Mubadalah.id – Salah satu hal yang cukup memprihatikan yang sering kita jumpai dalam ceramah keagamaan di Indonesia adalah kecenderungan sebagian penceramah untuk mengkafirkan non Muslim.
Pandangan yang eksklusif ini kerap mereka sampaikan seolah-olah hal tersebut adalah ajaran Islam. Padahal, jika kita menengok langsung pada kehidupan Nabi Muhammad Saw., sikap seperti itu sama sekali tidak pernah Nabi contohkan.
Dalam banyak peristiwa, bahkan ketika para sahabat mendorong beliau untuk melaknat orang-orang yang menentang atau menyakiti, Nabi justru menolak.
Beliau menegaskan bahwa tugasnya bukan untuk mengutuk, melainkan untuk menghadirkan kasih sayang bagi seluruh umat manusia. “Aku diutus tidak lain kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam,” demikian sabda Nabi yang hingga kini menjadi fondasi etika sosial dalam Islam.
Namun, ironisnya, sebagian umat Islam masih merasa takut untuk sekadar berinteraksi dengan non Muslim. Mereka takut disapa, mendapatkan ucapan selamat, atau ungkapan belasungkawa.
Oleh karena itu, cara pandang sempit seperti ini jelas bertentangan dengan spirit rahmatan lil-‘alamin yang menjadi misi utama Islam.
Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama menegaskan bahwa menebarkan kasih sayang kepada semua umat manusia merupakan bagian dari risalah Islam.
Pendekatan mubadalah yang ia tawarkan mengajak umat Muslim untuk membaca teladan Nabi secara kontekstual yaitu bagaimana sikap beliau tidak hanya berlaku bagi sesama Muslim, melainkan juga untuk umat lain.
Bahkan, Nabi Muhammad Saw menolak melaknat orang-orang yang menentang dakwahnya. Karena Nabi lebih memilih untuk mendoakan kebaikan bagi mereka.
Oleh sebab itu, spirit ini seharusnya menjadi teladan bagi umat Islam saat ini. Terutama dalam konteks masyarakat yang begitu beragama seperti Indonesia.
Menurut Kiai Faqih, jika relasi antarumat beragama kita bangun di atas prinsip kesalingan dan kasih sayang. Maka kita semua akan hidup dalam kedamaian, saling menghargai, dan saling menguatkan sebagai sesama manusia. []