Rabu, 3 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Transisi Energi

    Gerakan 16 HAKTP: Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Menguatkan Transisi Energi Berkeadilan

    Fahmina

    Marzuki Rais: Fahmina Tumbuh dari Kontrakan, Kuat di Pendidikan, Meluas Lewat Jejaring Asia

    Fahmina

    Marzuki Rais Beberkan Tantangan Advokasi dan Misi Keberagaman Fahmina

    Inklusif

    Peringati Seperempat Abad, Fahmina Kuatkan Gerakan Pendidikan Inklusif

    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

    Fahmina yang

    Fahmina Luncurkan Buku “Bergerak untuk Peradaban Berkeadilan” di Harlah ke-25

    25 Tahun Fahmina

    Fahmina Akan Gelar Peringatan 25 Tahun, Ini Rangkaian Acaranya

    P2GP

    P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Dosa Struktural

    Dosa Struktural Sebagai Penyebab Bencana Alam Sumatera

    Pendidikan Karakter

    Pendidikan Karakter, dari Keluarga hingga Perguruan Tinggi

    Pengalaman Biologis

    Melihat Perempuan dengan Utuh: Tubuh, Pengalaman Biologis, dan Kesetaraan yang Lebih Manusiawi

    Kekuasaan

    Ketika Kekuasaan Jadi Alat Perusak Alam

    Jurnalisme Inklusi

    Menghapus Stigma, Menguatkan Suara: Pentingnya Jurnalisme Inklusi bagi Difabel

    Kerusakan

    Ketika Manusia Lebih Memilih Kerusakan

    Darurat Bencana Alam

    Indonesia Darurat Kebijakan, Bukan Sekedar Darurat Bencana Alam

    Khalifah di Bumi

    Manusia Dipilih Jadi Khalifah, Mengapa Justru Merusak Bumi?

    Kerusakan Alam

    Bergerak Bersama Selamatkan Bumi dari Kerusakan Alam

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Transisi Energi

    Gerakan 16 HAKTP: Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Menguatkan Transisi Energi Berkeadilan

    Fahmina

    Marzuki Rais: Fahmina Tumbuh dari Kontrakan, Kuat di Pendidikan, Meluas Lewat Jejaring Asia

    Fahmina

    Marzuki Rais Beberkan Tantangan Advokasi dan Misi Keberagaman Fahmina

    Inklusif

    Peringati Seperempat Abad, Fahmina Kuatkan Gerakan Pendidikan Inklusif

    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

    Fahmina yang

    Fahmina Luncurkan Buku “Bergerak untuk Peradaban Berkeadilan” di Harlah ke-25

    25 Tahun Fahmina

    Fahmina Akan Gelar Peringatan 25 Tahun, Ini Rangkaian Acaranya

    P2GP

    P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Dosa Struktural

    Dosa Struktural Sebagai Penyebab Bencana Alam Sumatera

    Pendidikan Karakter

    Pendidikan Karakter, dari Keluarga hingga Perguruan Tinggi

    Pengalaman Biologis

    Melihat Perempuan dengan Utuh: Tubuh, Pengalaman Biologis, dan Kesetaraan yang Lebih Manusiawi

    Kekuasaan

    Ketika Kekuasaan Jadi Alat Perusak Alam

    Jurnalisme Inklusi

    Menghapus Stigma, Menguatkan Suara: Pentingnya Jurnalisme Inklusi bagi Difabel

    Kerusakan

    Ketika Manusia Lebih Memilih Kerusakan

    Darurat Bencana Alam

    Indonesia Darurat Kebijakan, Bukan Sekedar Darurat Bencana Alam

    Khalifah di Bumi

    Manusia Dipilih Jadi Khalifah, Mengapa Justru Merusak Bumi?

    Kerusakan Alam

    Bergerak Bersama Selamatkan Bumi dari Kerusakan Alam

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

Siapa yang menyangka bahwa kondisi sosial ekonomi dan politik ternyata berdampak kepada perjalanan spiritual untuk berkurban.

Layyin Lala Layyin Lala
2 Juni 2025
in Personal
0
Kurban

Kurban

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perjalanan spiritual setiap orang memang sangat unik dan khas, apalagi perjalanan spiritual tentang berkurban. Setiap tahunnya, umat Islam merayakan hari Raya Iduladha dengan berkurban. Kurban sendiri merupakan bentuk rangkaian ibadah yang bermula dari perjalanan spiritual Nabi Ibrahim AS. Beliau mendapatkan wahyu untuk menyembelih Ismail yang kemudian Allah ganti kepalanya menjadi kepala kambing.

Dalam syariat Islam sendiri, aturan berkurban terbagi atas empat aturan atau syarat. Pertama, orang yang berkurban diharuskan seorang muslim. Kedua, baligh (orang telah mencapai kedewasaan menurut Islam). Ketiga, berakal (orang yang sudah punya kesadaran penuh). Keempat, mampu secara finansial atau memiliki kecukupan rezeki untuk membeli hewan qurban tanpa mengganggu kebutuhan pokoknya.

Allah memberikan keringanan ibadah kurban pada masyarakat yang telah mampu. Itu artinya, masyarakat yang belum memiliki kemampuan untuk berkurban, tidak wajib berkurban. Hakikatnya, kurban sendiri juga bentuk ibadah yang peduli terhadap orang-orang yang belum “mampu”. Biasanya, daging kurban akan dibagikan kepada masyarakat yang kurang mampu sebagai bentuk kasih sayang dan kepedulian.

Gen Z, Perjalanan Spiritual, dan Ibadah Kurban

Tulisan kali ini mendokumentasikan diskusi bersama seorang sahabat. Sahabat muslim Gen Z yang sedang berkelahi dengan quarter life crisis. Di awal umur 23 tahun, seorang sahabat ingin sekali untuk pertama kalinya dapat beribadah kurban. 

“Fase dewasa, tidak begitu menyenangkan, ya! Di awal umur 23 tahun dengan pendapatan yang hanya cukup buat satu bulan ini, rasanya Saya juga berharap kapan bisa berkurban,” ujarnya sambil mengaduk matcha latte yang tinggal separuh itu.

Saya terdiam, melanjutkan mengaduk thai tea yang belum Saya sempat minum. Kulihat wajahnya lagi, pandangannya mulai kosong. Malam yang dingin berubah sedikit mencekam. Saya tahu apa yang sedang dikhawatirkannya.

Sementara itu Saya berusaha menanggapi pendapatnya. “Coba aja kalau pemerintah kita bisa menyediakan lapangan kerja yang sangat memadai. Pastinya, kita juga punya tabungan untuk berkurban meskipun harus menunggu satu atau dua tahun buat menabung,”

Kami saling bertatapan, beberapa hari lagi takbir akan berkumandang di seluruh tempat di bumi. Beberapa orang bersiap dengan membeli hewan kurban, rumah potong hewan juga sudah membuka kuota pemotongan. Kulihat sahabatku tertawa, “Jadi, kita ga bisa berkurban tahun ini karena salah pemerintah?” tanyanya dengan sedikit menjengkelkan.

Saya tersenyum kemudian tertawa. “Engga juga sih, semua hal yang terjadi di dunia karena kehendak Allah. Kalaupun kita belum berkesempatan berkurban, berarti Allah memang belum mengizinkan kita kurban,” jawabku dengan tenang.

Baru saya tahu, ternyata banyak sekali teman-teman gen Z juga ingin kurban. Syarat pertama hingga ketiga sudah tercukupi. Namun, syarat keempat masih belum tercukupi. Bukannya ingin memaksakan, tapi kita juga ingin merasakan ibadah berkurban yang hanya satu tahun sekali. Bagi teman-teman gen Z, memang kondisi saat ini belum memungkinkan untuk berkurban.

Pendapatan yang kecil, lowongan pekerjaan yang tidak banyak tersedia, inflasi yang tinggi, dan serba-serbi hegemoni sosial ekonomi yang menyulitkan rakyat menjadi salah satu akibat. Siapa yang menyangka bahwa kondisi sosial ekonomi dan politik ternyata berdampak kepada perjalanan spiritual untuk berkurban.

Kisah Menggelitik Bilal bin Rabbah yang Berkurban Ayam

Saya jadi teringat sebuah kisah yang menggelitik, saat Rasulullah bertanya kepada Bilal apa yang ia jadikan kurban? Bilal bin Rabbah merupakan budak berkulit hitam yang Rasulullah merdekakan.

Pada kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtashid karya Ibnu Rusyd, dijelaskan bahwa Rasulullah bertanya kepada Bilal. “Engkau berkurban apa, Bilal?” tanya Rasulullah. “Saya berkurban seekor ayam jago,” jawab Bilal yang suara sandalnya sudah sampai ke surga. “Oh, rupanya muazin berkurban muazin, ya,” kata Rasulullah sambil bercanda.

Respon candaan Rasulullah atas jawaban Bilal bin Rabbah menunjukkan bahwa Rasulullah adalah orang yang penuh kasih sayang. Jikalau Rasulullah bukan orang yang penyayang, pasti Rasulullah akan memarahi Bilal dan berkata bahwa berkurban harus menggunakan hewan ternak, bukan unggas. Tapi, Rasulullah merespon dengan nada yang bercanda.

Beliau memperlihatkan sisi kemanusiaan dan kelembutan hati dalam berinteraksi, bahkan dalam hal ibadah sekalipun (bukan dalam konteks mempermainkan ibadah). Beliau tidak memberatkan Bilal dalam hal berkurban karena memang saat itu Bilal belum mampu untuk berkurban.

Saya yang Berkurban Perasaan

Saya rasa, jawaban Bilal tentang berkurban dengan Ayam masih bisa diterima oleh akal. Setidaknya, ayam juga masih kerabat dekat dengan hewan ternak. Tapi, bagaimana kemudian jika Rasulullah saat ini masih hidup dan bertanya kepada saya atau teman-teman Gen Z? 

“Engkau berkurban apa? tanya Rasulullah. Barangkali, dengan senyum yang getir saya akan menjawab, “Ya Rasulullah… Kami berkurban perasaan.” Seketika suasana bisa jadi hening, lalu terdengar gumaman tawa lembut dari para sahabat. Mungkin Rasulullah hanya akan menatap saya sambil menahan tawa.

Rasanya kami juga ingin mengadu kepada Rasulullah tentang sulitnya mencari pekerjaan saat ini, tentang banyaknya kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat, tentang semua kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang berdampak pada perjalanan spiritual untuk berkurban. Kami juga ingin menjadi seperti sahabat Abdurrahman bin ‘Auf. Sahabat muda Rasulullah yang kaya raya. 

Menurut Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (halaman 163), dari riwayat Ma’mar dari Az-Zuhri, diceritakan bahwa Abdurrahman bin Auf pernah bersedekah setengah dari hartanya, yaitu 4.000 dinar. Tidak lama setelah itu, ia kembali bersedekah sebanyak 40.000 dinar, dan kemudian bersedekah lagi dengan jumlah yang sama. Jumlah ini sangat besar di zamannya, setara dengan sekitar Rp4,5 miliar.

Selain itu, Abdurrahman bin Auf juga menyumbangkan 500 ekor kuda untuk transportasi, serta 500 ekor unta untuk keperluan jihad di jalan Allah. Sebagian besar kekayaannya diperoleh dari hasil berdagang. Ia juga dikenal karena memerdekakan ribuan budak.

Ah, jangankan seperti Abdurrahman bin Auf yang punya kekayaan hampi 4,5 milyar. Sebagai Gen Z, punya uang buat beli thai tea di akhir bulan saja sudah sangat alhamdulillah. Ya Allah, berikanlah kami para Gen Z kekayaan yang halal dan melimpah agar kami dapat mengelola uang itu di jalan-Mu.

Bagaimana Aku Akan Takut akan Kemiskinan Sedang Aku Adalah Hamba dari yang Maha Kaya

Saya tahu, bahwa dunia adalah tempat yang tidak benar-benar ideal. Ada begitu banyak kejadian yang tidak terduga yang menyebabkan dunia berputar secara tidak ideal. Tentu, itu semua juga atas kehendak dan izin Allah.

Barangkali, boleh-boleh saja kita berpikir bahwa politik dan ekonomi mempengaruhi perjalanan spiritual kita. Boleh-boleh saja kita berpikir bahwa akibat kebijakan yang tidak merakyat juga berpengaruh terhadap bisa atau tidaknya kurban. Namun yang perlu kita perhatikan kembali adalah perjalanan spiritual adalah bentuk dari tuntunan Allah.

Ada suatu pepatah dalam bahasa arab, yang berbunyi: 

كيف ا خاف من ا لفقر و انا عبد ا لغير 

Kalimat tersebut memiliki arti “Bagaimana kita bisa takut miskin, sedangkan kita adalah hamba dari Yang Maha Kaya?”

Kalimat tersebut menggugah hati kita, mengingatkan bahwa ketakutan akan kekurangan adalah sesuatu yang manusiawi. Namun, tidak seharusnya membuat kita goyah dalam keyakinan. Allah yang Maha Kaya, Maha Pemberi Rezeki, dan Maha Mengetahui segala isi hati.

Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya terabaikan jika kita bersandar penuh kepada-Nya. Tahun ini, mungkin yang bisa kita kurbankan hanyalah perasaan. Tapi siapa tahu, Allah sedang menyiapkan rezeki kurban di tahun-tahun berikutnya.

Refleksi atas Ibadah Kurban

Allah menghendaki segala sesuatu yang berjalan di dunia atas izin-Nya. Barangkali, memang tahun ini Allah belum berkehendak untuk kita kurban. Namun, hal tersebut bukan jadi pembenaran bahwa selanjutnya kita tidak mengusahakan berkurban. Tidak apa-apa jika setiap tahun yang bisa kita jadikan kurban adalah perasaaan.

Belum bisa berkurban sapi atau kambing atau onta juga. Barangkali, Allah sedang memberi kita kesempatan untuk berusaha agar kelak Allah menitipkan sebagian rezeki untuk kita manfaatkan menjadi kurban.

Allah Maha Berkuasa. Tanpa ibadah kita, Allah tetap Maha Berkuasa. Ibadah kita tidak berpengaruh terhadap kekuasaan Allah. Maka, sudah menjadi keharusan untuk selalu memohon kepada Allah agar selalu berada di jalan-Nya.

Kita dapat beribadah adalah anugerah dan nikmat yang Allah berikan. Begitu pula berkurban, juga anugerah dan nikmat yang Allah berikan. Sebagai hamba, Allah adalah satu-satunya tempat kita untuk meminta dan memohon pertolongan. 

Dan jika kita bertanya, “Mengapa belum mampu?” Maka, mungkin jawabannya adalah karena Allah sedang mendidik kita untuk bersungguh-sungguh. Karena Allah sedang menanamkan sabar dan keyakinan sebelum memberikan lebih. Karena Allah ingin kita siap. Bukan hanya secara materi, tetapi juga secara iman dan syukur.

Sebab yang paling penting dalam berkurban bukanlah jumlah atau besar kecilnya hewan, melainkan siapa yang menjadi tujuan dari kurban itu. Dan selama Allah adalah tujuan kita, tak ada doa dan usaha yang akan sia-sia. Wallahu a’lam bish shawab. []

 

Tags: Gen ZiduladhaKurbanKurban Perasaanperjalanan spiritual
Layyin Lala

Layyin Lala

A Student, Santri, and Servant.

Terkait Posts

soft life
Personal

Soft Life : Gaya Hidup Anti Stres Gen Z untuk Kesejahteraan Mental

27 November 2025
Kesetaraan Disabilitas
Publik

Gen Z Membangun Kesetaraan Disabilitas Di Era Digital

8 November 2025
Drama Korea
Personal

Tradisi Kissing dan Living Together ala Drama Korea dalam Perspektif Islam

26 September 2025
Sushila Karki
Publik

Sushila Karki, Perempuan yang Dipilih Gen Z Nepal

20 September 2025
Panggung Maulid
Pernak-pernik

Panggung Maulid: Ruang Kreatif Gen Z Menyemai Cinta Rasulullah

7 September 2025
Bendera Bajak Laut
Pernak-pernik

Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas

25 Agustus 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kompilasi Hukum Islam

    Mungkinkah Kita Melahirkan Kompilasi Hukum Islam Baru?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Keteguhan dari Bambu: Perempuan, Pengetahuan, dan Ekologi di Omah Petroek

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bergerak Bersama Selamatkan Bumi dari Kerusakan Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Manusia Dipilih Jadi Khalifah, Mengapa Justru Merusak Bumi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Silabus Lingkungan untuk Pejabat dan Pemilik Modal, Mengapa Ini Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dosa Struktural Sebagai Penyebab Bencana Alam Sumatera
  • Pendidikan Karakter, dari Keluarga hingga Perguruan Tinggi
  • Melihat Perempuan dengan Utuh: Tubuh, Pengalaman Biologis, dan Kesetaraan yang Lebih Manusiawi
  • Ketika Kekuasaan Jadi Alat Perusak Alam
  • Menghapus Stigma, Menguatkan Suara: Pentingnya Jurnalisme Inklusi bagi Difabel

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID