Jumat, 10 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Thufan al-Aqsha

    Dua Tahun Thufan al-Aqsha: Gema Perlawanan dari Jantung Luka Kemanusiaan

    Daisaku Ikeda

    Dialog Kemanusiaan Gus Dur & Daisaku Ikeda, Inaya Wahid Tekankan Relasi Lintas Batas

    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Tidak Menikah

    Tidak Menikah, Gak Apa-apa, Kan?

    Melawan Kekerasan Seksual

    Tanggung Jawab Kolektif dalam Melawan Kekerasan Seksual

    Menjadi Difabel

    Kita Semua Bisa Menjadi Difabel

    Terminasi

    Terminasi : Sebab Minimnya Kelahiran Down Syndrome di Islandia

    Yosef dan Maria

    Yosef dan Maria: Belajar dari Dua Tokoh yang Saling Menguatkan dalam Hidup Berkeluarga

    Kenikmatan Surga

    Bidadari dan Bidadara: Tafsir Mubadalah atas Kenikmatan Surga bagi Laki-laki dan Perempuan

    Perempuan Menikah

    Perempuan Menikah dan Pertanyaan yang Tak Pernah Usai

    Suster Vassa

    Suster Vassa dan Wajah Suram Otoritas Agama

    Isu Disabilitas

    Isu Disabilitas dan Pergeseran Paradigma Sosial dan HAM: Dari Belas Kasihan ke Keadilan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Ayat dua banding satu

    Menafsir Ulang Ayat Dua Banding Satu dalam Warisan dan Persaksian

    Perempuan di Bawah Laki-laki

    Islam Tidak Pernah Menempatkan Perempuan di Bawah Laki-Laki

    Laki-laki Perempuan dalam Kemanusiaan

    Laki-Laki dan Perempuan: Mitra Setara dalam Kemanusiaan

    Laki-laki dan Perempuan

    Kenikmatan Surga untuk Laki-Laki dan Perempuan

    Kritik Aisyah

    Kritik Aisyah dan Kesahihan Hadis Tanpa Sekat Gender

    Kenikmatan Surga

    Menafsir Kenikmatan Surga secara Mubadalah

    surga

    Ketika Surga Tak Lagi Milik Laki-Laki Saja

    Kenikmatan Surga

    Bidadari dan Bidadara: Tafsir Mubadalah atas Kenikmatan Surga bagi Laki-laki dan Perempuan

    Surga yang Maskulin

    Menggugat Tafsir Surga yang Sangat Maskulin

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Thufan al-Aqsha

    Dua Tahun Thufan al-Aqsha: Gema Perlawanan dari Jantung Luka Kemanusiaan

    Daisaku Ikeda

    Dialog Kemanusiaan Gus Dur & Daisaku Ikeda, Inaya Wahid Tekankan Relasi Lintas Batas

    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Tidak Menikah

    Tidak Menikah, Gak Apa-apa, Kan?

    Melawan Kekerasan Seksual

    Tanggung Jawab Kolektif dalam Melawan Kekerasan Seksual

    Menjadi Difabel

    Kita Semua Bisa Menjadi Difabel

    Terminasi

    Terminasi : Sebab Minimnya Kelahiran Down Syndrome di Islandia

    Yosef dan Maria

    Yosef dan Maria: Belajar dari Dua Tokoh yang Saling Menguatkan dalam Hidup Berkeluarga

    Kenikmatan Surga

    Bidadari dan Bidadara: Tafsir Mubadalah atas Kenikmatan Surga bagi Laki-laki dan Perempuan

    Perempuan Menikah

    Perempuan Menikah dan Pertanyaan yang Tak Pernah Usai

    Suster Vassa

    Suster Vassa dan Wajah Suram Otoritas Agama

    Isu Disabilitas

    Isu Disabilitas dan Pergeseran Paradigma Sosial dan HAM: Dari Belas Kasihan ke Keadilan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Ayat dua banding satu

    Menafsir Ulang Ayat Dua Banding Satu dalam Warisan dan Persaksian

    Perempuan di Bawah Laki-laki

    Islam Tidak Pernah Menempatkan Perempuan di Bawah Laki-Laki

    Laki-laki Perempuan dalam Kemanusiaan

    Laki-Laki dan Perempuan: Mitra Setara dalam Kemanusiaan

    Laki-laki dan Perempuan

    Kenikmatan Surga untuk Laki-Laki dan Perempuan

    Kritik Aisyah

    Kritik Aisyah dan Kesahihan Hadis Tanpa Sekat Gender

    Kenikmatan Surga

    Menafsir Kenikmatan Surga secara Mubadalah

    surga

    Ketika Surga Tak Lagi Milik Laki-Laki Saja

    Kenikmatan Surga

    Bidadari dan Bidadara: Tafsir Mubadalah atas Kenikmatan Surga bagi Laki-laki dan Perempuan

    Surga yang Maskulin

    Menggugat Tafsir Surga yang Sangat Maskulin

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kita Semua Bisa Menjadi Difabel

Pada akhirnya, membangun dunia yang ramah difabel bukan hanya tentang memberi ruang bagi kelompok tertentu.

arinarahmatika arinarahmatika
10 Oktober 2025
in Publik
0
Menjadi Difabel

Menjadi Difabel

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika mendengar kata difabel, banyak orang langsung membayangkan sosok yang duduk di kursi roda, berjalan dengan tongkat, atau menggunakan bahasa isyarat. Pandangan itu membuat difabel seolah-olah menjadi kelompok yang berbeda, seakan kondisi mereka adalah sesuatu yang jauh dari kita. Padahal, kenyataannya tidak demikian.

Difabel bukanlah “mereka” yang asing, melainkan “kita” dalam kemungkinan hidup yang lain. Sejak lahir, seseorang bisa hadir dengan kondisi tertentu. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja dan mengubah jalan hidup seseorang.

Proses menua juga tidak dapat kita hindari, dan seiring bertambahnya usia, tubuh kita perlahan kehilangan kemampuan. Pada satu titik dalam hidup, kita mungkin akan mengalami keterbatasan penglihatan, pendengaran, gerak tubuh, atau daya ingat. Semua itu menunjukkan bahwa difabel adalah bagian dari perjalanan manusia.

Difabel adalah Bagian dari Kita

Kesadaran ini sering kali luput dari perhatian kita. Difabel kerap ditempatkan di pinggiran masyarakat, dianggap minoritas yang jauh dari keseharian. Padahal, mereka adalah cermin yang menunjukkan bahwa manusia itu rapuh, tidak pernah sempurna, dan selalu bergantung pada dukungan lingkungan.

Seorang bayi yang lahir dengan cerebral palsy, seorang remaja yang kehilangan pendengaran karena penyakit, seorang pekerja yang lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas, atau seorang lansia yang penglihatannya kian kabur, semua ini adalah realitas yang sangat mungkin terjadi dalam lingkaran kehidupan siapa pun.

Jika kita menyadari bahwa suatu hari kita sendiri bisa menjadi difabel, maka cara pandang kita seharusnya berubah. Difabel bukan sekadar kelompok yang perlu dikasihani, melainkan sesama manusia yang berhak mendapat perlakuan adil. Empati yang lahir dari kesadaran ini seharusnya tidak berhenti pada rasa iba, tetapi mendorong kita untuk lebih siap, menyiapkan ruang hidup yang ramah, fasilitas yang memadai, serta sikap masyarakat yang terbuka dan inklusif.

Banyak difabel sesungguhnya mampu hidup mandiri dan berprestasi. Namun hambatan justru sering datang bukan dari tubuh mereka, melainkan dari lingkungan sekitar. Trotoar yang penuh lubang, gedung pelayanan publik tanpa jalur kursi roda, papan informasi tanpa teks atau bahasa isyarat, serta sistem pendidikan yang menutup pintu bagi anak berkebutuhan khusus, semua ini adalah bentuk ketidakadilan yang lebih melumpuhkan daripada keterbatasan itu sendiri.

Seorang pengguna kursi roda akan dapat kuliah dengan lancar jika ada jalur landai di kampus. Seorang teman Tuli bisa menikmati berita televisi jika tersedia penerjemah bahasa isyarat. Seorang lansia dengan daya ingat yang melemah tetap dapat berpartisipasi dalam masyarakat jika prosedur pelayanan publik sederhana dan jelas. Lingkungan yang ramah mampu mengubah pengalaman hidup secara drastis.

Bagaimana Jika yang Difabel itu Saya?

Dalam merenungi hal ini, pertanyaan reflektif yang patut kita ajukan adalah bagaimana jika suatu hari saya sendiri menjadi difabel? Apakah saya siap menghadapi dunia yang penuh penghalang, diskriminasi, dan stigma?

Jika suatu saat tubuh saya melemah, apakah saya rela dibiarkan tertinggal hanya karena kota, sekolah, atau kantor tidak menyediakan akses yang memadai? Pertanyaan semacam ini mengingatkan kita bahwa difabel bukanlah kondisi orang lain semata. Kemungkinan itu bisa terjadi pada diri kita sendiri, kapan saja.

Sayangnya, stigma sosial masih kuat melekat pada identitas difabel. Mereka sering dianggap tidak sempurna, menjadi beban, atau hanya bisa menerima bantuan. Pandangan ini tidak hanya menyakitkan, tetapi juga keliru. Difabel bukanlah kekurangan, melainkan keragaman.

Banyak orang dengan keterbatasan justru menunjukkan prestasi luar biasa, mulai dari atlet paralimpiade, musisi Tuli, penulis netra, hingga akademisi dengan kondisi fisik terbatas. Mereka berhasil bukan karena keterbatasannya hilang, melainkan karena ada dukungan lingkungan yang memberi kesempatan. Artinya, prestasi mereka menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah akhir, melainkan bagian dari kehidupan yang sah dijalani.

Mendorong Perubahan Cara Pandang

Perubahan cara pandang masyarakat memang menjadi kunci penting. Difabel tidak butuh belas kasihan, tetapi butuh kesempatan yang sama. Difabel tidak harus dilihat sebagai orang yang selalu ditolong, melainkan sebagai bagian masyarakat yang setara.

Perubahan sikap ini dapat lahir dari hal-hal sederhana, seperti memberikan ruang bagi pengguna kursi roda di tempat umum, menghargai cara komunikasi teman Tuli dengan belajar isyarat sederhana, atau mengingatkan pihak berwenang ketika fasilitas umum tidak ramah bagi semua orang. Meski tampak kecil, sikap ini bisa menumbuhkan budaya baru: budaya inklusif yang memandang manusia secara utuh, apa pun kondisinya.

Tentu saja, kesadaran individual harus diikuti oleh tanggung jawab kolektif. Negara, institusi pendidikan, dunia kerja, dan media memiliki peran besar dalam menjamin hak-hak difabel. Undang-undang perlindungan difabel tidak boleh berhenti sebagai dokumen hukum, melainkan harus diwujudkan dalam kebijakan nyata dengan pembangunan fasilitas publik yang ramah, layanan pendidikan yang inklusif, serta peluang kerja yang terbuka.

Namun, kebijakan saja tidak cukup. Masyarakat pun harus terlibat aktif agar regulasi tidak berhenti di atas kertas. Lingkungan sosial yang mendukung akan membuat difabel tidak sekadar “dibiarkan ada”, melainkan benar-benar kita libatkan dalam kehidupan bersama.

Inklusivitas untuk Kita Semua

Pada akhirnya, membangun dunia yang ramah difabel bukan hanya tentang memberi ruang bagi kelompok tertentu. Lebih dari itu, ini adalah upaya untuk memanusiakan diri kita sendiri. Sebab cepat atau lambat, kita akan sampai pada titik ketika tubuh tidak lagi sekuat sekarang.

Mungkin penglihatan kita kabur, pendengaran kita melemah, langkah kita melambat, atau pikiran kita tidak lagi setajam dahulu. Pada saat itu, lingkungan yang inklusif akan menjadi penopang yang membuat kita tetap bisa hidup dengan bermartabat.

Masyarakat yang ramah difabel adalah masyarakat yang ramah bagi semua. Trotoar landai yang memudahkan kursi roda juga membantu ibu mendorong stroller. Informasi yang terdapat teks atau bahasa isyarat bukan hanya bermanfaat bagi Tuli, tetapi juga membantu orang yang berada di keramaian. Layanan publik yang sederhana bukan hanya memudahkan lansia, tetapi juga meringankan siapa saja yang kesulitan dengan birokrasi. Inklusivitas, dengan kata lain, adalah kebaikan bersama.

Karena itu, mari kita hentikan cara pandang yang memisahkan difabel dari kita. Kita semua bisa menjadi difabel, hari ini, besok, atau di masa tua nanti. Kesadaran ini seharusnya menumbuhkan empati, tanggung jawab, dan tekad untuk menciptakan ruang hidup yang adil dan ramah. Dengan demikian, kita tidak hanya menolong orang lain, tetapi juga sedang menyiapkan dunia yang lebih manusiawi bagi diri kita sendiri. []

Tags: AksesibilitasHak Penyandang DisabilitasInklusi SosialIsu DisabilitasMenjadi Difabel
arinarahmatika

arinarahmatika

Terkait Posts

Terminasi
Publik

Terminasi : Sebab Minimnya Kelahiran Down Syndrome di Islandia

9 Oktober 2025
Isu Disabilitas
Publik

Isu Disabilitas dan Pergeseran Paradigma Sosial dan HAM: Dari Belas Kasihan ke Keadilan

8 Oktober 2025
Disabilitas Taktampak
Publik

Upaya Menghadirkan Disabilitas Taktampak dalam Wacana Publik

3 Oktober 2025
Difabel Grahita
Publik

Fikih Inklusif : Meneguhkan Hak Ekonomi Dan Sosial Difabel Grahita

2 Oktober 2025
Beauty Content Creator Difabel
Publik

Beauty Content Creator Difabel; Mendobrak Standar Kecantikan di Media Sosial

30 September 2025
UIN Satu
Personal

Asa yang Menyatu di Kampus UIN Satu

28 September 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kenikmatan Surga

    Menafsir Kenikmatan Surga secara Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanggung Jawab Kolektif dalam Melawan Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kita Semua Bisa Menjadi Difabel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-Laki dan Perempuan: Mitra Setara dalam Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terminasi : Sebab Minimnya Kelahiran Down Syndrome di Islandia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tidak Menikah, Gak Apa-apa, Kan?
  • Menafsir Ulang Ayat Dua Banding Satu dalam Warisan dan Persaksian
  • Syajarat al-Durr dan Bukti Kepemimpinan Perempuan dalam Sejarah Islam
  • Islam Tidak Pernah Menempatkan Perempuan di Bawah Laki-Laki
  • Tanggung Jawab Kolektif dalam Melawan Kekerasan Seksual

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID