Mubadalah.id – Umat Islam lebih sering mendengar konsep birr al-walidain atau berbakti kepada kedua orangtua. Namun, jarang mendengar konsep birr al-aulad atau berbuat baik kepada anak-anak.
Keduanya penting dalam Islam, berbuat baik kepada orangtua yang lemah karena lanjut usia (kibar) atau berbuat baik kepada anak yang masih kecil (shighar).
Dari Zarbi, dia berkata: Aku mendengar Anas bin Malik menuturkan seorang tua hendak menemui Rasulullah Saw. lalu ketika itu sekelompok orang tidak segera memberi kesempatan membuka jalan baginya (untuk menghadap Rasul).
Lalu Rasul pun bersabda, “Tidak termasuk golongan umatku, mereka yang (tua) tidak menyayangi yang muda, dan meri ayang (muda) tidak menghormati yang tua.” (Sunan al-Tirmidzi, no. 2043).
Menghormati dan menyayangi adalah perbuatan baik. Islam melalui al-Qur’an dan Hadis, memiliki kosakata tentang perbuatan baik banyak sekali, di antaranya hasan, shalih, khair, thayyib, dan juga birr.
Salah satu ayat yang cukup lengkap mengartikulasikan al-birr adalah QS. al-Baqarah (2): 177.
لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Artinya: Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi.
Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya: melaksanakan shalat: menunaikan zakat: menepati janji apabila berjanji: sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Baqarah (2): 177)
Tafsir
Dalam ayat ini disebutkan bahwa kebaikan (al-birr) itu bukan dengan klaim, tetapi dengan tindakan nyata.
Mulai dari keimanan kepada Allah Swt, hari Akhir, para malaikat, kitab-kitab, para nabi. Kemudian menafkahkan harta yang kita cintai untuk kerabat, anak yatim, orang miskin atau orang yang membutuhkan.
Kemudian, orang yang melakukan shalat, membayar zakat, menunaikan janji, bersikap sabar atas segala kesulitan, kesusahan, dan kekurangan dalam hidup.
Makna-makna dari al-birr ini menjadi menarik ketika kita hubungkan dengan birr al-walidain atau berbakti pada kedua orangtua.
Konsep birr al-walidain merupakan ajaran dasar dalam Islam yang menuntut setiap orang untuk berbakti kepada kedua orangtuanya.
Pada saat yang sama, Islam juga, melalui Hadis Nabi Saw mengenalkan padanannya, yaitu birr al-aulad.
Birr al-aulad menuntut para orangtua untuk berbakti atau tepatnya berbuat baik kepada anak-anak mereka. Sebagaimana birr al-walidain, birr al-aulad juga ajaran dasar Islam yang Nabi Saw kenal. Namun, birr al-aulad belum sepopuler seperti birr al-walidain.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Makhluk Domestik.