Mubadalah.id – Setiap hubungan pasti akan menghadapi momen di mana kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan perasaan. Pada saat itulah komunikasi bukan hanya soal apa yang diucapkan, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami perasaan yang tersembunyi di balik kata-kata tersebut. Kunci utama dari komunikasi seperti ini adalah empati: kemampuan untuk mendengarkan dengan hati, merasakan dunia orang lain, dan menjembatani perbedaan, baik dalam hubungan pribadi maupun sosial.
Film Aku Jati Aku Asperger dengan indah menggambarkan tantangan dan keindahan komunikasi empati antara Jati, seorang remaja pengidap Sindrom Asperger, dan kakaknya, Daru. Dalam dunia yang sering kali sulit Jati pahami, Daru berusaha keras untuk memahami, mendengarkan, dan menanggapi perasaan adiknya dengan penuh pengertian.
Kisah mereka mengajarkan kita bahwa komunikasi sejati bukan hanya tentang apa yang kita katakan. Lebih dari itu, komunikasi sejati adalah tentang bagaimana kita mendengarkan dan merasakan dunia orang lain, terutama ketika dunia itu sangat berbeda dengan kita.
Apa Itu Sindrom Asperger?
Sindrom Asperger adalah gangguan dalam spektrum autisme yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi sosial dan berkomunikasi. Seseorang dengan Asperger sering mengalami kesulitan dalam membaca isyarat sosial dan memahami ekspresi wajah.
Mereka juga kesulitan menanggapi situasi emosional dengan cara yang biasa dipahami oleh orang lain. Meskipun kecerdasan mereka sering kali sangat baik, mereka menghadapi tantangan besar dalam komunikasi sosial.
Dalam film ini, Jati menggambarkan bagaimana seorang remaja pengidap Asperger merasakan dunia yang sangat berbeda. Jati memiliki kecintaan yang mendalam terhadap keteraturan. Cara komunikasinya sangat terstruktur, sering kali penuh dengan detail teknis.
Dunia sosial yang penuh ketidakpastian sering kali membuatnya bingung. Bagi Jati, komunikasi yang presisi adalah cara untuk menghubungkan dirinya dengan orang lain, meskipun sering kali dengan cara yang lebih spesifik dan terorganisir.
Komunikasi Lebih dari Sekadar Kata-kata
Salah satu minat utama Jati adalah dunia perkeretapian. Ia mengetahui setiap kode kereta, menghafal rute perjalanan, dan mengenali setiap stasiun yang terlibat. Dunia perkeretaapian memberikan Jati keteraturan dan kontrol yang sangat ia butuhkan sebagai penyandang Asperger. Bagi Jati, dunia perkeretaapian menyajikan lingkungan yang terstruktur dengan prediktabilitas tinggi.
Meskipun dunia perkeretaapian memberikan Jati rasa aman, cara berkomunikasi Jati yang penuh dengan referensi teknis dan detail kereta sering kali berbeda dengan cara orang lain berinteraksi. Namun, Daru, kakaknya, adalah orang yang paling mampu memahami bahasa yang Jati gunakan. Daru, yang lebih mengutamakan koneksi emosional, tahu bahwa untuk benar-benar terhubung dengan Jati, ia harus menyesuaikan cara berbicaranya dengan cara yang Jati pahami.
Daru pun menunjukkan esensi komunikasi empati. Alih-alih mencoba mengubah cara Jati berbicara, Daru berusaha memasuki dunia Jati dengan berbicara dalam bahasa yang ia pahami—bahasa dunia perkeretapian.
Mendengarkan dengan Bahasa Jati
Salah satu adegan paling menggugah dalam film ini terjadi ketika Jati marah setelah karya sketsanya rusak. Insiden ini terjadi ketika Jenar, seorang content creator yang riang dan penuh energi, datang untuk menjadikan Jati bintang tamu dalam kontennya. Jenar tanpa sengaja merusak sketsa yang sedang Jati kerjakan. Alhasil, Jati merasa sangat frustasi dan marah, hingga kesulitan mengendalikan emosinya.
Dalam kecemasannya, Jati duduk di bawah meja sambil menggigit lengannya. Di situlah Daru datang untuk menenangkan Jati. Namun, Daru tidak menggunakan kata-kata biasa; ia berbicara dengan bahasa yang paling mudah Jati mengerti—bahasa dunia perkeretapian.
