• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Menelisik Pengalaman Haid dan Istihadah Perempuan

Saya kira perlu ada pemahaman baru tentang haid dan isthadhah yang melibatkan dan mendialogkan antara teks, pengalaman perempuan dan ilmu pengetahuan.

Imam Nakhai Imam Nakhai
17/04/2021
in Hukum Syariat
0
Tasawuf

Tasawuf

449
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Soal Haid, bagi saya (yang laki laki) termasuk masalah Fiqih yg sangat rumit, bahkan ada jenis Ha’id (wanita haid) yang disebut dengan Al Mutahayyiroh  (secara bahasa bermakna perempuan yang bingung). Al Mutahayyiroh terjadi jika darah haid melampaui 15 hari, dan ia tidak bisa membedakan mana darah haid dan lainnya serta ia lupa kebiasaan siklus haidnya. Ada ulama yang menyatakan mengapa ia disebut Mutahayyiroh, yaitu karena ia membingungkan Ulama. Ulama sampai kebingungan untuk memastikan apakah itu darah haid atau lainnya.

Mengapa sampai ada ulama (apalagi ustad) yang bingung memberi keputusan? Dugaan saya, karena ia tidak melibatkan “pengalaman perempuan” dan tidak melibatkan “ilmu pengetahuan-medis”. Dengan melibatkan keduanya, saya menduga tidak sulit memutuskan apakah darah haid atau lainnya.

Kebingungan Fatwa tentang haid seringkali memberatkan perempuan. Semacam ada “kecenderungan” bahwa hukum yang berkaitan dengan perempuan memang umumnya diperberat. Dan anehnya kadang perempuan menyukai pendapat yang berat, entah karena takut atau karena lainnya. Seharusnya perempuan berani memilih pendapat yang tidak memberatkannya.

Sebagai contoh jika ada perempuan keluar darah (haid) 4 hari, setelah bersih, lalu perempuan itu mandi dan melaksanakan puasa, setelah 6 hari puasa, eee tiba tiba keluar darah lagi 3/4 hari misalnya, maka keseluruhan darah pertama (4 hari), masa suci (6 hari) dan darah kedua (3/4 hari) dianggap waktu haid.

Sehingga perempuan harus mengqhada’ (mengganti)  6 hari yang telah dipuasainya, disamping hari dimana ia keluar darah. He he, gimana? Pusingkan? Itulah. Bahkan dalam kasus lain, ada perempuan yang harus mengganti puasa dan shalatnya selama 2 bulan penuh. Ya pastilah Sangat menyulitkan.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

 

Haid

 

Demikian pula soal Darah Istihadah, yang sering diartikan sebagai darah penyakit. Darah Istihadah tidak menggugurkan perempuan untuk melakukan kewajiban, tetap wajib puasa, shalat dan juga lainnya. Namun dengan aturan yang kadang juga memberatkan. Misalnya harus mandi tiap tiap akan shalat, harus menyumbat kemaluannya agar darah tidak bercecer dll.

Banyak ustad yg menerjemahkan kata kata di fiqih dengan kata memyumbat bukan membalut. Akibat terjemah dengan menyumbat itu ada perempuan yang Istihadah yang benar benar menyumbat agar tidak keluar. Saya tanya, apa tidak sakit kalau disumbat, ya sakit jawabnya. Mengapa dilakukan, ya karena disuruh menyumbat.  Jadi salah terjemah bisa juga memberatkan.

Bahkan ada lagi yang mengajarkan kepada perempuan Istihadah, setelah mandi dan berwudhu, dan membalut vaginanya (sekarang lebih nyaman pakai softek) agar segera shalat sebelum darah keluar lagi. Sehingga bagi santri atau lainnya yang kamar mandinya jauh dari mushalla harus lari, kalau lambat bisa harus mandi dan wudhu lagi. Saya berpikir dalam hati, ah masak hukum Islam sampai sebegitunya. Nyusahin amat.

Padahal ad dinu yusrun (agama itu mudah). Saya kira perlu ada pemahaman baru tentang haid dan isthadhah yang melibatkan dan mendialogkan antara teks, pengalaman perempuan dan ilmu pengetahuan. Wallahu A’lam. []

Tags: Fiqih PerempuanHaidHak Kesehatan Reproduksi PerempuanIstihadahMenstruasipengalaman perempuanperempuan
Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

Perempuan sosial

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

10 Mei 2025
Sunat Perempuan

Sunat Perempuan dalam Perspektif Moral Islam

2 Mei 2025
Metode Mubadalah

Beda Qiyas dari Metode Mubadalah: Menjembatani Nalar Hukum dan Kesalingan Kemanusiaan

25 April 2025
Kontroversi Nikah Batin

Kontroversi Nikah Batin Ala Film Bidaah dalam Kitab-kitab Turats

22 April 2025
Anak yang Lahir di Luar Nikah

Laki-laki Harus Bertanggung Jawab terhadap Anak Biologis yang Lahir di Luar Nikah: Perspektif Maqasid Syari’ah

25 Maret 2025
Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

18 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version