Mubadalah.id – Dalam Islam, prosesi pra-nikah dikenal dengan sebutan peminangan (khitbah) yang merupakan penyampaian kehendak seorang laki-laki untuk menikahi seorang perempuan.
Pada dasarnya semua perempuan yang bukan termasuk haram untuk dinikahi sah untuk dilamar. Pengecualian terdapat pada perempuan yang masih dalam masa iddah rujuk (raj’i) yang masih masuk dalam kategori haram untuk dilamar, baik melamar secara tegas maupun sindiran.
Pelarangan tersebut dikarenakan perempuan tersebut masih terikat dengan suami yang menceraikannya dan dalam kondisi ini sang suami lebih berhak untuk rujuk (kembali) kepadanya dengan syarat mempunyai keinginan untuk perdamaian.
Biasanya proses peminangan melibatkan keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. Dalam prosesi ini, harapanya terjadi pengenalan dan penyesuaian bagi kedua calon pengantin dan juga keluarga besar kedua belah pihak.
Pada tahapan ini, kedua calon pengantin masuk dalam tahapan pra-nikah yang krusial dan akan sangat baik jika dipergunakan untuk mengenal perbedaan masingmasing dalam berbagai hal. Mulai dari karakter, budaya, keluarga. Termasuk visi tentang pernikahan dan keluarga yang hendak keduanya bangun.
Pengenalan yang lebih dalam terhadap sisi psikologi, karakter, keluarga, dan budaya calon pasangan hidup ini akan sangat berguna di masa yang akan datang: terutama meminimalisi, konflik akibat perbedaan yang ada.
Bukan Bagian Akad Pernikahan
Penting kedua calon mempelai perhatikan bahwa tahapan khitbah atau peminangan bukan akad pernikahan. Prosesi ini hanya merupakan pengikat pra-nikah dan karena itu hubungan pernikahan sama sekali belum terjadi.
Dengan demikian, maka kedua calon pengantin tidak halal untuk melakukan hubungan suami istri hingga nanti akad nikah selesai mereka laksanakan.
Kalau pun ada adat yang membolehkan hubungan suami istri hanya karena telah melakukan lamaran. Maka adat tersebut jelas bertentangan dengan syariat Islam dan tidak bisa kita benarkan untuk ikuti. Karena jika kita ikuti, maka hubungan suami istri pada tahapan ini masuk dalam kategori perzinaan yang merupakan dosa besar dalam Islam.
Hal lain yang patut mendapatkan perhatian adalah perempuan yang telah dilamar dan menerima lamaran dari satu laki-laki tidak diperkenankan untuk menerima lamaran dari laki-laki lain.
Laki-laki lain juga tidak boleh melakukan pengajuan lamaran kepada perempuan yang sudah menerima lamaran dari laki-laki lain. Sampai perempuan membatalkan lamaran dari pihak sebelumnya.
Pembatalan khitbah atau lamaran dapat keduanya lakukan dan bukan termasuk dalam kategori bercerai karena hubungan pernikahan belum terjadi. Akan tetapi hendaknya pembatalan tersebut, jika memang harus terjadi. Maka keduanya harus melakukan dengan tetap mengindahkan hubungan baik. Termasuk melakukan dengan cara yang baik. []