Mubadalah.id – Sejak tahun 2019, Global Affairs Canada (GAC) telah mendukung program Women’s Voice and Leadership (WVL) Indonesia yang berfokus pada penguatan kapasitas organisasi dan kolektif perempuan di tingkat lokal dan nasional dalam rangka pemenuhan hak-hak perempuan, kepemimpinan perempuan, dan mendorong kesetaraan gender di Indonesia.
Hari ini, kami merayakan pencapaian luar biasa dari kerja kolektif perempuan, termasuk bertambahnya jumlah komunitas perempuan di seluruh provinsi dan keberhasilan penjangkauan dalam meningkatkan kesadaran akan kesetaraan gender.
Kerja-kerja Kanada mengacu pada kebijakan bantuan internasional yang feminis (Feminis International Assistance Policy). Kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan anak perempuan, dengan segala keragamannya, dan mewujudkan hak asasi manusia, adalah prioritas utama Kanada. Kanada sangat yakin bahwa ini adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan dan mengatasi ketidaksetaraan.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, Kanada memberikan dukungan langsung kepada Organisasi Hak Perempuan di tingkat akar rumput dan jaringan di seluruh dunia untuk membantu memajukan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender melalui Program Women’s Voice and Leadership, termasuk dengan Yayasan Hivos, JASS, dan Yayasan PEKKA di Indonesia.
“Organisasi perempuan tingkat akar rumput memainkan peran penting dalam membongkar praktik-praktik dan norma yang berbahaya dan diskriminatif, serta memobilisasi perubahan. Inilah sebabnya mengapa bekerja sama dengan mereka merupakan landasan dari Kebijakan Bantuan Internasional Feminis kami,” kata Kevin Tokar, Kepala Kerjasama Pembangunan Kanada, pada Jumat, 23 Juni 2023.
“Kami percaya, penguatan program dan advokasi mendorong organisasi perempuan lebih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan kelompok lebih rentan. Perempuan dan anak perempuan dapat menjadi agen perubahan positif yang kuat. Terutama jika didukung oleh satu sama lain melalui organisasi dan jaringan yang lebih kuat,” tambahnya.
Kolaborasi
Berkolaborasi dengan Rahima, Fahmina Institute, Rumah KitaB, FAMM Indonesia, Perempuan Mahardhika, dan Serikat Pekka. Kami telah menghasilkan lebih dari 30 kebijakan organisasi, pemerintah daerah dan nasional yang merespon isu kekerasan seksual, dan transparansi organisasi pembangunan.
Kemudian jaminan sosial bagi perempuan dan kelompok rentan, serta mendorong pendirian perguruan tinggi yang responsif gender. Sebanyak 250 cendekiawan perempuan terlibat aktif dalam kegiatan We Lead dan menyiarkan gagasan tentang kesetaraan melalui artikel, podcast, video, pertemuan di daerahnya.
Beberapa dari mereka juga terlibat dalam perumusan fatwa dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) 2022. Komunitas perempuan muda kampus berhasil menjadi anggota Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di kampus. Kami juga melahirkan 59 pemimpin perempuan baru, 10 komunitas perempuan baru.
“Indonesia masih memiliki masalah serius terkait angka kekerasan terhadap perempuan dan juga persoalan lain yang disebabkan ketimpangan gender. Berhimpun untuk melawan ketidakadilan secara bersama-sama menjadi sebuah keharusan. Bagi kami, menjadi bagian dari kolektif kerja feminis ini adalah sebuah ikhtiar, untuk memastikan masa depan yang berkeadilan bagi kita semua,” ucap Tunggal Pawestri, Direktur Eksekutif Yayasan Hivos.
Namun, terlepas dari kemajuan yang telah dicapai, masih ada pekerjaan yang membutuhkan perhatian dan tindakan lebih lanjut. Keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan masih perlu ditingkatkan di berbagai sektor, termasuk ekonomi, politik, pendidikan, dan sosial.
Partisipasi aktif perempuan dalam pengambilan keputusan dan peran mereka dalam perubahan sosial sangat penting untuk mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Tentang Program Women’s Voice and Leadership Indonesia
Women’s Voice and Leadership adalah program yang mendapatkan dukung dari Global Affairs Canada (GAC) yang berfokus pada dukungan terhadap kapasitas organisasi. Serta kolektif perempuan di tingkat lokal dan nasional untuk pemenuhan hak-hak perempuan, kepemimpinan perempuan, dan mendorong kesetaraan gender di Indonesia.
Melalui Feminist International Assistance Policy (FIAP) dari Pemerintah Kanada, GAC telah mengalokasikan 150 juta dolar Kanada secara global untuk menanggapi kebutuhan organisasi perempuan lokal yang bekerja untuk memajukan hak-hak perempuan dan anak perempuan, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan.
Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Yayasan Hivos) dan JASS SEA, yang bekerja di tingkat nasional dan regional, memberikan dukungan dan pendampingan program dan manajemen organisasi dalam program WVL. Hivos memiliki rekam jejak yang kuat dalam upaya memajukan dan mendorong pemenuhan hak-hak perempuan dan kelompok minoritas di Indonesia.
JASS juga membawa pengalaman panjang dalam memperkuat gerakan perempuan, memberikan ruang bagi perempuan dan organisasi mereka.
Rahima berfokus pada peningkatan kesadaran kritis tentang Islam, gender, dan hak-hak perempuan. Fahmina Institute berusaha untuk mempromosikan nilai-nilai demokrasi, pemberdayaan masyarakat, pendidikan ulama perempuan, keterbukaan, dan keadilan dalam masyarakat Indonesia. Rumah KitaB berfokus pada kajian kritis terhadap teks-teks Islam dan tradisi Islam di Indonesia.
FAMM Indonesia adalah jaringan aktivis perempuan yang berfokus pada penguatan kapasitas perempuan muda dalam mengorganisir komunitas di seluruh Indonesia. Perempuan Mahardhika adalah organisasi perempuan yang memberikan pendidikan dan pelatihan feminis di kampus-kampus di Indonesia. Kelima organisasi ini berkolaborasi dalam konsorsium program We Lead bersama Hivos Foundation dan JASS SEA dalam program WVL Indonesia.
Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Yayasan PEKKA), mengorganisir lebih dari 80.000 perempuan kepala keluarga di Indonesia. Yayasan PEKKA memastikan peningkatan kesadaran kritis tentang kewarganegaraan, hak-hak politik dan partisipasi publik. Serta peningkatan kapasitas bagi perempuan kepala keluarga dan perempuan yang terpinggirkan. (Rilis)