• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Maulid Nabi Muhammad Saw : Kelahiran Sang Cahaya

Aminah berkata: “Dalam suatu malam serombongan burung masuk ke rumahku, sangat banyak, sehingga seluruh ruangan rumahku terpenuhi olehnya. Burung tersebut berparuh zamrud dan bersayap merah delima”

Redaksi Redaksi
28/09/2023
in Hikmah
0
Maulid Nabi Muhammad

Maulid Nabi Muhammad

920
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tanggal 12 Rabiul Awal dicatat oleh kaum muslimin di seluruh dunia sebagai salah satu dari sekian hari besar dalam Islam. Dunia muslim menyebutnya Maulid, Maulud, Milad, Mevlut dan sebutan lainnya. Semuanya bermakna sama: Hari Kelahiran. Tetapi, kata ini selalu dihubungkan dengan kelahiran Nabi besar Muhammad Saw.

Kaum muslim di seluruh dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw penuh dengan gegap-gempita dan dengan penuh sukacita. Ini semata-mata ungkapan syukur kepada Tuhan atas kelahiran manusia terbesar dan paripurna ini.

Para sejarawan mencatat: Muhammad putra pasangan suami-istri: Abdullah dan Aminah, lahir Senin, 12 Rabiul Awal, atau 20 April 571 M. Bidan yang membantu kelahiran orang besar ini adalah Al-Syifa, ibunda Abdurrahman bin Auf.

Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthathalib, tidak hadir pada saat yang paling membahagiakan itu. Ia telah wafat di Madinah, dalam usia yang masih sangat muda, sekitar kurang dari 25 tahun. Kematian Abdullah terjadi ketika janin Muhammad berusia 2 bulan dalam kandungan ibunya.

Abdurrahman bin ‘Awf mengutip cerita ibunya, al-Syifa:

Baca Juga:

Tafsir Sakinah

Asma’ binti Abu Bakar Ra : Perempuan Tangguh di Balik Kesuksesan Hijrah Nabi Muhammad SAW

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

“Akulah yang membidani kelahiran Muhammad. Ibunya, Aminah bint Wahb, pada suatu malam mengeluh sakit perut hendak melahirkan. Lalu akulah yang membantu kelahiran Muhammad. Ketika itu, aku mendengar sebuah suara dari alam lain yang mengatakan, “Tuhan memberi berkah kepadamu, dan ketika itu pula suasana di arah timur dan barat sangat terang benderang sehingga aku dapat menyaksikan beberapa istana Damaskus melalui cahaya tersebut.”

Cerita Aminah

Aminah berkata: “Dalam suatu malam serombongan burung masuk ke rumahku, sangat banyak, sehingga seluruh ruangan rumahku terpenuhi olehnya. Burung tersebut berparuh zamrud dan bersayap merah delima” (Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam).

Sejarah juga mencatat bahwa Nabi dan Rasul terakhir ini lahir ke dunia berbarengan dengan rencana Abrahah, Gubernur Yaman, keturunan Abyssinia, Etiopia, beserta pasukan gajahnya melakukan agresi militer ke Makkah guna memindahkan Kabah ke negaranya. Agresi militer itu pada akhirnya gagal total. Orang lalu mengenang kelahiran Nabi sebagai Tahun Gajah.

Al-Qur’an mengabadikan peristiwa ini dalam satu surah: “al-Fil” (gajah) atau “Ashab al-Fil” (pasukan gajah).

Allah mengatakan: Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan rencana jahat mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? dan Allah mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Allah menjadikan mereka seperti daun-daun yang termakan (ulat) (al-Fil: 1-5).

Kelahiran Nabi Muhammad Saw

Begitu Aminah melahirkan anaknya dengan selamat, ia minta orang lain menyampaikan kabar itu kepada kakeknya, Abdul Muththalib. Sang kakek seger datang dengan wajah berbinar-binar. Ia mengambil bayi itu lalu menamainya Muhammad, sebuah nama yang tidak banyak dipakai masyarakat Arabia saat itu. Ada yang mengatakan bahkan belum ada nama itu, sebelum putra Abdullah itu.

Ketika menanyakan mengapa nama itu yang menjadi pilihan, dan bukan nama nenek-moyangnya, sebagaimana kebiasaan masyarakat Arabia? Abdul Muththalib menjawab dengan cepat,

“Aku ingin dia, anak ini, kelak menjadi orang yang terpuji bagi makhluk Tuhan di langit dan di bumi”

Sang kakek segera membawanya menuju Ka’bah, lalu masuk ke dalamnya. Di situ ia berdiri menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan atas kelahiran cucunya yang tampan itu. Sesudah itu ia kembali menyerahkan kepada ibunya. []

Tags: islamkelahiranmaulidMaulid NabinabiNabi Muhammad SAWSang Cahaya
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID