• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh

Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

Nyai Pinatih membentuk masyarakat Gresik di atas pondasi saling menghormati satu sama lain. Baginya perbedaan agama tidak menjadi alasan untuk bermusuhan

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
27/03/2023
in Figur
0
Ulama Perempuan Perekat Kerukunan

Ulama Perempuan Perekat Kerukunan

741
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Keragaman masyarakat Nusantara bukan suatu gejala sosial yang baru. Itu telah menjadi realitas sosial selama ribuan tahun. Sejalan dengan realitas keragaman itu, sejak awal perkembangan Islam, para ulama Nusantara sudah meneladankan sikap untuk kita menghormati non-Muslim.

Nyai Pinatih merupakan satu dari sekian banyak ulama Nusantara itu. Dalam membentuk masyarakat Muslim di Gresik, Nyai Pinatih tidak arrogant dan kasar terhadap non-Muslim. Sebaliknya dia bersikap ramah dan menghormati mereka. Nyai Pinatih merupakan sosok ulama perempuan perekat kerukunan antarumat di Gresik.

Ulama Perempuan yang Membentuk Masyarakat Muslim di Gresik

Bicara soal perkembangan Islam di Gresik, umumnya, kita sudah familiar dengan nama Sunan Giri dan Sunan Gresik. Namun masih agak asing dengan nama Nyai Pinatih. Padahal, perempuan ulama ini termasuk guru dari Sunan Giri. Pernyataan ini tidak berlebihan, mengingat Nyai Pinatih adalah sosok ibu angkat yang mengasuh dan mendidik Raden Paku. Didikan dan dukungan Nyai Pinatih, itu merupakan salah satu modal yang membuat Raden Paku menjadi sosok wali penyebar Islam yang kita kenal sebagai Sunan Giri.

Nyai Pinatih sendiri termasuk sosok yang berjasa dalam perkembangan Islam di Gresik. Dia bersama anak angkatnya, Sunan Giri, saling ber-mitra sejajar dalam mendakwahkan Islam. Hal ini sejalan dengan penjelasan Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo, bahwa Nyai Pinatih, bersama Sunan Giri, berperan besar dalam pembentukan masyarakat Muslim di Gresik. Peran Nyai Pinatih ini, oleh Agus Sunyoto dalam bukunya, bahkan setara dengan kiprah Sunan Ampel yang membentuk masyarakat Muslim di Surabaya.

Nyai Pinatih sebagai orang yang mendapatkan tanah di Gresik dari Raja Majapahit, Brawijaya V. Selain itu juga menerima mandat dari raja sebagai syahbandar Pelabuhan Gresik. Sudah barang tentu dia memiliki pengaruh yang amat kuat. Pengaruhnya itu turut dia manfaatkan untuk kemajuan dakwah Islam. Dalam kesehariannya, dia tidak hanya menjalankan tugas sebagai seorang syahbandar yang mengatur pelabuhan. Namun juga memainkan peran keulamaan dalam membentuk masyarakat Muslim di Gresik.

Baca Juga:

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat

Nyai Pinatih merupakan seorang ulama perempuan perekat kerukunan yang menunjukkan akhlak menghormati non-Muslim. Meski dalam kiprahnya dia memainkan peran sebagai ulama penyebar Islam di Gresik, namun itu tidak menjadikan dirinya bersikap keras terhadap kalangan non-Muslim.

Novita Siswayanti dalam “Character Education of Female Syahbandar Nyai Ageng Pinatih Gresik,” menjelaskan kalau posisi Nyai Pinatih sebagai seorang syahbandar, dan juga pedagang, membuat dirinya banyak berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai kalangan dan negara yang datang ke Gresik. Sudah barang tentu di antara orang-orang itu terdapat kelompok non-Muslim. Dalam hal ini, Nyai Pinatih tidak menampakkan sikap sinis hanya karena perbedaan agama, sebaliknya dia menunjukkan akhlak ramah dengan menghormati kehadiran mereka.

Nyai Pinatih membentuk masyarakat Gresik di atas pondasi saling menghormati satu sama lain. Baginya perbedaan agama tidak menjadi alasan untuk bermusuhan. Oleh karena itu, tidak heran jika kemudian orang-orang dari berbagai etnis dan agama, pada masa Syahbandar Nyai Pinatih, merasa nyaman untuk menetap atau sekadar singgah di Gresik.

Sebagai seorang ulama perempuan yang sangat berpengaruh di Gresik, pada abad ke-15 M, Nyai Pinatih mampu membimbing masyarakat yang multi etnis dan agama dalam kerukunan. Dia membentuk sebuah masyarakat Muslim yang toleran. Dalam hal ini, Nyai Pinatih tampil sebagai sosok ulama perempuan yang menjadi tokoh perekat kerukunan antarumat beragama. []

Tags: Her StoryKerukunan Umat BeragamaNyai PinatihSejarah PerempuanToleransi beragama
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Ekoteologi

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

13 Juni 2025
Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID