Mubadalah.id – Hari Valentine, yang kita rayakan setiap 14 Februari, telah menjadi fenomena global yang dikaitkan dengan ekspresi kasih sayang. Awalnya, perayaan ini berasal dari tradisi Barat yang menekankan cinta romantis dalam hubungan antarindividu.
Namun, dalam perkembangannya, makna Valentine semakin meluas. Yakni mencakup berbagai bentuk kasih sayang, termasuk persahabatan, kekeluargaan, dan kepedulian sosial. Dalam konteks ini, terdapat gagasan untuk mengalihkan fokus perayaan Valentine menjadi momen penghormatan dan kasih sayang terhadap orang tua.
Hal ini berangkat dari pemahaman bahwa orang tua, khususnya ayah dan ibu, adalah figur utama dalam kehidupan setiap individu. Di mana secara konsisten memberikan kasih sayang tanpa pamrih.
Jika Hari Ibu dan Hari Ayah kita peringati secara terpisah di berbagai negara, maka menjadikan Valentine sebagai momen tambahan untuk menunjukkan cinta kepada orang tua dapat menjadi langkah positif. Terutama dalam membentuk budaya kasih sayang yang lebih luas.
Kasih sayang sejati tidak terbatas hanya pada hubungan romantis. Dalam bukunya The Art of Loving, Erich Fromm (1956) menjelaskan bahwa kasih sayang sejati bukanlah sekadar emosi pasif. Melainkan tindakan aktif yang melibatkan kepedulian, tanggung jawab, penghormatan, dan pemahaman.
Cinta bukan hanya Soal Pasangan
Konsep ini menguatkan gagasan bahwa cinta bukan hanya soal pasangan, tetapi juga relasi yang lebih dalam, termasuk dengan orang tua. Saat ini, perayaan Hari Valentine sering kali kita kaitkan dengan cinta romantis yang bersifat eksklusif antara pasangan kekasih.
Budaya ini menciptakan stigma bahwa mereka yang tidak memiliki pasangan kita anggap ‘tidak lengkap’ atau ‘kurang beruntung’ dalam kehidupan sosial. Dengan menormalisasi Hari Valentine sebagai momen untuk mengapresiasi orang tua, kita dapat mengembalikan esensi cinta yang lebih luas.
Selain itu, menormalisasi kasih sayang terhadap orang tua pada Hari Valentine juga dapat mengimbangi konsumerisme dalam perayaan tersebut. Perayaan Hari Valentine sering kali kita iringi oleh budaya konsumtif. Dari hadiah mewah, cokelat, bunga, hingga makan malam romantis di restoran mahal, semua ini mendorong masyarakat untuk mengeluarkan biaya lebih demi memenuhi ekspektasi sosial.
Sebaliknya, kasih sayang terhadap orang tua tidak memerlukan bentuk materi yang berlebihan. Perhatian kecil seperti menelepon, meluangkan waktu untuk berbincang. Bahkan sekadar membantu pekerjaan rumah bisa menjadi hadiah yang lebih bermakna bagi mereka. Dengan cara ini, Valentine dapat menjadi hari yang lebih reflektif dan bermakna, bukan sekadar ajang konsumtif.
Bakti pada Orang Tua
Dalam konteks sosial, mengajarkan nilai bakti kepada generasi muda menjadi sebuah keharusan. Dalam banyak budaya, khususnya di Indonesia, konsep bakti kepada orang tua merupakan nilai fundamental yang perlu terus kita ajarkan kepada generasi muda. Namun, di era modern, interaksi antara anak dan orang tua semakin berkurang karena kesibukan masing-masing.
Menjadikan Hari Valentine sebagai momen untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang tua dapat menjadi pengingat bagi generasi muda akan pentingnya menghargai orang tua mereka. Jika tradisi ini kita terapkan secara luas, bukan tidak mungkin Valentine bisa menjadi ajang bagi keluarga untuk mempererat hubungan. Menggantikan makna yang selama ini terlalu terfokus pada hubungan pasangan.
