Mubadalah.id – Kini usia Muhammad bin Abdullah mendekati 40 tahun. Perkawinannya dengan Khadijah binti Khuwailid telah berlangsung 15 tahun.
Meski suami jauh lebih muda 15 tahun, tetapi kehidupan rumah tangga mereka bahagia, diliputi Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah. Artinya tentrem-ayem, diliputi rasa kasih dan sayang.
Mereka saling berbagi lelah dan riang dalam mengarungi lika-liku hidup dalam kesalingan yang indah.
Dari perkawinan itu mereka dikaruniai empat anak perempuan dan dua laki-laki. Anak-anak yang perempuan adalah Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah.
Sedangkan dua anak laki-lakinya bernama Al-Qasim dan Abdullah. Dua anak laki-laki ini meninggal dunia, saat keduanya masih kanak-kanak. Kematian ini meninggalkan duka yang mendalam bagi kedua orang tuanya.
Gelar Al-Amin
Sekitar lima tahun sebelumnya, saat berusia kurang lebih 35 tahun, Muhammad menghadapi momen yang penting dalam perjalanan hidupnya.
Ia memperoleh sebutan “al-Amin”, sebuah gelar sosial paling prestisius, yang semakin mengokohkan Nabi Saw sebagai orang yang paling tepercaya di jazirah Arabia.
Hal ini berkaitan dengan peristiwa sengketa para pemimpin suku mengenai siapa di antara mereka yang berhak meletakkan Hajar Aswad (baru hitam) di pojok dinding Ka’bah. Masing-masing mengklaim paling berhak. Perang hampir saja pecah. Mereka lalu sepakat untuk menyerahkan tugas itu kepada orang lain.
“Siapa saja orangnya yang masuk ke tempat ini, ialah yang akan meletakkannya,” ujar mereka.
Secara tak dinyana orang yang masuk tersebut adalah Muhammad. Maka mereka meminta Muhammad untuk melakukan tugas itu. Muhammad menggelar selendangnya, lalu meletakkan batu hitam itu di atasnya.
Kepada para kepala suku Muhammad meminta memegang sudut-sudut selendang, lalu mengangkatnya dan membawanya ke pojok Ka bah. Muhammad kemudian mengambil batu itu dan meletakkannya di sana, di sudut dinding Ka’bah itu.
Cara ini merupakan cara yang brilian dan sangat bijak. Inilah yang kemudian mereka berikan respon dengan sangat positif. Mereka puas, karena masing-masing merasa Nabi Saw hormati dan tak ada yang merasa terendahkan.*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi.