Mubadalah.id – Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw, Imam Abu Hamid Al-Ghazali menulis cerita lain yang menarik: suatu hari seorang Arab Badui datang kepada Nabi Saw sambil menyampaikan kata-kata kasar dan menantang. Ketika orang itu tertumbuk pada sosok Nabi yang santun, penuh senyum, tenang dan memancarkan cahaya kenabian, ia tertegun dan terpesona.
Lalu Arab Badui bergumam: “Demi Tuhan ini bukan wajah seorang pembohong,” Tidak lama kemudian ia meminta Nabi mengajarkan tentang Islam dan ia pun memeluknya.”
Selain itu, seorang penulis, Sarwar, menampilkan Nabi dalam prosa sebagai model segala sesuatu yang positif dan indah, “Dialah paragon kelembutan, kemurahan, kesopanan, kesantunan, keakraban, kesucian, dan kesabaran, kecintaannya kepada anak-anak, sedemikian memesonakan dilukiskan dalam banyak puisi populer seperti :
“Apakah suara utama kehidupannya? Tak lain adalah mencintai Allah, mencintai manusia mencintai anak-anak, mencintai kaum perempuan, mencintai sahabat, mencintai musuh”
Kepribadian Nabi Saw dan prestasi-prestasi pribadinya yang gemilang menjadi sentral bagi teologi kalangan muslim modern.
Bahkan, seorang penulis modern dan seorang sastrawan Mesir terkemuka, Abbas Mahmud Aqqad, epulis sebuah buku terkenal Abqariyyah Muhammad Ejeniusan Muhammad. Salah satu pernyataannya yang menarik, sebagaimana diterjemahkan dengan apik oleh Annemarie Schimmel:
“Dia memasuki dunia yang telah kehilangan iman. Karenanya telah kehilangan rahasia kedamaian internal dan tatanan eksternalnya, suatu dunia yang sedang menanti suara pembebasan Islam.”
“Muhammad Saw adalah contoh kebajikan-kebajikan. Kebajikan-kebajikan penyampai kebenaran dan keberanian. Dia memiliki kekuatan spiritual yang fasih dan meyakinkan, dan kegigihan seorang penyampai kebenaran, keberanian, kegagahan dan kejayaan. Dengan ketinggian bakat dan akhlaknya, dia menguasai zamannya sebagaimana menguasai zaman-zaman sesudahnya.”
Kemudian, Husein Haekal melukiskan Nabi: “Dia memiliki sesuatu kekuatan yang dapat mengangkat manusia ke puncak ruh, yang di sana kehidupan terdiri atas persaudaraan dan cinta, dan keinginan keras untuk memahami hakikat segala hal yang ada di dunia” []