• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Ngaji Rumi: Sayidina Ali kw dalam Kitab Matsnawi Maknawi

Rumi sebagai seorang yang selalu mengedapankan visi persatuan umat, dengan penafsiran tersebut, ingin merangkul dan mempertemukan berbagai kelompok dalam Islam

Afifah Ahmad Afifah Ahmad
19/02/2022
in Hikmah
0
Kitab Matsnawi

Kitab Matsnawi

171
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam sebuah peperangan, Sayidina Ali bin Abi Thalib sedang bertarung dengan seorang jawara tanah Arab, sampai pada satu titik Sayidina Ali dapat mengalahkan dan membuatnya terjatuh tak berdaya. Karena merasa jiwanya tak akan selamat, untuk melampiaskan rasa bencinya, musuh itu meludahi sayidina Ali. Di luar dugaan, alih-alih menghunuskan pedang kepada orang ada di hadapannya, Sayidina Ali malah mengurungkan niatnya dan membiarkan dia tetap hidup.

Peristiwa ajaib ini tentu saja mengundang tanya musuhnya. “Wahai Ali, kenapa Anda membiarkan aku hidup, padahal sangat mudah untuk membunuhku?”. Sayidina Ali lalu menjelaskan bahwa ia tidak jadi membunuh karena khawatir jika dorongan itu lahir dari ego dan kemarahannya, bukan lagi karena tugasnya sebagai seorang prajurit.

Kisah ini disampaikan oleh Maulana Rumi secara kolosal lebih dari 100 bait puisi (dari bait ke 3721-3843) dalam kitab Matsnawi jilid pertama. Cerita ini juga dapat dilacak dalam kitab Kimia Saadah karya Imam Muhammad Ghazali. Substansi cerita ini ingin mengatakan bahwa Sayidina Ali kw adalah orang yang sangat dapat mengendalikan keegoan dirinya, bahkan saat kemarahannya sedang memuncak. Pesan ini juga dapat terbaca pada kisah selanjutnya dalam Matsnawi tentang perjumpaan Sayidina Ali dengan Ibnu Muljam. Meski ia tahu bahwa Ibnu Muljam yang kelak akan membunuhnya, tapi tetap memperlakukannya dengan baik.

Sebenarnya, ada banyak keutamaan yang disampaikan Rumi dalam kitab Matsnawi. Esfandiar dalam bukunya “Khorshid dar Ayeneh Mah” menyebutkan, setidaknya ada 13 keutamaan Sayidina Ali yang dapat digali dalam kitab Matsnawi Maknawi, dari mulai keikhlasan, kesabaran, keberanian, keadilan, sampai Sayidina Ali sebagai wali atau insan kamil. Tapi, tentu saja karena keterbatasan ruang, tidak mungkin untuk dibahas satu persatu.  Benang merah pandangan Rumi mengarah pada sosok Sayidina Ali sebagai seorang wali atau insan kamil.

Misalnya ketika menafsirankan hadits Ghadir “من کنت مولا فعلی مولی” dalam kitab Matsnawi jilid 6 bait 4538-4542, Rumi menjelaskan arti kata “مولی” sebagai seorang yang mengajak umat untuk membebaskan diri dari jeratan nafsu dan menolak penghambaan kepada selainNya. Dalam hal ini, Rumi menempatkan Sayidina Ali sebagai guru spiritual sepanjang masa. Wajar, jika akhirnya banyak tarikat sufi yang menempatkan Sayidina Ali sebagai Murssyid kedua setelah Nabi Muhmmad saw.

Baca Juga:

Jamilah binti Abdullah: Kisah Perempuan yang Mendampingi Dua Syuhada

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Doa Rasulullah dan Ulama Salih di Akhir Ramadan

Rumi sebagai seorang yang selalu mengedapankan visi persatuan umat, dengan penafsiran tersebut, ingin merangkul dan mempertemukan berbagai kelompok dalam Islam. Agaknya Rumi menyadari, hadits ini dapat menjadi pangkal perdebatan yang tak berujung. Padahal dengan pendekatan tafsir sufistik di atas, akan selalu menyisakan ruang nyaman untuk dapat disinggahi bersama.

Satu lagi catatan menarik Rumi tentang Sayidina Ali yang mungkin tidak banyak ditemukan dalam literatur lainnya. Ini lebih kepada bagaimana catatan personal Rumi dalam mempelajari teknik pengendalian diri yang dilakukan Sayidina Ali untuk meredam emosi maupun menanggung rahasia yang tidak bisa disampaikan kepada siapa pun. Menariknya ini bukan ritual yang biasa dilakukan dalam tahapan tasawuf.

Rumi dalam dua bait terpisah (Bait 2234 jilid 4 dan bait 2014 jilid 6) menjelaskan, setiap kali aku menyimpan rahasia yang sulit kuredam, aku melakukan teknik sebagaimana yang dilakukan Sayidina Ali, yaitu memasukkan bagian kepalaku ke dalam sumur. Penjelasan ini juga bisa ditemukan dalam kitab Manthiq At-Tayyir karya Athar Nishaburi. Bahkan tersirat dalam akhir khutbah kelima sayidina Ali kw.

Tentu saja, catatan Rumi maupun Athar ini tidak harus ditafsirkan secara leterlek. Saya sendiri  memahami, ternyata seorang wali maupun guru sufi sekalipun tetap memiliki teknik personal dalam mengendalikan emosi meraka, selain ritual keagamaan yang biasa mereka lakukan. Barangkali, kalau konteks hari ini bisa dilakukan dengan berbagai teknik pengelolaan kesehatan mental seperti: pernafasan, journaling, atau apapun yang membuat kita lebih nyaman.

Bagi saya pribadi pemahaman ini penting, karena sering kali saya menjumpai seseorang yang mengeluhkan kesehatan mental, lalu ramai-ramai orang lain menghakimi dengan menyebutnya kurang ibadah. Padahal, orang-orang besar pun memiliki teknik tertentu di luar ibadah ritual mereka.

Terima kasih, Rumi. Sudah menjadikan sosok Maula Ali, lebih dekat lagi. Dan terima kasih untuk hari ini, dapat kesempatan untuk terus belajar. Terima kasih juga kepada siapa saja yang berkenan membaca catatan yang panjang ini. Penuh cinta dari saya. []

Tags: HikmahKitab MatsnawiNgaji Rumisahabat nabi
Afifah Ahmad

Afifah Ahmad

Founder ngajirumi.com, penulis, traveller, dan penyuka karya sastra sufistik

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version