• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mbak Yenni Wahid Yang Hebat tapi Membumi

Sudah semestinya kita menauladani apa yang sudah dicontohkan mbak Yenni Wahid dan Gus Dur. Menjadi muslim yang kuat dari segala sisi, agamis dan juga pendidikan serta kepemimpinan, dan mengambil peran dari luar maupun dalam.

Dian Nafi Hasfa Dian Nafi Hasfa
13/12/2020
in Figur, Rekomendasi
0
161
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sebuah kesempatan yang sangat berharga ketika Januari 2019 lalu saya diajak ke Jakarta untuk turut hadir di acara Harlah Muslimat NU di stadion GBK. Subhanallah Alhamdulillah GBK ijo royo-royo hari itu. Ratusan ribu perwakilan muslimat hadir dari seluruh penjuru Indonesia hari itu.

Dan yang juga membuatku bahagia adalah akhirnya aku bisa melihat lebih dekat dan secara live mendengar speech dari mbak Yenni Wahid yang sangat kami kagumi. Oh ya, kehadiran bu Sinta Nuriyah juga membuat hati ini bergetar dan mata gerimis. Pemandangan dan pengalaman  hari itu menjadi salah satu momen yang tak terlupakan.

Di rumah aku punya beberapa buku biografi Gus Dur dan beberapa kali membacanya ulang. Keluarga Gus Dur sungguh menginspirasi dan membuat kami tambah bersemangat memiliki cita-cita tinggi, demi umat dan bangsa tercinta ini. Meski Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) menjadi presiden keempat Republik Indonesia, tapi keluarga mereka tetap membumi dan bisa diteladani.

 

Belakangan ketika membaca profil mbak Yenni Wahid, simpati dan kagumku padanya semakin bertambah. Juga cinta tentu saja. Mungkin karena kami sama-sama anak sulung, aku menjadi semakin merasa relate dengan beliau. Apalagi ternyata mbak Yenni Wahid lulusan Master Public Administration dari satu kampus terbaik di dunia, Harvard University. Wow. Ndilalah sekarang aku lagi belajar di Master Public Policy. Jadi makin merasa terhubung ya kan? Eaaaaa.

Baca Juga:

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Senyuman Paus Fransiskus: Warisan Damai yang Menyala

Mengenang Paus Fransiskus: Dari Tobat Ekologis hingga Misi Perdamaian Kemanusiaan Palestina

 

Mbak Yenny Wahid lahir di Jombang pada 29 Oktober 1974. Dua tahun  lebih tua dariku, tapi pencapaiannya sangat luar biasa. Jauuuuh bangeeet. Nama panjangnya Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid. Tiga saudara perempuan lainnya juga sama-sama hebat. Ada mbak Alisa Wahid, mbak  Anita Wahid dan Mbak Inayah Wahid.

Setelah lulus dari SMA Negeri 28 Jakarta di tahun 1992, mbak Yenny Wahid menempuh S1 di Universitas Trisakti jurusan ilmu komunikasi visual. Keren kan. Pernikahannya dengan Dhohir Farisi pada 15 Oktober 2009 membuat mata kami semua memperhatikannya dengan penuh keingintahuan.

Rupanya Pak Dhohir ini putra dari pasangan H Ma’ruf Hasyim dan Hj Ma’rufah. Beliau adalah mantan kader Partai Gerindra dan pernah terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Ada 40 ekor sapi dan perhiasan untuk Yenny dalam pernikahan ini. Mereka kini dikaruniai tiga orang anak perempuan.

Bapak dan ibu selalu mengingatkannya agar terus terbang tinggi, tetapi tetap membumi. Juga selalu mawas diri dan tetap berhati-hati, serta tak henti ingat kepada Tuhan. Demikian Mbak Yenni Wahid membagikan beberapa pesan yang beliau dapatkan dari orang tuanya.

Selain aktifis sosial kemanusiaan, Mbak Yenni Wahid juga seorang jurnalis hebat. Pada tahun 1997-1999, beliau pernah menjadi  koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age. Suatu ketika beliau harus melakukan reportase peristiwa seputar kerusuhan menjelang peristiwa Reformasi. Kena gas air mata dan bahkan berada di bawah todongan senjata laras panjang pun pernah beliau alami saat menjalankan tugas ini.

Beliau menjadi direktur Wahid Foundation yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, kemanusiaan. Lewat gerakan ini, beliau juga bisa  menyebarkan serta mengawal pemikiran-pemikiran Gus Dur mengenai toleransi, demokrasi, pluralisme, dan lainnya. The Wahid Institute ini merupakan lembaga yang didirikan Gus Dur pada tahun 2004. Lembaga ini berusaha mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektual Gus Dur dalam membangun pemikiran Islam moderat.

Mbak Yenny Wahid juga pernah menjadi  staf khusus bidang Komunikasi Politik pada 2006 di masa kepresidenan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Tapi mbak Yenni Wahid resign pada tahun berikutnya. Karena Mbak Yenni menghindari conflict interest yang mungkin terjadi sebab saat itu beliau diminta Gus Dur untuk mengurus partai. Wah, sikap yang ksatria ya. Mbak Yenni tidak ingin menciderai kepercayaan publik.

Bisa dibilang mbak Yenni Wahid ini komplit juga. Selain menjadi pemimpin grass root, juga bergerak masuk ke dalam sistem untuk turut mengambil peran demi perubahan menuju kebaikan. Sudah semestinya kita menauladani apa yang sudah dicontohkan mbak Yenni Wahid dan Gus Dur. Menjadi muslim yang kuat dari segala sisi, agamis dan juga pendidikan serta kepemimpinan, dan mengambil peran dari luar maupun dalam.

Maka layak jika beliau mendapatkan banyak penghargaan atas segala upaya dan dedikasi yang telah dilakukan. sebut saja penghargaan “Rising Women Empowerment Award 2019” yang dilaksanakan KBRI Singapura dan Her Times Magazine.  Sebelum itu, di tahun 2017 Yenny juga mendapat penghargaan sebagai Duta Perdamaian dari Universal Peace Federation, lembaga yang memperjuangkan isu perdamaian dunia.

Dan terakhir, Yenny juga didaulat menjadi Tokoh Perubahan Paling Berpengaruh di Asia, dan menampilkannya sebagai cover Majalah Tatler Indonesia di akhir tahun 2020 ini. Sungguh prestasi yang sangat membanggakan, dan menjadi inspirasi bagi para perempuan. []

 

Tags: aktivis perempuanbulan gus durKH. Abdurrahman WahidPerdamaianPerempuan InspiratifYenny Wahid
Dian Nafi Hasfa

Dian Nafi Hasfa

architect, author, blogger, researcher,  scholar who love travel and learn. concern on education,  behavior, the built environment, people development

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version