Mubadalah.id– Kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak memilih pengikutnya yang kaya raya, punya posisi sosial yang tinggi, punya jabatan, berdarah ningrat, untuk dimintanya menyerukan azan pertama kali dalam sejarah lahirnya Islam. Inilah kisah Kanjeng Nabi justru meminta Bilal bin Rabah, seorang budak berdarah Abyssynia (sekarang Ethiopia), berkulit hitam, anak dari kedua orang tua yang juga budak.
Bilal juga disebut-sebut sebagai orang Afrika pertama yang memeluk Islam lantaran melihat bagaimana Kanjeng Nabi mengobarkan pesan ketuhanan berbalut penolakan tegas terhadap perbudakan, rasialisme dan ketimpangan. Kanjeng Nabi sendiri yang meminta Bilal untuk menjadi muazin pertama, lantas mengutus Abu Bakar untuk membebaskan Bilal dari tuan tirannya.
Menjadi salah satu sahabat terkasih Sang Nabi, Bilal mengikuti hijrah Nabi ke Madinah, hingga kembali lagi ke tanah Mekah. Sebagai mantan budak berkulit hitam, Bilal terkesima luar biasa tatkala mendengar kanjeng Nabi menghaturkan Khutbatul Wada’ (khutbah terakhir):
لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى
“Tak mesti orang Arab memiliki keunggulan yang melampaui orang yang bukan Arab, begitu pula orang Asing atas orang Arab. Pun, orang berkulit putih tidak berarti lebih unggul dari orang kulit hitam, atau sebaliknya, yang membedakan manusia hanyalah ketakwaannya.”
Pesan Kanjeng Nabi telah mengajarkan para pengikut nya tentang revolusi kemanusiaan di tengah era perbudakan, pentingnya penegakan keadilan atas perbedaan warna kulit, beragam identitas dan lain sebagainya. Maka menjadi ironi kalau saat ini agama justru menjadi tunggangan untuk melanggengkan perbudakan dan ketimpangan, belum lagi kerap digandeng kekuatan lain yang hendak mengeksploitasi manusia dan alam kita.
Kita memang mesti mengutuk apa yang terjadi di Amerika akhir-akhir ini, panggilan untuk mengkritik apa yang terjadi pada kasus George Floyd, satu dari sekian banyak korban brutalitas rasialisme, adalah pesan penting melawan penindasan.
Tapi jangan juga lupakan bahwa di negeri kita sendiri, tangan kita juga membekaskan sekian banyak darah yang menikam, menindas dan membunuh sekian banyak saudara sebangsa lantaran perbedaan warna kulit, suku hingga agama.
Kisah Bilal bin Rabah diangkat kemuliaannya sebagai manusia oleh Kanjeng Nabi, lalu umat Islam hari ini apakah masih sibuk melanggengkan ketimpangan dan kebencian atas nama perbedaan rupa manusia, ataukah ikut melawan tirani kuasa dan berdiri tegak mendakwahkan keadilan untuk semua? []