Mubadalah.id – Nia Ramadhani di mata saya adalah artis cilik yang pernah bersinar namanya di jagat hiburan. Saya termasuk anak kecil yang pada saat itu menikmati aktingnya dalam berbagai peran di sinetron. Bagi saya, Nia merupakan sosok perempuan berbakat.
Setelah menikah, Nia sempat rehat dari dunia hiburan selama beberapa tahun. Selama itu pula masyarakat tidak banyak tahu bagaimana kabar Nia, karena tidak ada kamera yang menyoroti kehidupannya seperti sebelumnya.
Bagaimanapun Nia saat ini mungkin berbeda dengan Nia yang dulu. Nia sekarang bukan lagi seorang artis cilik. Nia saat ini adalah seorang istri, seorang ibu sekaligus seorang entertainer, profesi yang tidak bisa sepenuhnya ia tinggalkan meskipun saat ini menyandang status sebagai Nyonya Bakrie.
Nia saat ini dikenal sebagai perempuan yang beruntung menikah dengan salah satu keluarga konglomerat, bagian dari Bakrie group. Sayangnya banyak orang menganggap bahwa pernikahan Nia dan Ardie Bakrie merupakan jalan ninja yang ditempuh Nia untuk hidup enak. Pandangan tersebut tampak dari komentar-komentar warganet yang kerap memandang miring kehidupan Nia.
Segala tindak tanduk Nia kerap menarik perhatian warganet. Nia yang tidak bisa membuka kulit salak pun membuat heboh masyarakat, bak headline berita nasional. Sesuatu yang sebenarnya sederhana kemudian menjadi bahan bulan-bulanan warganet tanah air. Tidak jarang Nia dianggap sebagai perempuan yang tidak bisa apa-apa oleh sebagian warganet.
Tidak berhenti sampai disitu. Gaya berpakaian anak perempuan Nia yang masih anak-anak menarik warganet untuk berkomentar nyinyir. Lagi-lagi Nia kena getahnya. Nia dianggap sebagai ibu yang tidak becus oleh warganet akibat pakaian yang dikenakan anaknya dianggap terlalu terbuka. Warganet pun kemudian ramai-ramai mengomentari pakaian Nia yang cenderung seksi. Beberapa komentar bernada sinis yang saya tangkap “pantas saja anaknya pakaiannya begitu, ibunya juga begitu.”
Beberapa waktu lalu, Nia sempat menjadi perbincangan publik karena tersangkut kasus narkoba. Nia bersama suami dan sopirnya diperiksa atas kepemilikan sabu-sabu dan mengantarkan mereka ke dalam proses hukum. Nia bersama suami dan sopirnya sepertinya mendapat rehabilitasi. Sayangnya, lagi-lagi Nia menjadi bulan-bulanan warganet dan menjadi bahan meme di media sosial.
Nia tersangkut kasus narkoba. Warganet pun kembali bicara. Bahkan ada warganet yang mengomentari bentuk tubuh Nia. “Pantas aja kurus, kurusnya jelek, kulitnya kendor, ternyata pakai narkoba,” demikian salah satu komentar warganet yang saya ingat betul. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bentuk tubuh Nia masih sempat jadi bahan perbincangan. Belum lagi komentar warganet lain yang mempertanyakan kenapa orang kaya seperti Nia bisa-bisanya mengonsumsi narkoba.
Banyak warganet berpikir bahwa Nia sudah cukup hidup bergelimang harta. Apakah uang yang dimilikinya turah-turah sampai bingung mau digunakan untuk apa, sehingga akhirnya digunakan untuk membeli sabu-sabu? Demikian salah satu komentar warganet yang merasa heran dengan kasus narkoba yang menyeret Nia.
Komentar lain yang lebih menyakitkan, warganet mengatakan “Nia tidak bisa apa-apa, dia cuman numpang hidup di keluarga mertua kaya raya.” Komentar tersebut diamini oleh warganet lainnya, seraya merayakan kesamaan pendapat terhadap Nia.
Beberapa waktu yang lalu, Nia dan suaminya menjalani persidangan atas kasus narkoba. Dalam proses pengadilan tersebut, Nia memaparkan bahwa alasan menggunakan narkoba untuk menguatkan diri dari rasa kehilangan yang dialami pasca ayahnya meninggal pada tahun 2014.
Nia menyebut ayahnya sebagai “belahan jiwa,” sebutan yang sangat dalam. Nia merasa sedih dan terpuruk ketika ayahnya meninggal. Sayangnya tidak ada orang yang mendengar keluh kesahnya, sekalipun itu suaminya. Teman dekat Nia justru menganggap Nia tidak pantas bersedih karena Nia telah memiliki segalanya. Sayangnya, bagi Nia sendiri, menjadi Nia adalah sebuah kutukan.
Pemaparan Nia di pengadilan ternyata menuai komentar negatif dari netizen. Netizen menganggap bahwa alasan Nia tersebut terlalu dibuat-buat. Menurut beberapa netizen, konsumsi narkoba yang dilakukan Nia dan suaminya merupakan cara menggunakan uang untuk bersenang-senang semata.
Netizen menyayangkan bahwa Nia yang mengalami stress tidak datang ke psikiater. Kita tidak tahu kenapa Nia tidak datang ke psikolog, karena kita tidak memahami behind the story-nya yang bisa jadi merupakan ruang sunyi bagi Nia sendiri.
Di sisi lain, kesadaran terhadap kesehatan mental memang sedang meningkat, sayangnya stigma terhadap orang yang mengakses layanan psikolog masih beredar hingga saat ini. Beberapa orang enggan datang ke psikolog karena malu dan takut dianggap mengalami gangguan jiwa. Anggapan bahwa depresi merupakan ciri lemah iman juga masih diyakini masyarakat.
Terlepas dari pandangan warganet tentang Nia, kita harusnya sadar bahwa Nia juga manusia, punya rasa punya hati, jangan samakan dengan salak berduri. Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Nia itu manusia biasa yang tidak luput dari masalah dan dosa.
Semua orang punya masalah, tidak terkecuali orang kaya raya. Kita perlu menumbuhkan empati untuk tidak menyerang pribadi seseorang dalam menyikapi suatu masalah. Kesalahan Nia yang terbukti secara hukum negara adalah penyalahgunaan narkotika. Biarkan pengadilan menentukan sanksi yang akan didapat Nia, meskipun kebanyakan selebritis di tanah air yang tersangkut narkoba berujung direhabilitasi.
Sedih dan bahagia adalah hal manusiawi. Kesedihan yang dialami Nia harusnya menjadi refleksi bagi kita semua bahwa mental issues itu sesuatu yang bisa terjadi pada siapa saja dan bukan sesuatu yang kasat mata. Bisa jadi orang tersebut tampak bahagia namun hatinya sedang terpuruk dan terluka.
Hal yang perlu kita lakukan adalah menjadi pendengar yang baik ketika ada teman butuh teman cerita. Bijaklah dalam bicara dan berkomentar. Jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam daripada membawa luka.
Tulisan ini bukan untuk menggalang kepedulian masyarakat terhadap Nia. Nia hanyalah salah satu potret perempuan yang sering diremehkan peran dan prestasinya. Kemampuan aktingnya seolah sirna hanya karena image yang terbangun saat ini. Peran sebagai istri dan ibu tidak pernah dipandang sebagai prestasi.
Hal yang terjadi pada Nia, kerap terjadi pada perempuan lain. Perempuan yang menikah dengan keluarga kaya raya, kerap mendapat pandangan sebagai perempuan cari untung semata. Pandangan seperti itu kerap muncul begitu saja tanpa memahami behind the story-nya. Cibiran demi cibiran mendera perempuan yang tampak hidup enak dengan suami kayanya. Mulut kita kadang enteng menghakimi orang tanpa berpikir ulang.
Jika memang Nia berkecukupan secara materi, mungkin tanpa kita tahu ada masalah lain yang belum terselesaikan oleh uang dalam hidupnya. Sampai sini kita tahu bahwa uang bisa membeli segalanya, tapi uang tidak selalu mampu menjamin seseorang terlepas dari masalah hidupnya. []