• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Korban Bullying Harus Bisa Bangkit, Tuhan Mencintaimu!

Tokoh seperti Barack Obama, Tom Cruise, maupun Sumandi menjadi bukti bahwa korban bullying mampu bangkit dan menggapai masa depan

Shulhan Habib Shulhan Habib
22/03/2024
in Publik, Rekomendasi
0
Korban Bullying

Korban Bullying

495
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Kasus bullying yang terus meningkat harus mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Masyarakat ataupun korban bullying harus bersama-sama speak-up. Tindakan ini tidak boleh mendapatkan tempat sedikitpun untuk terdiamkan ataupun tertoleransi.

Jika bullying terus terbiarkan, maka akan semakin tumbuh subur yang berakhir pada hancurnya mental generasi bangsa. Jejak pendapat U-Report terhadap 2.777 anak muda yang berusia 14-24 tahun mencatat bahwa 45% dari mereka pernah mengalami bullying.

Terbaru, pada 2023 kasus bullying juga semakin meningkat signifikan di lingkungan sekolah sebanyak 30 kasus, yang mana notabenya adalah tempat pembentukan karakter. Dari 30 kasus, setengahnya terjadi di bangku SMP, 30 persen terjadi di bangku SD, 10 persen di bangku SMA, dan 10 persen di bangku SMK.

Efek Bullying bagi Korban

Bullying memiliki efek yang luar biasa buruk bagi korban. Korban bullying akan mengalami gangguan psikis, cemas, trauma hebat, trust issue,  fungsi sosial yang buruk. Tak jarang korban bullying akan lepas kontrol hingga melakukan tindakan tak masuk akal, melukai diri sendiri, hingga berakhir pada bunuh diri karena trauma yang sangat dalam.

Perlu adanya upaya pemulihan psikologi bagi korban bullying yang mengalami depresi hebat agar mereka bisa bangkit. Korban bullying sangatlah perlu mendapat pendampingan dan perhatian lebih.

Baca Juga:

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

Al-Qur’an Mengecam Tindakan Bullying

Al-Qur’an sangat mengecam tindakan bullying. Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat [49]: 11;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan fasik) setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim”. (QS. Al-Hujurat [49]: 11)

Ibnu Jarir At-Thabari menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa ayat tersebut merupakan larangan untuk saling mencaci satu sama lain. Seseorang yang merasa memiliki kelebihan tidak diperkenankan mengolok-olok orang yang mereka anggap kurang.

Karena bisa jadi yang mereka olok-olok jauh mulia daripada yang memperolok. Ibnu Jarir At-Tabari menambahkan, orang muslim tidak boleh memperolok orang lain dalam segala hal dan tidak hanya terbatas dalam masalah harta, fisik, keilmuan, bahkan termasuk kepada pelaku dosa besar.

Ayat tersebut juga melarang memanggil orang lain dengan julukan yang tidak ia sukai. Ayat ini turun berkenaan dengan masa jahiliyyah yang lekat akan julukan-julukan yang begitu banyak. Kemudian saat mereka masuk Islam mereka melarang memakai julukan yang tidak disukai.

Manusia Makhluk Mulia dengan Potensi yang Ada

Tuhan sangat memuliakan manusia. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang tercipta dengan segala potensi yang ada.  Dalam QS. At-Tin ayat 4, Allah berfirman;

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (95:4)

Dalam ayat tersebut, Allah berusaha meyakinkan manusia, bahwa mereka adalah makhluk paling sempurna yang memiliki segala potensi yang ada. Bahkan para Malaikat mengakui kemuliaan manusia yang berujung kepada penghormatan mereka terhadap Nabi Adam.

Dalam tafsir Al-Qurtuby terdapat sebuah kisah, diceritakan Musa Al-Hasyimi adalah seorang yang sangat mencintai istrinya, namun suatu hari ia berkata kepada istrinya: “Jika besok engkau tidak mampu mengalahkan kecantikan rembulan, maka engkau aku cerai”. Istrinya sangat kaget dan menjauh seraya berkata; “berarti engkau telah menceraikan ku!”.

Istrinya merenung semalaman hingga saat pagi tiba, ia sowan kepada Abu Ja’far al-Mansur dan mengadu padanya. Abu Ja’far al-Mansur nampak resah luar biasa. Ia pun berniat mengumpulkan para ulama dan meminta fatwa mereka terhadap permasalahan istri Musa al-Hasyimi.

Semua ulama yang hadir sepakat bahwa ia telah terceraikan. Kecuali salah satu Ulama golongan Hanafiyah yg diam tak berkata apapun. Imam Mansur bertanya; “Mengapa engkau diam tidak berfatwa?”. Ulama tersebut lantas membacakan surat at-Tin dan berkata;

“Demi Allah Manusia adalah sebaik- baiknya makhluk Tuhan. Tidak ada sesuatu yang mengalahkan keindahannya. Ia indah baik luar dan dalam”.

Mendengar jawabannya, Imam Mansur pun memutuskan bahwa istri Musa al-Hasyimi tidak bercerai.

Manusia terhiasi oleh kecerdasan dan akal yang dapat membedakan benar dan salah. Ibnu Arabi bahkan berkata

“tidak ada makhluk Allah yang sesempurna manusia. Ia diciptakan dengan sifat-sifat yang melekat pada Tuhan;  pintar, punya kuasa, berkehendak, berbicara, mendengar, mengurusi maupun menghukumi.”

Oleh karenanya, para filsuf mengatakan bahwa manusia adalah alam raya kecil yang menghimpun sifat dan keindahan seluruh makhluk Tuhan.

Sudah selayaknya bagi korban bullying untuk bangkit, tidak terus terjatuh dalam rasa trauma, takut, maupun frustasi. Korban Korban bullying seharusnya menyadari bahwa ia adalah makhluk mulia dan dimuliakan Allah. Allah membekali setiap manusia dengan berbagai potensi yang ada untuk menjadi hamba yang lebih baik.

Tokoh seperti Barack Obama, Tom Cruise, maupun Sumandi menjadi bukti bahwa korban bullying mampu bangkit dan menggapai masa depan. Alangkah meruginya bila korban bullying tidak menyadari akan potensi yang diberikan Tuhan kepadanya dan malah nyaman dalam lubang putus asa hanya karena perlakuan bullying terhadapnya. []

 

Tags: DepresiGangguan JiwaKesehatan MentalKorban Bullyingperundungan
Shulhan Habib

Shulhan Habib

Mahasiswa Magister prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Pascasarjana UIN Walisongo Semarang

Terkait Posts

Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID