• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Keutamaan Muharam: Bulan Persaudaraan

Kita merayakan bulan Muharam ini dengan perbuatan baik, agar menjadi awalan yang baik untuk bulan-bulan berikutnya

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
25/07/2024
in Hikmah
0
Keutamaan Muharam

Keutamaan Muharam

657
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan Muharam merupakan bulan yang sangat special, sebab menjadi bulan pembuka dalam kalender hijriah yang di dalamnya terdapat berbagai hikmah dan keutamaan. Sebagai permulaan tahun hijrah, juga mengandung banyak momen indah, semangat perjuangan tanpa putus asa, dan rasa optimisme yang tinggi. Yaitu semangat hijrah Rasulullah dan para sahabat yang telah melawan rasa takut dan sedih meninggalkan kampung halamannya menuju kota Madinah.

Jika menelusuri waktu pelaksanaan hijrah ke Madinah, memang riwayat yang mengisahkan peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabi’ al-Awwal. Kemudian mengapa peringatan hijrah sering kita identikkan dengan bulan Muharam, sebagaimana Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan bahwa ternyata niat dan rencana berhijrah sudah ada sejak pertengahan akhir bulan Dzul Hijjah. Di mana Rasulullah dan para Sahabat sepakat untuk melaksanakan hijrah di bulan Muharram.

Namun sebagaimana kata Rasulullah sendiri, hijrah sejatinya tak hanya tentang perjalanan dari Mekkah ke Madinah. Tetapi juga memiliki makna hakikiyah, yakni proses seseorang berubah menuju kepada hal yang baik.

Dari hijrah Rasulullah, banyak hal yang umat Islam dapat mengambil ibrahnya, salah satu yang paling utama mungkin adalah keputusan Nabi Muhammad untuk mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dengan kaum Anshar di Madinah.

Keutamaan Muharam

Jumlah orang-orang yang hijrah dari Makkah saat itu sangat banyak. Sementara mereka tidak membawa perbekalan yang cukup dan tidak mengetahui di mana akan bertempat tinggal. Bahkan, beberapa ada yang rela meninggalkan keluarga dan harta mereka.

Baca Juga:

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Doa Rasulullah dan Ulama Salih di Akhir Ramadan

Lailatul Qadar, sebagai Momentum Muhasabah Diri

Hal tersebut pasti akan menimbulkan kesulitan bagi mereka. Kemudian Rasulullah memberikan solusi yakni dengan mempersaudarakan antara dua golongan tersebut atas nama ukhuwah Islamiyah. Inilah salah satu keutamaan Muharam, yakni sebagai bulan persaudaraan.

Bagi kaum Anshar ini merupakan sebuah kesempaatan yang diberikan Rasullah untuk membuktikan kecintaanya dengan menolong atau berbagi kepada orang Muhajirin meskipun sedikit. Namun, kaum Anshar tidak puas jika hanya sekadar memberi, bahkan persaudaraan atas prinsip persamaan, yaitu mereka memberikan separuh dari apa yang mereka miliki. Seperti halnya kisah Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari dengan saudaranya ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, yang ia memberikan setengah dari hartanya dan menceraikan salah satu istrinya agar ‘Abdurrahman menikahinya.

Persaudaraan yang ditanamkan Rasulullah pada komunitas Islam di Madinah bukan sekadar slogan kosong yang diperbincangkan dari mulut ke mulut, melainkan kebenaran praktik yang terhubung langsung dengan realitas kehidupan dan relasi sosial antara kaum Muhajirin dan Anshar.

Berdasarkan persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar inilah Nabi saw memberi tanggung jawab kepada para sahabat, yang kemudian mereka tunaikan secara baik. Orang-orang Anshar mengutamakan dan mendahulukan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka sebenarnya juga membutuhkan. Realitas itu menjadi satu bukti keimanan kaum Anshar, karena mencintai dan mengutamakan saudaranya merupakan benuk ketaatan kepada Allah.

Belajar dari Kaum Anshar dan Muhajirin

Sementara orang Muhajirin merasa malu dan tidak berkeinginan terhadap harta orang-orang yang ingin menolong mereka  seperti ‘Abdurrahman bin ‘Auf contohkan. Saat ia tiba di Madinah, Sa‘ad bin ar-Rabi menawarinya separuh harta dan rumahnya. Akan tetapi, Abdurrahman menolaknya dengan santun. Ia mengucapkan terima kasih dan meminta ditunjukkan jalan ke pasar Madinah untuk mencari nafkah secara mandiri.

Dari kaum Anshar dan Muhajirin, umat Muslim di masa ini juga dapat memetik pelajaran bahwa saat dalam keadaan berada sebagaimana sahabat Nabi yang di Madinah, maka kita seharusnya bersifat itsar (mendahulukan orang lain padahal diri sendiri). Ketika dalam keadaan ketiadaan seperti orang-orang yang hijrah, maka bersifat ‘iffah (menjaga kehormatan diri).

Dengan demikian, dalam momentum memperingati dan merayakan bulan Muharram, kita dapat memaknai dan juga mengambil pelajaran. Khususnya dari peristiwa hijrah Nabi beserta sahabat. Kita merayakan bulan Muharam ini dengan perbuatan baik agar menjadi awalan yang baik untuk bulan-bulan berikutnya.

Kita rayakan pula bulan Muharam ini sebagai bulan persaudaraan, sebagaimana persaudaraan Muhajirin dan Anshar yang sukses mengawali peradaban Islam. []

Tags: Bulan MuharamHikmahKeutamaan MuharampersaudaraanTahun Baru Hijriyah
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version