Mubaadalahnews.com,- Prinsip-prinsip Islam menolak segala ekspresi yang dikategorikan sebagai ujaran kebencian (hate speech) karena sifatnya yang destruktif. Di antara prinsip yang dengan jelas menolak ujaran kebencian adalah ajaran tauhid dan prinsip saling menghormati antar sesama manusia.
Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu, tapi satu satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu
adalah sikapmu sendiri (RA Kartini)
Quote diatas adalah salah satu statemen favorit penulis yang pernah Kartini tulis dalam surat Kartini pada sahabatnya Stella. Yah, benar saja harus kita akui bersama saat ini, Kartini bukan hanyak sosok Pahlawan, atau Ningrat Jepara yang kita elu-elukan sebagai pembawa bendera kesetaraan.
Tapi juga harus pula kita sematkan bahwa Kartini adalah spirit bersama untuk menghapus kesenjangan, ketidakadilan, ketimpangan, dan menjadi penerang di kala masa-masa gelap yang tak menentu seperti saat ini, masa pandemi covid-19.
Trus apa hubungannya dengan pernyataan Kartini diatas? Yah ditengah wabah yang tak hanya menimpa Indonesia, sikap kita akan menjadi penentu. Kita akan menjadi penguat sesama atau menjadi manusia unfaedah yang tak hentinya mencari kambing hitam atas banyaknya korban.
Spirit Kartini
Secara umum kita ketahui, Kartini lahir dari keluarga terpandang dan dalam kungkungan budaya feodal yang amat lekat. Tak banyak tentunya manusia yang lahir di lingkungan privilege namun dengan segala gegap gempita kemewahan dunia menyerukan suara-suara “Kemanusiaan”. Nah, spirit itu yang harus kita gaungkan pada saat-saat sulit seperti ini, saling menguatkan, saling support baik materi atau non materi.
Saat Pandemi yang mencekam semua orang, pahlawan kemanusiaan saat ini adalah para tenaga medis, namun dokter dan perawat amat sangat rapuh jika harus berdiri sendiri, jiwa kemanusiaan kita saat ini sangat diuji.
Mau gagah-gagah-an, mendahulukan keperluan pribadi dengan memborong sembako di supermarket, atau belanja seadanya demi menjaga stabilnya pasokan pangan. Mau egois melanggar aturan-aturan pemerintah dan menyalahkan para penguasa atas terjadinya bencana atau kita menjalankan segala bentuk upaya yang ada untuk memutus rantai penularan wabah.
Mau sombong sok sehat berkeliaran ke mana-mana atau berkomitmen menjalin solidaritas untuk tetap dirumah. Pilihan-pilihan itu ada pada setiap dari kita, tinggal kita mau menghadirkan sebagai siapa dan mengambil bagian yang mana untuk memerangi virus corona, persis seperti apa yang disampaikan Kartini berulang-ulang sikap kitalah sebagai penentu.
Sudah 213 Negara di dunia terinfeksi virus baru yang belum ditemukan obatnya ini, panik, kelaparan, dan bertambahnya warga miskin baru kian meningkat setiap harinya, sulit? Pasti tapi wabah ini akan bisa kita lalui dengan cara kerjasama yang kuat.
Berbicara perihal dampak, agaknya baik laki-laki dan perempuan harus kembali membicarakan ulang pembagian kerja dengan beralihnya work from the office menjadi work from home. Patut, kita akui bersama, Kartini dengan gagah bukan hanya membicarakan akses pendidikan yang sama untuk perempuan, namun juga equal dalam pekerjaan domestic dan publik.
Tentu dengan keadaan sulit seperti ini, pekerjaan dan juga kebosanan #dirumahaja dirasakan oleh laki-laki atau perempuan. Lagi-lagi, spirit Kartini saat ini harus kita implementasikan dalam dunia nyata bukan hanya simbol hari besar saja.
Karena, jika kesenjangan pekerjaan domestik saat ada atau tidak ada Pandemi masih ada, kesetaraan dan kerjasama dalam biduk rumah tangga tidak akan didapat, padahal saat pandemi seperti ini haruslah kita mendahulukan kerja smart, kerjasama, empati yang kuat, saling support dan saling berpegang tangan erat.
Kesenjangan atau pembagian kerja yang tidak proposional atau tidak diatur ulang saat pandemi ini akan menciptakan luka baru bagi perempuan, yakni beban ganda atau double burden, dia selain masih bekerja work from home, juga harus mengurus segala pekerjaan rumah tangga atau domestik.
Maka alangkah sangat baiknya, jika sama-sama work from home dan juga saling memikul pekerjaan lainnya. Toh, sejatinya pekerjaan rumah tangga bukan kodrat perempuan, membantu mengurus anak dan membersihkan rumah tidak akan menjatuhkan apapun dari seseorang bernama suami. Dengan kerjasama yang hebat, dan menyemai semangat Kartini saat Pandemi akan mencitakan relation yang baik dalam keluarga. []