• Login
  • Register
Senin, 5 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Keutamaan Shaf Pertama bagi Perempuan

Mubadalah Mubadalah
10/02/2022
in Hikmah
0
Keutamaan Shaf Pertama bagi Perempuan

Ilustrasi Perempuan Shalat Berjamaah

92
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan ini akan membahas mengenai keutamaan shaf pertama bagi perempuan dalam bentuk cerita yang kami sertakan dengan dalil hadis.

Sembari menunggu beduk maghrib, Kang Rohim terlibat perbicangan dengan kang Rohman.

“Man, menurutmu, kenapa ya, tempat shalat perempuan di masjid kita berada sejajar dengan laki-laki, dan terpisah dinding kayu di sebelah kiri?”

“Ah masa gitu aja ditanyakan,” celah Rohim kurang bersemangat.

“Soalnya posisi shaf perempuan dan laki-laki di masjid tidak semuanya seragam.”

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi
  • Fenomena Fatherless di Indonesia, Bukti Patriarki Masih Dijunjung Tinggi
  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

Baca Juga:

4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

Ketika Pasangan Hidup Pergi

Fenomena Fatherless di Indonesia, Bukti Patriarki Masih Dijunjung Tinggi

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

“Maksudmu apa, Him?”

“Minggu lalu saya shalat berjamaah di masjid kota. Saya lihat jamaah perempuan berada di bagian belakang dan hanya dibatasi kain setinggi badan”

[baca: https://mubaadalahnews.com/2017/01/tujuan-syariat-adalah-membebaskan-dan-melindungi-perempuan/ ]

“Aku jadi inget, masjid di kampung mertuaku juga begitu. Bahkan di tempat lain saya pernah mendapati batas pemisahnya hanya kisaran satu meter,” sahut Rohman, sembari menerawang.

Keduanya sejenak hening. Sama-sama memikirkan, kenapa berbeda konsep shof untuk perempuan? Apakah ada perbedaan pendapat soal penempatan shaf perempuan dengan penyesuaian desain masjid? Kalau selama ini shaf terdepan diyakini punya keutamaan yang lebih, berarti masjid di kota memonopoli keuataman shaf hanya untuk laki-laki? Pikiran-pikiran itu kini menggelayuti mereka berdua.

Hening pecah karena salam kyai Manaf. Keduanya begegas mencium tangan kyai setelah membalas salam.

“Kebetulan nih, Him, kita bisa nanya soal ini ke Kyai.”

Melihat keduanya berbisik, Kyai Manaf melempar tanya, “ada apa?”

“Hmm begini kyai,” cerita Rahim, “kami bingung, sebenarnya mana yang dianjurkan dalam shaf shalat untuk perempuan, apakah sejajar atau di belakang laki-laki?”

Kyai mengambil duduk di antara Rohman dan Rahim lalu bertutur. Kyai memulai dengan menyitir sebuah hadits,
“Sebaik-baiknya shaf pria adalah shaf terdepan dan seburuk-buruknya adalah shaf yang terakhir, dan sebaik-baiknya shaf wanita adalah shaf yang terakhir, dan seburuk-buruknya adalah shaf terdepan.” (HR. Ahmad). Ada yang berpendapat bahwa shaf paling belakang adalah baik untuk perempuan untuk menghindari hal-hal yang bersifat maksiat antar keduanya, atau dengan kata lain menjaga kehormatan keduanya. Namun, menurut hemat saya,” ucap kyai sambil mengelus jenggotnya, “hal itu untuk menjaga ketertiban shaf berjamaah saja. Menurut Imam Maliki, Hambali dan Syafi’i, hadits yang menyebutkan tentang urutan shaf perempuan di belakang laki-laki adalah sunnah dan tidak membatalkan shalat seandainya shaf perempuan sejajar dengan laki-laki. Demikian pula jika ada seorang perempuan atau barisan perempuan berada di shaf laki-laki tidak batal shalatnya orang yang berada di sampingnya atau belakangnya atau di depannya maupun shalat si perempuan itu sendiri, melainkan hanya berkurang kesempurnaannya. (Fiqhul Islam Wa ‘Adillatuhu Jilid 2 Hal. 361).”

Lalu bagaimana jika di masjid atau mushola ada pembatas (tabir) yang memisahkan? Menurut Syaikh Abdullah bin Jibrin [Fatawa Ash-Shiyam, Syaikh Abdullah Al-Jibrin, hal. 94], jika keadaannya demikian (terpisah tabir), sehingga perempuan mengandalkan pengeras suara dalam mengikuti imam shalat, maka shaf pertama adalah yang lebih utama daripada shaf yang belakangnya. Laki-laki maupun perempuan sama-sama dianjurkan untuk mendapat keuatamaan shaf pertama sebagaimana HR Abu Dawud “Sesungguhnya Allah dan malaikat bersalawat untuk shaf-shaf pertama”.
Rohman dan Rahim masih khusyu’ menyimak. Kyai Manaf kemudian berdiri dan melangkah masuk masjid. Ia menghentikan kaki di langkah ketiga, menengok ke arah Rohman dan Rohim sembari menukil sebuah hadits, “Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala adzan dan shaf pertama, kemudian untuk mendapatkannya harus diundi, niscaya mereka akan mengadakan undian.” (Muttafaq ‘alaih).

Tags: keluargaKeutamaan Shaf Pertama bagi Perempuanperempuan
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Bekerja

Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja

4 Juni 2023
Agama Kemanusiaan

Islam Adalah Agama Kemanusiaan

4 Juni 2023
Keadilan Gender

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

3 Juni 2023
Laki-laki Unggul

Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?

3 Juni 2023
Kitab Al Busyro

Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita

3 Juni 2023
Setara

Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

3 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji

    Taushiyah Mengantar Jamaah Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Belajar Welas Asih Lewat Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist