Mubadalah.id – Dalam lingkungan umur saya 15 tahun, ketika lebih bergiat mengenal agama bersama kawan-kawan yang lain, salah satu soalan yang sering kami tanyakan adalah peranan perempuan ketika Rasulullah Saw serta sahabat-sahabatnya turun berperang bersama kaum Muslimin yang lain, samada perempuan juga terlibat sebagai askar di medan perang. Cos that’s where all the action is, kan? Bagaimana upaya kita menyelami arti perjuangan perempuan? (Baca: Perjuangan Perempuan di Masa Nabi)
Idea bahwa peranan perempuan ketika itu adalah terbatas kepada merawat dan memelihara korban perang, at that time to me, was not enough and not cool and so stereotype lah.
Hampir 30 tahun selepas menanyakan soalan tersebut, baru lah diketahui bahwa ada perempuan yang turun berperang menegakkan kebenaran, malah melindungi Nabi kita. Yes!!! There is nothing that women don’t do or that limits us, even 1400 years ago in the heartland of the Hijaz.
“Dialah perempuan. Nusaibah bint Ka’b, atau dikenal juga sebagai Umm ‘Ammarah al-Ansariyah. Radhiallaahu ‘anha. Kata Umar, Nabi selalu mengingat namanya ketika mengenang peristiwa Uhud. Nabi menyebutnya sebagai Umm al-Asyaaf, atau perempuan dengan banyak pedang. Karena keberaninnya di perang Uhud tetap berdiri melindungi Nabi Saw dan sanggup mematahkan banyak pedang yang meringsek. Atau bisa jadi karena beliau terluka parah akibat sabetan pedang di belasan tempat anggota tubuhnya.” (Perang Uhud, yang Pahlawan Justru Perempuan)
Tetapi apa yang lebih penting ialah, setelah hampir 30 tahun, saya juga lebih mengenal dan menghargai erti perjuangan. Ianya tidak terbatas di medan perang, malah kerja-kerja yang kita lakukan untuk memelihara, melindungi dan memajukan diri, keluarga dan masyarakat adalah perjuangan yang lebih penting kerana itulah medan perjuangan kita, our daily life and struggles.
Tulisan Kang Faqih telah melenyapkan bara soalan hampir 30 tahun dan bahwa perjuangan itu tidak terbatas pada medan perang. Terimakasih.
Dan terima kasih yang lebih menggunung tinggi kepada semua wanita yang saya kenali selama ini, kerana menjadi guru dan contoh semangat hidup, both in good times and especially the most painful and difficult moments.
The struggle we have now is to have a deeper understanding and appreciation of humanity. Within that as well, is the struggle against the various forms of violence – keganasan terhadap wanita, kanak-kanak dan golongan yang rentan atas dasar kemiskinan, tidak berupaya dan juga atas dasar mereka di pinggiran dan juga mereka yang lain dari kita. (FQH).