Singkat saja, kiranya seperti ini kalimat penenang yang Daru katakan,
“Instruksi baru pada masinis Konsol Satu harus menjawab komunikasi, apakah diterima Konsol Satu? Diinstruksikan pada masinis Konsol satu untuk melakukan tarik napas panjang, tarik hembus, tarik hembus, dilanjutkan hingga selesai sembilan tiupan. Dalam keaadan luar biasa, masinis yang terluka harus mendapatkan pertolongan pertama yaitu pulang dengan moda transportasi motor Daru.”
Daru melanjutkan,
“Ting tong ting tong Kereta Api Dhoho segera diberangkatkan dengan tujuan akhir Blitar, dengan pemberhentian Gubeng, Wonokromo, Sepanjang, Boharan, Mojo…”
Mendengar hal itu, Jati langsung menyela,
“Mas Daru salah, Mas Daru Salah Kriannya mana, Mas?”
Daru melanjutkan menyebutkan nama-nama stasiun sambil tersenyum lembut. Perlahan, kemarahan Jati mereda, dan suasana yang tadinya tegang berubah menjadi lebih tenang dan terkendali.
Memahami Kejadian Luar Biasa
Setelah emosinya stabil, Jati membuka diri kepada Daru. Ia menceritakan tentang sketsa yang rusak dan kemarahannya terhadap orang yang ia anggap sengaja merusak karyanya. Namun, Daru mencoba memberikan perspektif yang berbeda.
“Itu bukan jahat, itu namanya tidak sengaja, mereka juga sama kagetnya kaya kamu”, ucap Daru
Dengan analogi sederhana, Daru menjelaskan bahwa kejadian ini seperti seekor sapi yang tiba-tiba melintas di rel kereta saat kereta sedang berjalan—suatu kejadian yang tak terduga, yang tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikannya.
Daru menjelaskan bahwa dalam dunia perkeretapian, hal ini disebut Kejadian Luar Biasa (KLB)—peristiwa yang muncul secara tak terduga dan melampaui kendali. Melalui penjelasan ini, Daru membantu Jati memahami bahwa mendalami adalah bagian dari kehidupan, bahkan dalam dunia yang paling terstruktur sekalipun.
Keterkaitan Dunia Perkeretaapian dengan Asperger
Dunia perkeretaapian sangat relevan dengan karakteristik individu yang memiliki Asperger, karena keduanya sangat bergantung pada keteraturan dan prediktabilitas. Pengidap Asperger sering kali merasa cemas dalam situasi yang tidak terstruktur atau penuh sesak.
Mereka cenderung mencari linngkungan yang presisi, terorganisir, dan memiliki prediktabilitas yang tinggi. Seperti halnya dunia perkeretaapian yang mempunyai jadwal yang tetap, aturan jelas, dan urutan yang sistematis.
Bagi Jati, dunia perkeretaapian bukan sekadar hobi, tetapi juga sumber rasa aman dan kontrol atas penularan sosial yang sering membuatnya bingung. Ketertarikannya pada kereta api memberi Jati cara untuk merasakan kendali dalam dunia yang besar dan sering kali tak terduga.
Menyadari kebutuhan adiknya, Daru memilih menggunakan referensi dunia perkeretaapian dalam komunikasi mereka. Dengan berbicara dalam cara yang Jati kenali, Daru tidak hanya menjembatani perbedaan, tetapi juga menenangkan emosinya. Hal ini membuktikan bahwa dunia yang terstruktur, seperti perkeretaapian, dapat menjadi sarana efektif untuk membangun komunikasi empatik dengan individu yang memiliki Asperger.
Pelajaran yang Bisa Kita Ambil
Film “ku Jati, Aku Asperger mengajarkan kita banyak hal tentang pentingnya komunikasi yang mengedepankan empati. Dunia yang terstruktur, seperti dunia perkeretaapian, sering memberi rasa aman bagi orang dengan Asperger. Namun, film ini juga menunjukkan bahwa untuk terhubung dengan orang lain, kita perlu lebih dari sekadar mendengarkan. Kita perlu mendengarkan dengan hati, memahami cara mereka berkomunikasi, dan memberi ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri.
Seperti Jati yang merasa nyaman di dunia perkeretaapian, kita pun bisa belajar untuk memahami dunia orang lain yang mungkin berbeda dari kita. Dengan komunikasi empatik, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat, penuh pengertian, dan kasih sayang—meskipun ada perbedaan.
Film ini mengingatkan kita: sudahkah kita memberi ruang bagi orang lain yang berkomunikasi dengan cara berbeda? Sudahkah kita memahami dunia mereka dengan empati? Jika kita bisa belajar dari Jati dan Daru, kita akan siap menciptakan dunia yang lebih penuh pengertian dan keterhubungan. []