• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Perawat Pertama dalam Sejarah Islam: Rufaidah binti Sa’ad

Dengan Ijin Nabi, Rufaida berkesempatan untuk mendidik para perempuan muslim di dunia keperawatan. Beliau perumus kode etik pertama sebelum Florence Neightigale

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
01/08/2022
in Figur
0
Sejarah Islam

Sejarah Islam

652
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejarah Islam dan dunia keperawatan telah memaktubkan salah satu nama shahabiyah, beliau adalah Rufaidah binti Sa’ad Bani Aslam al-Khazraj. Atau terkenal dengan nama Rufaidah Al-Aslamiyyah. Kata “al-Aslamiyyah” adalah nisbat kepada marga di mana ia lahir yaitu, Aslam, salah satu klan dari suku Khazraj di Madinah.

Rufaida hidup pada zaman Nabi Muhammad pada abad pertama Hijriyah atau sekitar abad ke-8 Masehi. Kemampuannya dalam ilmu keperawatan menurun dari ayahnya yang seorang dokter, bernama Sa’ad al-Asalamy. Sering ayahnya meminta Rufaidah menjadi asisten untuk merawat pasien. Dari ayahnya inilah, ia banyak mempelajari ilmu keperawatan.

Beliau lahir di Yathrib, Madinah 570 M dimana termasuk orang pertama yang masuk Islam di Madinah dan golongan wanita ansor yang ikut menyambut kedatangan Nabi Muhammad saw. Ketika Islam datang pada abad ketujuh sekitar 622 M atau 1 Hijriah, Rufaidah telah mengetahui informasi ada seorang utusan yang membawa risalah baru. Ia pun akhirnya berbaiat kepada Rasulullah Saw. dan masuk Islam.

Rufaidah Masuk Islam

Setelah masuk Islam, Rufaidah mengubah teknik pengobatan yang biasa ia lakukan saat masih berada di masa jahiliyah. Salah satunya seperti membersihkan tempat pengobatan agar pasien merasa nyaman dan terlihat bersih, karena dulunya tempat pengobatannya kotor.

Ada cerita bahwa beliau menyelesaikan masalah sosial tentang kesehatan masyarakat dan menaruh perhatian kepada masyarakat untuk kesehatan yang lebih baik. Ia mendedikasikan hidupnya untuk memberikan sentuhan kemanusiaan dan perawatan bagi mereka yang membutuhkan.

Baca Juga:

KB dalam Pandangan Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Jasanya juga ia libatkan dalam peperangan untuk merawat tentara Muslim yang terluka. Di antaranya perang Badar, Uhud dll. Ketika terjud di medan perang, Rufaida yang memimpin para relawan. Menyediakan tenda, obat-obatan, dan juga pelayanan lain.

Rufaidah mampu memanage dengan baik dari mulai merencanakan, menyiapkan pasukan perawat terpelajar di bawah pendidikannya, sampai mendelegasikan tugas kepada mereka. Sehingga Ia mendapat julukan fidaiyah sebab masuk dalam medan perang untuk membawa orang-orang yang terluka. Atas perintah Rufaidah dibuatlah Rumah Sakit lapangan di depan masjid yang terkenal dengan “Khaimah Rufaidah” (tenda rufaidah).

Menurut Kasule HU (1998), dalam karyanya yang berjudul Rufaidah bint Sa’aad Historical Roots of the Nursing Profession in Islam, mengatakan yang bekerja bersama Rufaida di antaranya adalah Ummu Aiman, Ammara, Aminah dan Hindun.

Pendiri Sekolah Perawat dan Klinik Pertama

Tidak hanya itu, Rufaida juga terkenal sebagai sosok yang penuh empati juga baik hati. Kepiawaiannya dalam dunia keperawatan telah menjadikannya sebagai sosok pendiri sekolah perawat dan klinik pertama.

Dengan Ijin Nabi, Rufaida berkesempatan untuk mendidik para perempuan muslim di dunia keperawatan. Beliau perumus kode etik pertama sebelum Florence Neightigale. (Miller S, 2003). Rufaida juga menjadi pelopor adanya pembagian waktu kerja atau shift yang berlaku di rumah sakit atau puskesmas saat ini. Rufaidah membagi jadwal para perawat yang ditunjuk untuk membantunya menjadi dua shift, yaitu shift malam dan shift siang.

Seorang Ahmad Muharram pernah menulis sebuah syair untuk Rufaidah sebagaimana yang tertera dalam buku 25 Perempuan Teladan karya Umma Farida yang terkutip dari Aba Firdaus yang berbunyi sebagai berikut:

Wahai Rufaidah

Ajarkanlah kasih sayang kepada manusia

Tambahkan ketinggian harkat kaummu

Ambillah orang yang terluka dan sayangilah

Berkelilinglah di sekitarnya dari waktu ke waktu

Bila orang-orang tidur mendengkur

Maka janganlah engkau tidur

Demi mendengar rintihan orang yang sakit

Betapa beliau menjadi role model dalam sejarah Islam, dan dunia keperawatan, meski telah tiada, tetapi nilai mulia perangainya dapat kita teladani. Mengakui bahwa Rufaida lebih dari seorang perawat profesional, beliau perawat pendidik, beliau pemimpin perawat, dan pendiri sekolah keperawatan. []

Tags: islamPeran PerempuanPerawat Perempuanperempuanperempuan bekerjaSahabat Perempuan Nabisejarah
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version