Selain sebagai ajang refleksi pribadi, normalisasi kasih sayang terhadap orang tua di Hari Valentine juga dapat didorong oleh berbagai institusi pendidikan dan media. Sekolah-sekolah dapat mulai memperkenalkan konsep ini kepada siswa, dengan mengadakan kegiatan yang mengajak mereka untuk menulis surat atau membuat video ucapan kasih sayang bagi orang tua mereka.
Media sosial dan televisi juga dapat mengambil peran dengan menampilkan konten-konten inspiratif tentang penghormatan kepada orang tua. Sehingga masyarakat luas bisa melihat bahwa kasih sayang tidak hanya terbatas pada hubungan romantis.
Peran Komunitas Keagamaan
Di sisi lain, peran komunitas keagamaan juga bisa menjadi faktor pendukung dalam memperluas makna Valentine. Dalam Islam, konsep birrul walidain (berbakti kepada orang tua) memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sebagaimana tersebutkan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis.
Dalam ajaran Kristen, kasih sayang terhadap orang tua juga ditekankan dalam perintah untuk menghormati ayah dan ibu. Oleh karena itu, menanamkan nilai kasih sayang terhadap orang tua di Hari Valentine bukan hanya menjadi upaya kultural. Tetapi juga sejalan dengan ajaran berbagai agama yang menekankan pentingnya penghormatan kepada orang tua.
Mengubah perspektif terhadap Hari Valentine tidak harus kita lakukan dengan cara yang sulit. Cara sederhana seperti menghabiskan waktu bersama orang tua bisa menjadi langkah awal. Kesibukan sehari-hari sering membuat kita lupa untuk menghabiskan waktu bersama mereka.
Pada Hari Valentine, kita bisa menyempatkan diri untuk mengunjungi atau sekadar berbincang dengan mereka, baik secara langsung maupun melalui telepon atau video call bagi yang berjauhan.
Selain itu, memberikan kejutan sederhana juga bisa menjadi pilihan. Tidak harus mahal, kejutan kecil seperti membuatkan sarapan, menulis surat, atau memberikan hadiah sederhana yang bermakna dapat membuat orang tua merasa kita hargai. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah membantu pekerjaan rumah.
Sering kali, orang tua, terutama ibu, terbebani oleh tugas rumah tangga yang seolah tidak ada habisnya. Menggunakan Hari Valentine sebagai kesempatan untuk membantu pekerjaan rumah dapat menjadi bentuk kasih sayang yang nyata.
Menormalisasi Hari Valentine
Mengajak orang tua melakukan aktivitas yang mereka sukai juga merupakan salah satu cara terbaik dalam menunjukkan kasih sayang. Jika memungkinkan, ajak mereka untuk melakukan sesuatu yang mereka sukai, seperti pergi ke tempat favorit, menonton film bersama, atau sekadar berbincang santai. Bagi yang memiliki orang tua yang telah tiada, Valentine bisa menjadi momen untuk mengenangnya dalam doa, sebagai bentuk penghormatan dan cinta yang abadi.
Menormalisasi Hari Valentine sebagai momen untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang tua adalah langkah positif untuk memperluas makna cinta yang sejati. Di tengah dominasi perayaan Valentine yang cenderung konsumtif dan berfokus pada pasangan romantis, mengalihkan perhatian kepada orang tua dapat menghadirkan makna yang lebih dalam dan inklusif.
Orang tua adalah sosok yang mencurahkan kasih sayang tanpa pamrih. Oleh karena itu, tidak ada salahnya menjadikan Hari Valentine sebagai momen tambahan untuk menunjukkan penghargaan kita terhadap mereka.
Jika ini menjadi budaya yang meluas, bukan tidak mungkin perayaan Valentine akan lebih bermakna, tidak hanya bagi mereka yang sedang jatuh cinta, tetapi juga bagi setiap individu yang ingin mengekspresikan rasa sayang kepada orang yang paling berjasa dalam hidup mereka. []