• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Nia Ramadani juga Manusia, Bukan Salak Berduri

Tulisan ini bukan menggalang kepedulian masyarakat. Nia hanyalah salah satu potret perempuan yang sering diremehkan peran dan prestasinya

Lizza Zaen Lizza Zaen
22/12/2021
in Pernak-pernik
0
Nia Ramadani

Nia Ramadani

189
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nia Ramadhani di mata saya adalah artis cilik yang pernah bersinar namanya di jagat hiburan. Saya termasuk anak kecil yang pada saat itu menikmati aktingnya dalam berbagai peran di sinetron. Bagi saya, Nia merupakan sosok perempuan berbakat.

Setelah menikah, Nia sempat rehat dari dunia hiburan selama beberapa tahun. Selama itu pula masyarakat tidak banyak tahu bagaimana kabar Nia, karena tidak ada kamera yang menyoroti kehidupannya seperti sebelumnya.

Bagaimanapun Nia saat ini mungkin berbeda dengan Nia yang dulu. Nia sekarang bukan lagi seorang artis cilik. Nia saat ini adalah seorang istri, seorang ibu sekaligus seorang entertainer, profesi yang tidak bisa sepenuhnya ia tinggalkan meskipun saat ini menyandang status sebagai Nyonya Bakrie.

Nia saat ini dikenal sebagai perempuan yang beruntung menikah dengan salah satu keluarga konglomerat, bagian dari Bakrie group. Sayangnya banyak orang menganggap bahwa pernikahan Nia dan Ardie Bakrie merupakan jalan ninja yang ditempuh Nia untuk hidup enak. Pandangan tersebut tampak dari komentar-komentar warganet yang kerap memandang miring kehidupan Nia.

Segala tindak tanduk Nia kerap menarik perhatian warganet. Nia yang tidak bisa membuka kulit salak pun membuat heboh masyarakat, bak headline berita nasional. Sesuatu yang sebenarnya sederhana kemudian menjadi bahan bulan-bulanan warganet tanah air. Tidak jarang Nia dianggap sebagai perempuan yang tidak bisa apa-apa oleh sebagian warganet.

Baca Juga:

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

Tidak berhenti sampai disitu. Gaya berpakaian anak perempuan Nia yang masih anak-anak menarik warganet untuk berkomentar nyinyir. Lagi-lagi Nia kena getahnya. Nia dianggap sebagai ibu yang tidak becus oleh warganet akibat pakaian yang dikenakan anaknya dianggap terlalu terbuka. Warganet pun kemudian ramai-ramai mengomentari pakaian Nia yang cenderung seksi. Beberapa komentar bernada sinis yang saya tangkap “pantas saja anaknya pakaiannya begitu, ibunya juga begitu.”

Beberapa waktu lalu, Nia sempat menjadi perbincangan publik karena tersangkut kasus narkoba. Nia bersama suami dan sopirnya diperiksa atas kepemilikan sabu-sabu dan mengantarkan mereka ke dalam proses hukum. Nia bersama suami dan sopirnya sepertinya mendapat rehabilitasi. Sayangnya, lagi-lagi Nia menjadi bulan-bulanan warganet dan menjadi bahan meme di media sosial.

Nia tersangkut kasus narkoba. Warganet pun kembali bicara. Bahkan ada warganet yang mengomentari bentuk tubuh Nia. “Pantas aja kurus, kurusnya jelek, kulitnya kendor, ternyata pakai narkoba,” demikian salah satu komentar warganet yang saya ingat betul. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bentuk tubuh Nia masih sempat jadi bahan perbincangan. Belum lagi komentar warganet lain yang mempertanyakan kenapa orang kaya seperti Nia bisa-bisanya mengonsumsi narkoba.

Banyak warganet berpikir bahwa Nia sudah cukup hidup bergelimang harta. Apakah uang yang dimilikinya turah-turah sampai bingung mau digunakan untuk apa, sehingga akhirnya digunakan untuk membeli sabu-sabu? Demikian salah satu komentar warganet yang merasa heran dengan kasus narkoba yang menyeret Nia.

Komentar lain yang lebih menyakitkan, warganet mengatakan “Nia tidak bisa apa-apa, dia cuman numpang hidup di keluarga mertua kaya raya.” Komentar tersebut diamini oleh warganet lainnya, seraya merayakan kesamaan pendapat terhadap Nia.

Beberapa waktu yang lalu, Nia dan suaminya menjalani persidangan atas kasus narkoba. Dalam proses pengadilan tersebut, Nia memaparkan bahwa alasan menggunakan narkoba untuk menguatkan diri dari rasa kehilangan yang dialami pasca ayahnya meninggal pada tahun 2014.

Nia menyebut ayahnya sebagai “belahan jiwa,” sebutan yang sangat dalam. Nia merasa sedih dan terpuruk ketika ayahnya meninggal. Sayangnya tidak ada orang yang mendengar keluh kesahnya, sekalipun itu suaminya. Teman dekat Nia justru menganggap Nia tidak pantas bersedih karena Nia telah memiliki segalanya. Sayangnya, bagi Nia sendiri, menjadi Nia adalah sebuah kutukan.

Pemaparan Nia di pengadilan ternyata menuai komentar negatif dari netizen. Netizen menganggap bahwa alasan Nia tersebut terlalu dibuat-buat. Menurut beberapa netizen, konsumsi narkoba yang dilakukan Nia dan suaminya merupakan cara menggunakan uang untuk bersenang-senang semata.

Netizen menyayangkan bahwa Nia yang mengalami stress tidak datang ke psikiater. Kita tidak tahu kenapa Nia tidak datang ke psikolog, karena kita tidak memahami behind the story-nya yang bisa jadi merupakan ruang sunyi bagi Nia sendiri.

Di sisi lain, kesadaran terhadap kesehatan mental memang sedang meningkat, sayangnya stigma terhadap orang yang  mengakses layanan psikolog masih beredar hingga saat ini. Beberapa orang enggan datang ke psikolog karena malu dan takut dianggap mengalami gangguan jiwa. Anggapan bahwa depresi merupakan ciri lemah iman juga masih diyakini masyarakat.

Terlepas dari pandangan warganet tentang Nia, kita harusnya sadar bahwa Nia juga manusia, punya rasa punya hati, jangan samakan dengan salak berduri. Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Nia itu manusia biasa yang tidak luput dari masalah dan dosa.

Semua orang punya masalah, tidak terkecuali orang kaya raya. Kita perlu menumbuhkan empati untuk tidak menyerang pribadi seseorang dalam menyikapi suatu masalah. Kesalahan Nia yang terbukti secara hukum negara  adalah penyalahgunaan narkotika. Biarkan pengadilan menentukan sanksi yang akan didapat Nia, meskipun kebanyakan selebritis di tanah air yang tersangkut narkoba berujung direhabilitasi.

Sedih dan bahagia adalah hal manusiawi. Kesedihan yang dialami Nia harusnya menjadi refleksi bagi kita semua bahwa mental issues itu sesuatu yang bisa terjadi pada siapa saja dan bukan sesuatu yang kasat mata. Bisa jadi orang tersebut tampak bahagia namun hatinya sedang terpuruk dan terluka.

Hal yang perlu kita lakukan adalah menjadi pendengar yang baik ketika ada teman butuh teman cerita. Bijaklah dalam bicara dan berkomentar. Jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam daripada membawa luka.

Tulisan ini bukan untuk menggalang kepedulian masyarakat terhadap Nia. Nia hanyalah salah satu potret perempuan yang sering diremehkan peran dan prestasinya. Kemampuan aktingnya seolah sirna hanya karena image yang terbangun saat ini. Peran sebagai istri dan ibu tidak pernah dipandang sebagai prestasi.

Hal yang terjadi pada Nia, kerap terjadi pada perempuan lain. Perempuan yang menikah dengan keluarga kaya raya, kerap mendapat pandangan sebagai perempuan cari untung semata. Pandangan seperti itu kerap muncul begitu saja tanpa memahami behind the story-nya. Cibiran demi cibiran mendera perempuan yang tampak hidup enak dengan suami kayanya. Mulut kita kadang enteng menghakimi orang tanpa berpikir ulang.

Jika memang Nia berkecukupan secara materi, mungkin tanpa kita tahu ada masalah lain yang belum terselesaikan oleh uang dalam hidupnya. Sampai sini kita tahu bahwa uang bisa membeli segalanya, tapi uang tidak selalu mampu menjamin seseorang terlepas dari masalah hidupnya. []

Tags: artis cilikKesehatan MentalMental Healthmental issuesNarkobanarkotikaNia RamadhaniStigma Perempuan
Lizza Zaen

Lizza Zaen

Ibu-ibu doyan nulis yang tergabung dalam Wadon Dermayu Menulis

Terkait Posts

Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID