Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu, terdapat istilah yang viral di media sosial, yakni trophy wife. Di media sosial tersebut juga lantas banyak perempuan yang berujar ingin menjadi trophy wife karena sudah lelah dengan kehidupannya.
Tropy wife memiliki arti harfiah istri piala. Akan tetapi, arti yang sebenarnya dari istilah ini adalah julukan bagi perempuan muda yang memiliki fisik menarik dan menjadi istri dari seorang pria sukses dan kaya yang biasanya jauh lebih tua darinya.
Lalu bagaimana sebenarnya prinsip mubadalah atau kesalingan dalam memahami istilah trophy wife ini?
Menurut saya, istilah trophy wife sebenarnya justru berkonotasi negatif. Hal ini karena istilah tersebut cenderung merendahkan dan menilai sosok istri hanya dari penampilan fisiknya dan mendegradasi kemampuan intelektual seorang perempuan.
Terlebih, setelah saya rangkum dari berbagai sumber, trophy wife mensyaratkan beberapa kriteria. Para perempuan harus memenuhi kriteria ini demi bisa menyandang “gelar” trophy wife. Padahal, kriteria tersebut menurut saya tidak sesuai dengan prinsip mubadalah atau kesalingan.
Beberapa di antaranya yang saya rangkum dari laman web Popbela.com adalah sebagai berikut
Trophy wife diakui berdasarkan daya tarik fisiknya
Biasanya, suami yang memiliki “istri piala” akan sangat jarang mengakui intelektualitas istrinya. Mereka hanya menghargai istrinya dari daya tarik fisik. Sehingga tak jarang suami mereka membawa mereka ke pesta hanya untuk “’dipamerkan” kepada para teman atau kolega bisnisnya.
Ini tentu bertolak belakang dengan prinsip kesalingan antara laki-laki dan perempuan maupun antara suami dan istri. Di mana dalam prinsip kesalingan, kedua orang tersebut adalah manusia yang seutuhnya. Terlepas dari gendernya, laki-laki dan perempuan, prinsip mubadalah akan menghargai pemikiran dan intelektualitasnya secara setara.
Thophy wife berkontribusi sangat sedikit dalam pengelolaan keuangan keluarga
Dalam rumah tangga yang mengadopsi istilah trophy wife ini, suami yang akan mengelola keseluruhan keuangan keluarga. Ini bertentangan dengan prinsip kesalingan. Karena dalam prinsip keluarga yang mubadalah, suami dan istri akan bekerja sama untuk mengelola urusan rumah tangga, termasuk urusan keuangan.
Bahkan, jika kita melihat kepada kisah rumah tangga Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA, maka kita akan mendapati jika Khadijah RA merupakan seorang perempuan sekaligus istri yang memiliki peranan penting dalam urusan keuangan rumah tangga dan dakwah Rasulullah.
Suami memegang kendali penuh atas trophy wife tersebut
Suami sangat mengendalikan seorang trophy wife. Mulai dari cara berpakaian, tempat mana yang akan ia kunjungi, hingga mereka bahkan tidak dapat memiliki keputusan sendiri.
Kriteria trophy wife yang ini juga bertentangan dengan prinsip kesalingan yang mendorong adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, antara suami dan istri.
Dalam prinsip mubadalah atau kesalingan, seorang perempuan (istri) memiliki kesempatan yang sama untuk berdaya. Istri memiliki hak untuk memutuskan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Termasuk cara berpakaian, tempat yang akan ia kunjungi, dan keputusan lain yang menyangkut dirinya sendiri.
Suami tidak melibatkan trophy wife dalam diskusi
Kriteria ini juga bertentangan dengan prinsip kesalingan yang menghargai setiap buah pikiran baik laki-laki maupun perempuan. Jika seorang suami tidak melibatkan istri dalam diskusinya, maka tersebut menjadi tidak berdaya dan itu merupakan bentuk suami yang tidak menghargai intelektualitas istrinya sebagai manusia sepenuhnya.
Suami membelikan hadiah dan perhiasan mewah untuk trophy wife demi meningkatkan status sosial
Kriteria ini mendiskreditkan eksistensi dari perempuan itu sendiri. Suami hanya menilai perempuan (istri) secara material sehingga suami memberikan hadiah mewah bukan karena ketulusan kepada pasangan, melainkan untuk menaikkan status sosialnya di hadapan teman-temannya.
Melihat dari kriteria-kriteria trophy wife tadi, saya menjadi ingat untuk kembali bersyukur atas aturan yang Islam berikan terkait perempuan. Islam sangat menghargai dan menghormati perempuan, salah satunya melalui prinsip mubadalah atau kesalingan tadi.
Menjadi istri dari seorang laki-laki yang kaya memang menyenangkan, tetapi lebih berharga menjadi perempuan berdaya. []