatuan.

Sila pertama pancasila tidak pernah mengekang masyarakat Indonesia untuk berkeyakinan masing-masing. Seharusnya masyarakat memahami sila pertama ini sebagai nilai yang luhur yang membebaskan mereka untuk mengekspresikan iman mereka masing-masing.

Ketuhanan dalam sila pertama tidak pernah membawa tafsir keselamatan dalam agama ataupun kepercayaan tertentu, tetapi membuka ruang bagi manusia untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta dengan cara mereka masing-masing. Tuhan yang membebaskan justru hadir dalam perjumpaan, kerendahan hati, dan kesediaan untuk mendengarkan.

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Dasar Toleransi

Setiap individu dengan agama dan imannya masing-masing memiliki hak untuk dapat beribadah dengan baik dan mendapat rasa aman. Dengan adanya pancasila, setiap individu seharusnya memiliki kebebasan beragama dan berkeyakinan. Dengan adanya kebebasan beragama seharusnya membuat setiap individu memiliki kesadaran untuk mewujudkan kerukunan hidup beragama.

Kerukunan antar agama tidak hanya sekedar terbebas dari permusuhan dan pertentangan. Tetapi kerukunan merupakan hidup bersama dengan saling menghargai, mencintai, dan menumbuh kembangkan meskipun dengan perbedaan yang ada. Kerukunan yang sejati akan berdampak langsung dalam mewujudkan perdamaian dalam perbedaan yang ada.

Sila pertama dalam pancasila seharusnya membawa orang sampai pada pemaknaan akan adanya toleransi yang lebih mendalam. Dalam terang sila pertama ini toleransi bukan hanya soal tidak ada konflik ataupun permusuhan, tetapi bagaimana orang dapat menghargai yang lain, dapat menerima satu sama lain.

Ketika yang berbeda keyakinan melakukan ibadahnya, maka yang lain menghormatinya. Ketika salah satu menyampaikan pendapat, maka menghargai pendapatnya tersebut meskipun tidak sesuai dengan keinginan hati.

Namun, meskipun nilai-nilai toleransi terdapat jelas dalam pancasila, jika tidak ada kesadaran antar individu, maka toleransi juga tidak akan berjalan dengan baik atau bahkan sama sekali tidak akan ada.

Jika hal menghormati dan menghargai satu sama lain saja tidak dijunjung setinggi-tingginya, maka nilai yang terkandung dalam pancasila terlebih dalam sila pertama tidak pernah akan tercapai. Tantangan lain dalam penerapan nilai sila pertama adalah kurangnya kesadaran dari setiap individu bahwa semua agama atau kepercayaan baik adanya.

Ketuhanan Yang Maha Esa tidak pernah Eksklusif

Sila pertama dalam pancasila ini seringkali juga dimaknai sebagai sebuah nilai Eksklusivisme atau anggapan bahwa hanya agama tertentulah yang benar, sedangkan agama lain tidak benar. Eksklusivisme sendiri merupakan pandangan yang menyatakan bahwa agama mereka sendiri saja yang ajarannya benar. Jika hal ini terus menjadi perspektif banyak orang, maka yang terjadi adalah saling mejatuhkan agama satu sama lain dan menciptakan permusahan.

Tetapi lepas dari pandangan Ekslusivisme ini, pancasila memberikan sebuah pencerahan bahwa Ketuhanan bukanlah sebuah nilai yang mengharuskan seseorang untuk mengklain agamanya saja yang benar. Pancasila memberi pandangan untuk saling menghormati dan menghargai penafsiran dari masing-masing agama dan kepercayaan.

Dengan kata lain pancasila memberikan pandangan inklusivisme, yang mana pandangan ini menganggap bahwa keselamatan tidak hanya ada dalam satu agama saja, tetapi juga ada dalam semua agama dan kepercayaan.

Sila pertama mengajak kita untuk berefleksi memaknai pentingnya menghormati hak beragama setiap individu. Selain itu juga menjunjung tinggi toleransi sebagai pondasi utama kehidupan bersama. Selain itu juga mengajak kita untuk memahami bahwa sila pertama tidak hanya terbatas dengan hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga hubungan kita dengan sesama.

Membangun Kedamaian dengan Landasan Pancasila

Bangsa Indonesia bisa berdiri, bahkan bisa merdeka tidak hanya berkat satu golongan agama tertentu saja. Tetapi merupakan hasil dari perjuangan banyak orang dan tidak hanya golongan tertentu saja. Semua golongan saling bekerja sama untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. 

Indonesia adalah bangsa yang beragam, maka Pancasila menjadi pondasi yang mempersatukan keberagaman tersebut. Sila pertama Pancasila secara jelas dan gamblang menunjukkan dasar perdamaian. Sila pertama tidak hanya mengajarkan perdamaian antara manusia dengan Sang Ilahi, tetapi juga manusia dengan manusia. Saat sila pertama ini dihayati secara mendalam, maka akan terlahir perdamaian yang berlandaskan keimanan. 

Maka, marilah kita semua sebagai bangsa Indonesia memahami pancasila tidak hanya sebatas apa yang baik bagi diri kita sendiri. Pancasila harus sungguh menjadi pondasi yang kokoh untuk membangun perdamaian bangsa Indonesia yang majemuk. Memahami pancasila dalam terang keberagaman yang ada di Indonesia adalah tugas dari masing-masing masyarakat. []

Tags: IndonesiaKetuhananmembangunmembebaskanPancasilaPerdamaian
Fr. Rio, SCJ

Fr. Rio, SCJ

Seorang biarawan dan calon Imam  Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ), yang saat ini menjalani formatio calon imam dan hidup membiara di Jogjakarta. Saat ini menempuh pendidikan dengan Program Studi Filsafat Keilahian di Fakultas Teologi Wedhabakti, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Terkait Posts

Perbedaan Feminisme

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

2 Juni 2025
Teknologi Asistif

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

2 Juni 2025
Akhlak Karimah

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

2 Juni 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID