• Login
  • Register
Sabtu, 21 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kontroversi Pandangan Ulama Tentang P2GP

Al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam, di dalamnya tidak ada satu ayat pun baik tersurat maupun tersirat yang menjelaskan mengenai khitan perempuan

Redaksi Redaksi
13/08/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
P2GP

P2GP

735
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Praktik P2GP (Pemotongan atau Pelukaan Genitalia) merupakan isu sensitif yang kontroversial khususnya di kalangan masyarakat muslim, termasuk di Indonesia.

Perdebatan mengenai hukum P2GP tidak akan pernah berakhir, di antaranya karena di dalam sumber hukum Islam yang utama yaitu al-Qur’an tidak ada satu ayat pun yang menyebutkan mengenai P2GP secara tersurat (lughawi) maupun tersirat (ma’nawi).

Begitu juga di dalam hadis, tidak ada satupun hadis shahih yang menyebutkan mengenai hukum P2GP secara tegas dan eksplisit. Sehingga dari teks yang ada melahirkan berbagai pandangan ulama dengan argumentasinya masing-masing sesuai dengan pengetahuan dan perspektif yang dimilikinya.

Dalam pandangan Islam sumber hukum yang disepakati oleh mayoritas ulama, khususnya di kalangan sunni terdiri dari 4 (empat) sumber hukum Islam, yaitu: pertama, al-Qur’an. Kedua, Hadis Nabi. Ketiga, Ijma’ Ulama (kesepakatan semua ulama), dan keempat Qiyas (analogi).

Pertama, Nash al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam, di dalamnya tidak ada satu ayat pun baik tersurat maupun tersirat yang menjelaskan mengenai khitan perempuan (Serour, 2017; Al Qardlawi, Muhammad, 2010).

Baca Juga:

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh

Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

Urgensi Fikih Haji Perempuan dalam Pandangan Nyai Badriyah Fayumi

Menurutnya, khitan perempuan di kalangan masyarakat Muslim diperkirakan bersumber dari tradisi masa lalu yang sudah dilakukan sebelum Islam diturunkan, bahkan menjadi tradisi yang dilakukan hampir 2000 tahun sebelum Islam, tetapi FGM tidak dipraktikkan oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia.

Kedua, Nash Hadis. Di dalam hadis, ada beberapa riwayat yang menyebutkan tentang khitan atau khitan baik yang bersifat umum kepada laki-laki dan perempuan, maupun yang bersifat khusus kepada perempuan.

Hadis yang bersifat umum, di antaranya:

عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ الْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَقَصُّ الشَّارِبِ

Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “ada lima perkara yang merupakan fitrah manusia yaitu: 1) Khitan; 2) istihdad (mencukur bulu pada sekitar kemaluan); 3) mencukur bulu ketiak; 4) menggunting kuku; 5) memendekkan kumis”.

Makna Fitrah

Hadis di atas diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmizi, al-Nsa’i, Ibn Majah, Ahmad dan lain-lain. Makna fitrah dalam hadis di atas, ada 3 (tiga) pendapat yaitu:

Pertama, fitrah artinya agama. Berarti lima unsur yang disebutkan dalam Hadis tersebut merupakan bagian dari agama yang harus dilaksanakan. Atau bisa disebut wajib hukumnya untuk dilaksanakan. Implikasinya pada khitan, hukumnya menjadi wajib dilaksanakan pada laki-laki dan perempuan.

Kedua, fitrah artinya sunnah, kebiasaan baik. Berarti lima unsur dalam hadis tersebut merupakan kebiasaan baik, hukumnya sunnah untuk dilaksanakan pada laki-laki dan perempuan. Implikasinya pada khitan, hukumnya sunnah bagi laki-laki dan perempuan.

Ketiga, fitrah artinya asal mula. Berarti semua hal yang kita sebutkan dalam Hadis tersebut tidak mengikat, tidak berimplikasi secara hukum apapun kecuali mubah. Termasuk khitan pun hukumnya mubah baik pada laki-laki maupun perempuan.

Hadis yang bersifat khusus, di antaranya:

الختان سنة للرجال مكرمة للنساء

Artinya: “Khitan sunnah bagi laki-laki dan kemuliaan bagi perempuan”.

Hadis tersebut menurut Fathullah (2010) memiliki dua jalur periwayatan: pertama, riwayat yang bermuara pada al-Hajjaj Ibn Arta’ah, beliau dikenal sebagai perawi yang lemah. Sehingga riwayatnya tidak bisa dijadikan hujjah, diriwayatkan secara marfu’ sebagai perkataan Nabi SAW. Namun sanadnya da’if.

Kedua, riwayatnya juga da’if, bahkan bukan sebagai perkataan Nabi SAW, namun hanya perkataan sahabat. Begitu juga menurut penilaian sebagian ulama hadis juga dla’if. Sehingga tidak dapat kita jadikan sebagai sumber hukum. []

Tags: kontroversiP2GPpandanganulama
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Rumah Tangga dengan

Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

20 Juni 2025
Seni Kehidupan

Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

20 Juni 2025
Pernikahan adalah Pilihan

Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

20 Juni 2025
Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan adalah Pilihan

    Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan
  • Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan
  • Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID