Mubadalah.id – Sampai hari ini, perkawinan anak masih marak terjadi di mana-mana, terutama di daerah pedesaan. Kenapa? Karena salah satunya mereka memegangi suatu hadits yang menerangkan usia pernikahan Sayyidah Aisyah dengan Rasulullah SAW pada usia 9 tahun. Benarkah pemahaman hadits mengenai usia pernikahan Sayyidah Aisyah dengan Rasulullah itu? (Baca: Pernikahan Dini Berakhir Petaka, Seorang Istri Tewas Diduga Dianiaya Suaminya)
Hadits ini menyebutkan:
عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَنَزَلْنَا فِي بَنِي الْحَارِثِ بْنِ خَزْرَجٍ فَوُعِكْتُ فَتَمَرَّقَ شَعَرِي فَوَفَى جُمَيْمَةً فَأَتَتْنِي أُمِّي أُمُّ رُومَانَ وَإِنِّي لَفِي أُرْجُوحَةٍ وَمَعِي صَوَاحِبُ لِي فَصَرَخَتْ بِي فَأَتَيْتُهَا لَا أَدْرِي مَا تُرِيدُ بِي فَأَخَذَتْ بِيَدِي حَتَّى أَوْقَفَتْنِي عَلَى بَابِ الدَّارِ وَإِنِّي لَأُنْهِجُ حَتَّى سَكَنَ بَعْضُ نَفَسِي ثُمَّ أَخَذَتْ شَيْئًا مِنْ مَاءٍ فَمَسَحَتْ بِهِ وَجْهِي وَرَأْسِي ثُمَّ أَدْخَلَتْنِي الدَّارَ فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فِي الْبَيْتِ فَقُلْنَ عَلَى الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَعَلَى خَيْرِ طَائِرٍ فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِنَّ فَأَصْلَحْنَ مِنْ شَأْنِي فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضُحًى فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ بِنْتُ تِسْعِ سِنِين
Dari Hisyam bin Urwah dari Aisyah RA berkata: “Nabi SAW menikahiku ketika aku masih berusia enam tahun. Kami berangkat ke Madinah. Kami tinggal di tempat Bani Haris bin Khajraj. Kemudian aku terserang penyakit demam panas yang membuat rambutku banyak yang rontok. Kemudian ibuku, Ummu Ruman, datang ketika aku sedang bermain-main dengan beberapa orang temanku. Dia memanggilku, dan aku memenuhi panggilannya, sementara aku belum tahu apa maksudnya memanggilku. Dia menggandeng tanganku hingga sampai ke pintu sebuah rumah. Aku merasa bingung dan hatiku berdebar-debar. Setelah perasaanku agak tenang, ibuku mengambil sedikit air, lalu menyeka muka dan kepalaku dengan air tersebut, kemudian ibuku membawaku masuk ke dalam rumah itu. Ternyata di dalam rumah itu sudah menunggu beberapa orang wanita Anshar. Mereka menyambutku seraya berkata: ‘Selamat, semoga kamu mendapat berkah dan keberuntungan besar.’ Lalu ibuku menyerahkanku kepada mereka. Mereka lantas merapikan dan mendandaniku. Tidak ada yang membuatku kaget selain kedatangan Rasulullah saw. Ibuku langsung menyerahkanku kepada Rasulullah SAW, sedangkan aku ketika itu baru berusia sembilan tahun.’” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis-hadis lain menceritakan usia perkawinan ‘Aisyah adalah 9 tahun, kemudian berkumpul dengan Nabi pada usia 12 tahun. Sebagian riwayat lain menyebutkan ‘Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun. Walhasil, terjadi ikhtilaf mengenai usia pernikahan Aisyah dengan Nabi Muhammad SAW.
Atas hadits-hadits ini, mereka memperoleh pembenaran untuk menikahkan anak di bawah usia 19 tahun, entah pada usia 9 tahun, 12 tahun, atau 15 tahun.
Telah berabad-abad lamanya Banyak yang memahami riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ini secara tidak rasional. Efeknya, sejumlah orang yang tidak suka Islam menuduh Rasulullah SAW melakukan Pedofilia menikahi anak di bawah umur. Na’udzubillah min dzalik.
Padahal, ada beberapa fakta berdasarkan pendapat para ahli hadist dan ahli sejarah tentang usia Sayidatina Aisyah ketika menikah dengan Rasulullah SAW yang harus mereka ketahui.
Pertama, hadis-hadis yang menjelaskan usia pernikahan Aisyah ini tercatat dalam kitab-kitab hadis, seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud, Musnad Syafi’i, Sunan Darimi, Musnad Imam Ahmad, Sunan Baihaqi, dan lain-lain. Namun, semua hadits ini diriwayatkan oleh satu orang, yakni Hisyam bin Urwah yang ia dengar sendiri dari ayahnya.
Ada suatu keganjilan. Mengapa Abu Hurairah, Malik bin Anas, Abdullah Ibnu Mas’ud, Abdullah Ibnu Abbas, dan tak seorang pun di Madinah meriwayatkan hadits sejenis? Mengapa hanya Hisyam bin Urwah saja?!
Hadits ini pun diutarakan Hisyam setelah ia bermukim di Irak. Kita tahu, Hisyam pindah dari Madinah ke Irak dalam usia 71 tahun. Hingga akhirnya diketahui bahwa riwayat ini berasal dari orang-orang Irak, bukan orang Madinah.
Ibnu Hajar al-Asqallani dalam kitab Tahdzibut Tahdzib menyebutkan bahwa Ya’qub bin Syaibah bersaksi: “Apa yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpercaya dan riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang diceritakannya setelah ia pindah ke Irak.” Sahabat Malik bin Anas juga menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Irak itu.
Keterangan lain dalam kitab Mizanul I’tidal disebutkan, “Ketika masa tua, ingatan Hisyam mengalami kemunduran yang mencolok.”
Dengan demikian, berdasarkan beberapa keterangan ini disimpulkan bahwa ingatan Hisyam sangatlah buruk dan riwayatnya setelah pindah ke Iraq tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan ‘Aisyah tidak kredibel.
Kedua, kita tahu bahwa Asma dan Aisyah adalah saudara kandung. Menurut sebagian besar ahli sejarah, termasuk Ibnu Hajar Al-Asqalani, Abdurrahman bin Abi Zannad, dan Ibnu Katsir, bahwa selisih umur Asma –anak perempuan tertua dari Sayyidina Abu Bakar– dengan ‘Aisyah adalah 10 tahun.
Menurut Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wa al-Nihayah, Asma meninggal dunia pada 73 H dalam usia 100 tahun. Dengan demikian, pada Nabi SAW hijrah ke Madinah pada tahun 622 M, usia Asma sekitar 27 atau 28 tahun. Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah, sementara Rasulullah menikahi ‘Aisyah setahun setelah Hijrah, maka umur ‘Aisyah adalah 18 atau 19 tahun. BUKAN BERUMUR 7 atau 9 tahun!
Ketiga, Menurut riwayat lain dari Ibnu Hajar, jika dihubungkan dengan umur Fathimah. Fathimah dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali. Tepatnya, ketika Nabi saw berusia 35 tahun. Usia Fathimah 5 tahun lebih tua dari ‘Aisyah”.
Fathimah lahir ketika Nabi berumur 30 tahun. Jika Nabi SAW menikahi ‘Aisyah setahun setelah hijrah, atau ketika Nabi berumur 53 tahun, maka usia ‘Aisyah antara 17-18 tahun. Lagi-lagi, bukan berumur 7 atau 9 tahun! Dengan demikian, riwayat yang menyebut ‘Aisyah menikah pada usia usia 7 tahun atau 9 tahun adalah tak berdasar.
Hadits Hisyam bin Urwah sangat lemah, karena ingatan Hisyam sudah menurun drastis setelah pindah ke Irak pada usia 71 tahun. Saya meyakini bahwa usia Sayyidatina Aisyah ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW adalah 18 atau 19 tahun. Bukan 7 atau 9 tahun.
Oleh karena itu, argumentasi tentang usia pernikahan Siti Aisyah dengan Nabi SAW 7 atau 9 tahun tidak bisa lagi dilegitimasi untuk melanggengkan praktik perkawinan anak. Perubahan UU Perkawinan yang membatasi usia minimal perkawinan 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan sangat Islami dan sesuai dengan riwayat pernikahan Aisyah dengan Nabi Muhammad SAW. []