Mubadalah.id – Dalam kerangka mubadalah, setiap janji Tuhan yang ditujukan kepada laki-laki juga berlaku bagi perempuan. Dengan demikian, semua kenikmatan surga seperti buah-buah yang lezat, taman yang indah, sungai-sungai yang mengalir, hingga pasangan yang suci—bukan hanya milik laki-laki, tetapi juga perempuan.
Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam Buku Qiraah Mubadalah menulis bahwa “segala teks tentang kenikmatan surga semestinya tidak berhenti hanya pada laki-laki, tetapi juga menyapa perempuan sebagai penerima kenikmatan yang paripurna. Apa pun yang diharapkan dan dicita-citakan oleh perempuan mukminah akan dikabulkan di surga, karena surga adalah tempat di mana semua keinginan yang baik terpenuhi.”
Dalam pendekatan sufistik, surga bukan sekadar ruang penuh kenikmatan jasmani. Kenikmatan yang paling tinggi justru adalah bertemu dan memandang Tuhan. Sebagaimana dalam QS. al-Qiyamah [75]: 22–23:
“Wajah-wajah (penduduk surga) pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka melihat.”
Kenikmatan ini jelas berlaku bagi laki-laki maupun perempuan. Mereka akan memperoleh kebahagiaan spiritual yang sama yaitu kebahagiaan karena kedekatan dengan Sang Pencipta.
Dalam pandangan para sufi, perjumpaan dengan Allah adalah puncak dari seluruh kenikmatan surga. Bahkan melebihi gambaran fisik apa pun tentang bidadari atau keindahan taman surga.
Dengan demikian, wacana tentang bidadari dan bidadara seharusnya tidak kita pahami sebagai gambaran literal semata. Tetapi simbol dari kedamaian, cinta, dan kebahagiaan abadi yang seimbang antara semua hamba.
Surga, dalam arti yang hakiki, adalah tempat bagi jiwa-jiwa yang suci untuk menemukan kembali cinta dan kedamaian bersama Tuhan. []