• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Makna Kurban dalam Buku Apalagi Islam itu Kalau bukan Cinta

Menurut Habib Ja’far kurban merupakan salah satu simbol totalitas penghambaan dan kepatuhan Nabi Ibrahim as dan Sayyidah Hajar kepada Allah Swt

Abdullah Faqih Abdullah Faqih
01/07/2023
in Buku
0
Kurban Islam

Kurban Islam

648
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul:  Apalagi Islam Itu Kalau Bukan Cinta

Penulis: Husein Ja’far Al-Hadar

Penerbit: Yayasan Islam Cinta Indonesia

Cetakan: Cetakan Pertama, November 2018

ISBN: 978-602-53014-5-8

Mubadalah.id – Perayaan Hari Raya Idul Adha hingga saat ini masih begitu terasa. Karena tepat pada tanggal 29 Juni 2023 lalu, baru saja sebagian umat Islam di Indonesia merayakan hari Raya Kurban.

Masih dalam perayaan hari Raya Kurban, ada salah satu buku “Apalagi Islam Itu Kalau Bukan Cinta” karya Husein Ja’far al-Hadar yang menarik untuk saya bahas. Di dalam buku tersebut, pria yang kerap disapa Habib Ja’far menjelaskan tentang makna yang ada dalam kurban.

Menurut Habib Ja’far kurban merupakan salah satu simbol totalitas penghambaan dan kepatuhan Nabi Ibrahim as dan Sayyidah Hajar kepada Allah Swt. Keduanya telah merelakan Ismail yang telah mereka nantikan kelahirannya hingga puluhan tahun, namun Allah Swt justru memerintahkan untuk Ibrahim menyembelih Ismail.

Bahkan Nabi Ibrahm as dan Sayyidah Hajar selalu berdoa kepada Allah Swt untuk dikarunia seorang anak. Doa keduanya diabadikan dalam al-Qur’an surat as-Saffat ayat 100:

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Baca Juga:

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Makna Wuquf di Arafah

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih.” (QS. as-Saffat ayat 100).

Namun begitu lahir, keduanya harus merelakan anaknya untuk di kurbankan. Inilah, yang menurut Habib Ja’far, sebagai simbol kepatuhan Nabi Ibrahim as dan Sayyidah Hajar kepada Allah Swt.

Terlebih, saat Ismail benar-benar akan disembelih, Allah Swt justru menggantikannya dengan domba. Nah, dengan menggantinya menjadi seekor domba ini lah, menurut Habib Ja’far terdapat banyak teladan dan hikmah di dalamnya.

Pertama, dengan menggantikan Ismail menjadi seekor domba tampaknya ini merupakan cara Allah untuk mengakhiri tradisi persembahan nyawa dan darah manusia pada Tuhan ala kaum Masokhis yang berkembang sebelum masa Ibrahim.

Allah Swt ingin menghapus tradisi keberagamaan dan kebertuhanan yang salah kaprah itu. Allah Swt hendak menegaskan bahwa tak boleh lagi ada kekerasan, apalagi hingga mengorbankan nyawa manusia atas nama-Nya.

Bahkan, sebetulnya, melalui Ismail, Allah Swt sedang memerintahkan kepada kita semua agar menyembelih egoisme dan sifat kebinatangan yang mungkin ada dalam diri kita.

Menjadi Ibrahim dan Sayyidah Hajar

Kedua, Allah Swt ingin menegaskan bahwa sebenarnya setiap kita adalah layaknya menjadi Ibrahim dan Sayyidah Hajar. Masing-masing kita memiliki “Ismail”-nya sendiri-sendiri. “Ismail” itu tak mesti berbentuk anak, namun bisa juga istri, cucu, orangtua, teman, saudara, dan lain-lain.

Bahkan, “Ismail” tak mesti manusia. Ia bisa saja berbentuk harta, jabatan, status sosial, dan lain-lain. Maka, jangan biarkan “Ismail-lsmail” kita itu menumbuhkan egoisme dalam diri, membutakan mata hati dan membuat keruh pikiran kita. Sehingga kita menjadi hambap-Nya yang membangkang.

Lalu, Habib Ja’far menanyakan, siapa “Ismail” kita?

Ia menjawab, tak ada yang saling tahu. Hanya diri masing-masing yang paling tahu. Jangan bertanya pada yang lain. Bercermin dan bertanyalah pada diri sendiri: “Siapa “Ismail”-ku?”.

Yang jelas, kata Habib Ja’far, rumusnya “Ismail” adalah segala sesuatu yang melemahkan iman, membutakan hati, membuat keruh pikiran, dan memicu hawa nafsu.

Kemudian, menumbuhkan ego, membuat sombong, iri, menjadikan diri merasa paling benar sembari menuduh yang lain salah dan kafir. Dan segala sesuatu yang menjauhkan diri dari kebaikan, sekaligus menyeretnya ke jurang kegelapan. Itulah “Ismail” kita.

Lebih lanjut, Habib Ja’far mengartikan makna “sembelih”. Menurutnya, sembelih adalah perintah Allah Swt, untuk menyembelih binatang yang ada dalam diri kita semua.

Oleh sebab itu, terlepas dari itu semua, mari kita semua umat Islam melalui pesan kurban ini, kita mampu menyembelih segala hawa nafsu dan amarah yang ada di dalam diri kita semua. Sehingga, kita akan kembali menjadi manusia yang mampu untuk saling menghormati, mencintai, menyayangi seluruh umat manusia. []

Tags: bukuCintaislamKurbanmakna
Abdullah Faqih

Abdullah Faqih

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesai (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Novel Jodoh Pasti Bertemu

Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah

3 Juni 2025
Haji Pengabdi Setan

Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

3 Juni 2025
Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus

Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu

30 Mei 2025
Sayap-sayap Patah

Buku Sayap-Sayap Patah: Kritik Kahlil Gibran terhadap Pernikahan Paksa

30 Mei 2025
Perempuan Keluar Malam

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

28 Mei 2025
Daughters of Abraham

Ulasan Daughters of Abraham: Ketika Para Putri Ibrahim Menggugat Tafsir

27 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID