• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Lena Mokoginta: dari Aktivis Perempuan Jong Celebes hingga Mendirikan Bhayangkari

Kiprah Lena Mokoginta yang turut memainkan peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia, menjadikannya sebagai sosok yang pantas untuk terus kita kenang dalam panggung sejarah Nusantara

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
14/11/2022
in Figur
0
Lena Mokoginta

Lena Mokoginta

491
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Peran perempuan bukan sekadar figuran dalam panggung sejarah Nusantara, namun juga turut memainkan peran penting dalam berbagai episode perjuangan bangsa. Dan, satu di antara para aktivis perempuan Nusantara, yang tentu patut untuk kita kenang dalam pentas sejarah, adalah Lena Mokoginta.

Siapakah Lena Mokoginta?

Lena Mokoginta merupakan perempuan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Dalam penjelasannya Bambang Suwondo, dkk., melalui buku Sejarah Daerah Sulawesi Utara (1982), mengatakan bahwa Lena Mokoginta merupakan putri dari seorang Jogugu (Perdana Menteri) Kerajaan Bolaang Mongondow, yaitu A.P. Mokoginta. Hal ini menerangkan kalau Lena Mokoginta termasuk orang dari keluarga terpandang di Bolaang Mongondow.

Aktivis perempuan ini, sebagaimana penjelasan Nur Janti dalam “Pengungsian Lena Mokoginta dari Desa ke Desa”, memulai pendidikan formalnya di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Kotamobagu, kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Tondano selama enam bulan, dan pindah ke MULO Pasar Baru, untuk selanjutnya Lena Mokoginta pindah ke MULO Gang Menjangan.

Alasan Lena Mokoginta pindah dari satu sekolah ke sekolah lain, agaknya, dipengaruhi oleh keadaan, sebagaimana penjelasan Bambang Suwondo, dkk., dalam Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Utara, di mana orang tua Lena Mokoginta, pada tahun 1926 M, harus berangkat ke Jakarta meninggalkan Bolaang Mongondow.

Di MULO, Lena Mokoginta akrab dengan Soenarti. Pertamanan ini membawa pada pertemuan dua insan, yaitu Lena Mokoginta dengan Soekanto Tjokrodiatmodjo yang adalah kakak Soenarti. Lena dan Soekanto pada akhirnya memutuskan untuk menikah.

Baca Juga:

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Sosok Soekanto Tjokrodiatmodjo, pada capaian karirnya, menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri)–dulu bernama Kepala Djawatan Kepolisian Negara–yang pertama. Dan, Lena Mokoginta sendiri juga mampu mengimbangi karir sang suami dengan berbagai capaiannya dalam dunia pergerakan.

Menjadi Aktivis Perempuan Jong Celebes

Lena Mokoginta termasuk perempuan aktivis yang turut mengisi perjuangan bangsa. Dalam pergerakannya, dia bergabung dan aktif sebagai anggota Jong Celebes.

Jong Celebes, sebagaimana penjelasan Momon Abdul Rahman, dkk., dalam Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional bahwa, berawal dari momen pada 6 Januari 1918 M, sekitar 34 pelajar dari Sulawesi Utara berkumpul di gedung asrama Stovia, dan membentuk Studeerenden Vereeniging Minahasa.

Pada tahun 1927 M, Studeerenden Vereeniging Minahasa berganti nama menjadi Jong Celebes. Hal itu sebab pada kenyataannya organisasi ini beranggotakan para pelajar (pemuda) dari berbagai wilayah Sulawesi, dan bukan hanya dari Minahasa. Sehingga, lebih tepat bernama Jong Celebes yang bermakna pemuda Sulawesi.

Sejauh kita ketahui bahwa Jong Celebes bersama Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPI (Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia), pada 27-28 Oktober 1928 M, sukses menyelenggarakan Kongres Pemuda II. Kongres yang bertujuan untuk menguatkan semangat dan persatuan bangsa. Di mana mereka telah berhasil melahirkan Sumpah Pemuda yang sangat berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dalam hal ini, Lena Mokoginta, sebagai aktivis perempuan dari Jong Celebes, juga turut terlibat dalam kepesertaan Kongres Pemuda II. Keaktifan Lena Mokoginta dalam pergerakan kaum muda terus berlanjut pasca-Kongres Pemuda II. Di mana Jong Celebes bersama organisasi pemuda daerah lainnya bergabung dalam satu payung yang bernama Indonesia Muda.

Mendirikan Bhayangkari

Sepak terjang Lena Mokoginta tidak hanya sampai pada pergerakan kaum muda. Pada tahun 1949 M, Lena Mokoginta berhasil menghimpun kekuatan istri-istri polisi di Indonesia.

Sebagaimana penjelasan Saskia Wieringa dalam Sexual Politics in Indonesia bahwa, “Bhayangkari… the functional organization of wives of the armed forces, was established in 1949 by Mrs Lena Soekanto-Mokoginta, the wife of the Chief of Police…. At its inaugural meeting the group decided that their leaders should be educated women who would be responsible and dedicated to their work….

(Bhayangkari… organisasi fungsional istri-istri angkatan bersenjata, didirikan pada 1949 oleh Nyonya Lena Soekanto-Mokoginta, istri dari Kepala Polisi…. Pada pertemuan pelantikan kelompok memutuskan bahwa pemimpin mereka harus perempuan. Di mana ia harus berpendidikan karena akan bertanggung jawab dan berdedikasi untuk kerja mereka).”

Keberhasilan Lena Mokoginta mendirikan Bhayangkari, yang merupakan organisasi bagi para istri Polri.  Seperti (Redaktur) Bhayangkari.or.id jelaskan dalam “Sejarah Singkat Bhayangkari”. Pendiriannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membantu tugas-tugas Polri–tentu menjadi sumbangsih besar dalam sejarah bangsa Indonesia, khususnya keluarga Polri.

Kiprah Lena Mokoginta yang turut memainkan peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia, menjadikannya sebagai sosok yang pantas untuk terus kita kenang dalam panggung sejarah Nusantara. []

Tags: BhayangkariIndonesiaJong CelebesKepemimpinan PerempuanLena MokogintaNusantaraPahlawan Perempuansejarah
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID