Mubadalah.id – Al-Qalam sebagaimana disebutkan dalam rangkaian wahyu pertama di atas: Tuhan mengajarkan manusia dengan qalam (pena), dan dikemukakan pula dalam wahyu ke tiga: Demi pena dan apa yang mereka goreskan?.
Oh, kata-kata ini begitu indah. Lihatlah, Tuhan bersumpah dengan Pena. Betapa hebatnya pena sehingga Tuhan bersumpah dengannya. Ada apa dengannya gerangan.
Para sufi besar sering mengungkapkan sebuah hadis: “Awwal Ma khalaqa Allah, al-Qalam.” Awal ciptaan Allah adalah pena, di samping hadis: “Awwal Ma Khalaqa Allah al-Aql” (yang pertama diciptakan Tuhan adalah akal).
Pena tentu bukan sekadar alat untuk menulis katakata atau melukis, melainkan mencatat dan menghimpun segala peristiwa kehidupan manusia masa lalu, kini, dan nanti, serta alam semesta.
Dengan wahyu tersebut, Tuhan seakan-akan ingin mengatakan kepada semua manusia, melalui Nabi Muhammad saw.
Hai manusia. Catat segala peristiwa kehidupanmu. Catat transaksitransaksi pentingmu. Tulis perjanjian damai dengan siapa pun. Abadikan gagasan dan karya-karya kecendikiaan dan intelektualmu melalui goresan tanganmu. Dan tulis sejarah bangsa-bangsa. Dan seterusnya. Begitulah kira-kira.
Membaca dan menulis merupakan titik awal dan instrumen fundamental bagi penciptaan Ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban manusia.
Melalui wahyu-wahyu pertama di atas, sangat jelas kiranya bahwa Islam bukan sekadar mengajarkan kepada manusia tentang keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kehidupan metafisika atau kehidupan akhirat.
Tetapi juga memiliki komitmen yang sangat jelas dan kuat untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan dan membangun peradaban yang didasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan.*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi.