• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menjadi Muslimah yang Kafah Tidak Perlu Mirip Arab

Sudah saat ini kita bangga dan menerima identitas kita sebagai Muslimah Indonesia. Karena Islam Indonesia juga memiliki kearifan yang sangat islami, misalnya tradisi yang memungkinkan laki-laki dan perempuan saling bekerjasama

Dalpa Waliatul Maula Dalpa Waliatul Maula
23/12/2022
in Publik
0
Muslimah

Muslimah

595
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam buku Nalar Kritis Muslimah karya Ibu Nyai Nur Rofiah saya menemukan satu tema yang sangat menarik yaitu tentang perempuan Muslim Indonesia.

Dalam tema tersebut Ibu Nur menyebutkan bahwa budaya Arab memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat Muslim non-Arab dalam mengidentifikasi dirinya. Nama, bahasa dan pakaian Arab pun banyak yang meyakini bahwa hal tersebut memiliki nilai religius yang berbeda. Bahkan lagu-lagu Arab pun seringkali dianggap sebagai lagu islami, meskipun isinya tentang percintaan.

Makanya tidak heran jika banyak masyarakat yang menganggap bahwa panggilan akhi ukty lebih islami dari pada panggilan Aa dan Teteh. Atau tidak sedikit juga masyarakat yang berpikir bahwa semua lagu yang memakai bahasa Arab itu lagu religius. Padahal belum tentu.

Seperti halnya yang terjadi pada keluarga saya. Saya kerap kali ditegur oleh ibu saya karena mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia. Menurut beliau lagu-lagu tersebut tidak islami dan memungkinkan merusak kehidupan saya sebagai Muslimah. Dengan begitu biasanya beliau menyuruh kami untuk mendengarkan lagu-lagu Arab, walaupun kadang saya menurutinya dengan memutarkan lagu-lagu Nancy Ajram, yaitu lagu bucin berbahasa Arab.

Padahal seperti yang Ibu Nur sampaikan dalam buku yang sama bahwa tidak semua yang berhubungan dengan Arab itu islami, kadang hal-hal itu hanya budaya yang mempunyai nilai yang sama dengan budaya Indonesia. Misalnya soal isi lagu di atas. Mungkin secara bahasa memang Arab, tetapi artinya sama dengan lagu-lagu galau Indonesia yang menceritakan tentang percintaan antara perempuan dan laki-laki.

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Tafsir Sakinah

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Menjadi Muslimah Indonesia

Oleh sebab itu, sudah saat ini kita bangga dan menerima identitas kita sebagai Muslimah Indonesia. Karena Islam Indonesia juga memiliki kearifan yang sangat islami, misalnya tradisi yang memungkinkan laki-laki dan perempuan saling bekerjasama, baik di rumah maupun di tempat kerja.

Jelas saja tradisi kerjasama ini sudah sangat sesuai dengan ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk terus menebar manfaat dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Hal ini seperti dalam al-Qur’an surat al-Hujurat Ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” (QS. al-Hujurat ayat 13)

Dalam ayat ini, Allah Swt menegaskan bahwa Allah tidak membeda-bedakan makhluknya dari latar belakangnya, tapi Allah melihat dari nilai ketakwaannya, yang jika dalam pandangan Gus Dur ketakwaan tersebut dapat kita lihat dengan budi baik terhadap semua makhluk Tuhan. Karena itulah visi misi Islam yang sesungguhnya, yaitu menjadi rahmat bagi seluruh semesta dan isinya.

Jadi teman-teman, ternyata Arab itu tidak menjadi tolak ukur seseorang berislam secara kafah atau tidak. Karena yang kita tekankan dalam beragama Islam adalah memperkuat keimanan kepada Allah Swt. Serta memperbanyak perbuatan baik dengan saling tolong menolong, saling menghormati dan saling menebar cinta kasih.

Dengan begitu untuk menjadi Muslimah yang kafah tidak harus berpenampilan, berpikir dan bersikap seperti orang Arab. Kita tetap bisa jadi Muslimah yang baik, sekalipun lagu-lagu yang kita dengarkan lagu bucin Indonesia atau K-Pop Korea, seperti BTS dan Blackpink. []

Tags: arabIndonesiaislamKafahLagumenjadiMiripMuslimah
Dalpa Waliatul Maula

Dalpa Waliatul Maula

Mahasantriwa SUPI ISIF. Aku senang mendengarkan musik mencoba hal-hal baru, suka menulis tentang isu perempuan dan masyarakat yang terpinggirkan, bisa ditemui di Ig @dalpamaula_

Terkait Posts

Menstruasi

Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

2 Juli 2025
Gaji Pejabat

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

1 Juli 2025
Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID