Entah hari ini, sudah hari ke berapa bagi warga Indonesia berdiam diri di dalam rumah #StayAtHome. Bagi sebagian orang, pasti sudah merasa bosan dan jenuh, karena bagaimana tidak, kita boleh keluar rumah hanya membeli kebutuhan pokok saja. Selebihnya, seperti bermain, bekerja, belajar, sampai beribadah dilakukan di dalam rumah. Rumah sudah bagaikan sebuah penjara.
Akibat dari kebosanan dan kejenuhan tersebut, beberapa orang, saya perhatikan akhir-akhir mulai melakukan hal-hal yang aneh, hal-hal yang tak wajar, yang tadinya tidak mungkin dikerjakan, eh sekarang sudah banyak dilakukan. hehehe..
Diantaranya adalah, ada seorang bapak yang mancing ikan di dalam aquarium, ada yang mengelabang atau mengepang sapu ijuk, ada yang cabutin biji yang ada di buah strowberi, dan ada juga yang memisahkan antara kopi dengan gula dari kopi instan.
Bahkan, bagi kaum rebahan, ada salah satu teman saya yang mengatakan, bosan di rumah mamah, kerjaannya cuma rebahan. Pindah ke rumah mertua, eh di rumah mertua rebahan lagi, rebahan terusss !!! keselll … sel … sel.
Nah lho, rebahan di rumah pun sudah menjadi kesel… hihi. Memang ketika sudah terlalu lama sendiri, eh sudah terlalu lama berdiam diri di dalam rumah, apalagi tidak ada kegiatan, membuat otak, jiwa dan raganya menjadi oleng, menjadi bosan dan berujung pada kejenuhan yang hakiki.
Tetapi, dampak kejenuhan dan kebosan ini, seharusnya tidak akan terjadi, jika ketika di rumah, kita melakukan kegiatan-kegiatan yang jauh lebih mendatangkan manfaat, kebahagiaan, kemaslahatan, kenyamanan serta kegiatan yang bernilai positif lainnya.
Misalnya, menjadikan rumah sebagai laiknya seperti surga atau mungkin kita sering mendengar ungkapan rumahku, surgaku.
Dalam konsep rumahku, surgaku, KH. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qira’aah Mubadalah menjelaskan bahwa, hal yang paling dasar yang harus dibangun dalam konsep ini adalah bagaimana rumah itu diartikan sebagai tempat ketika semua orang di dalamnya berpikir dan berupaya menghadirkan segala kebaikan ke dalam dan menghindarkan segala keburukan dari luar. Tidak membuang seluruh sampah-sampah sosial dan problematika kerja ke dalam rumah. Tetapi justru menghadirkan harapan, membawa senyuman, dan mendatangkan kenyamanan.
Sementara konsep surga adalah sebagai cara pandang, sikap hidup, tindak-tanduk, dan perilaku sehari-hari dari seluruh penghuni rumah. Pondasi dari rumah surgawi adalah keimanan, komitmen, kesalingan, kesabaran, pengorbanan, ketulusan, saling pengertian, dan saling kerjasama.
Maka, dengan konsep ini setidaknya bisa membuat kita menjadi sadar bahwa ketika berada di rumah bukan waktunya untuk bermalas-malasan apalagi melakukan tindakan yang tidak ada manfaatnya. Tetapi bagaimana dalam masa pandemi seperti ini, rumah seharusnya menjadi tempat bagi seluruh anggota keluarga untuk menghadirkan berbagai kebaikan-kebaikan. Hal itu bisa diwujudkan dengan prinsip kesalingan, saling kerjasama, saling tolong menolong, saling berbagi, dan saling pengertian.
Tentu saja kita bisa memulainya, dengan melakukan kepada keluarga dan orang-orang di sekitar lingkungan kita. Jangan sampai kejadian seorang ibu rumah tangga di Serang, Banten pada Senin (20/4), meninggal dunia akibat kelaparan selama 2 hari tidak makan, itu menjadi terulang kembali.
Dari kejadian tersebut, seharusnya membuat kita menjadi belajar dan sadar untuk benar-benar memperhatikan orang-orang di lingkungan kita, karena masa pandemi seperti ini, tidak sedikit orang yang semakin kesusahan mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka sebaiknya, orang-orang yang saat ini memiliki rezeki yang lebih banyak, untuk bisa menolong, berbagi dan pengertian kepada mereka yang saat ini sedang kesulitan.
Selain dari sikap saling tolong menolong, berbagi dan pengertian. Hal yang bisa kita lakukan adalah sikap saling kerjasama dengan melakukan hal apapun dan kegiatan apapun dengan seluruh anggota keluarga.
Hal yang sering menjadi permasalahan di dalam keluarga apalagi dengan adanya kebijakan Work From Home (WFH) adalah menitik beratkan seluruh pekerjaan domestik kepada perempuan (ibu). Semua pekerjaan rumah tangga mulai dari mencuci pakaian, masak, dan kebersihan lainnya, ibu yang kerjakan. Sebetulnya tidak masa pandemi ini juga sih, dalam waktu biasa pun, tugas perempuan memang sangat dilekatkan dengan sumur, dapur dan kasur.
Oleh karena itu, dengan adanya anjuran #StayAtHome, alias yang membuat seluruh anggota keluarga harus di rumah, saya kira, sudah waktunya semua pekerjaan itu dikerjakan dengan bersama-sama atau saling kerjasama dengan seluruh anggota keluarga.
Misalnya, ayah mengambil peran untuk memasak, adik yang menyapu dan mengepel, ibu yang mencuci pakaian sedangkan si kakak yang bersih-bersih halaman rumah. Kegiatan seperti ini, saya kira harus tetap berjalan dan berputar peran dan tugasnya alias bergantian. Jadi dengan begitu, diharapkan, istilah sumur, dapur, dan kasur itu tidak ada lagi bagi perempuan. Tapi pekerjaan tersebut, adalah pekerjaan seluruh anggota keluarga.
Termasuk bagi keluarganya yang suka masak, seperti keluarga saya ini. Masa pandemi menjadi moment yang paling cocok untuk melatih hobi memasak bersama keluarga. Misalnya saja, sudah selama dua minggu ini, saya bersama ibu, ayah dan adik mengeksplorasi masak berbagai makanan. Mulai dari makanan manis seperti, bolu dengan berbagai topping, brownis, jelly, hingga makanan yang orang banyak jual seperti, batagor, siomay, dan pempek pun kami coba buat.
Bagi teman-teman yang punya hobi lain, bisa juga mengajak seluruh anggota keluarganya untuk saling kerjasama dan mendukung hobi yang kamu miliki, seperti, menulis, membaca, mengaji, dan hobi positif lainnya. Pekerjaan seperti inilah, yang saya kira bisa dilakukan oleh teman-teman.
Masa pandemi bukan berarti kegiatan kita hanya rebahan, rebahan dan rebahan lagi. Tapi bagaimana, hari demi hari yang dilewati menjadi ladang untuk selalu mendatangkan berbagai manfaat, kemaslahatan, kebahagiaan dan kenyamanan.
Apalagi, jika pekerjaan tersebut terus dijalankan dengan istiqomah, maka saya yakin, untuk mewujudkan keluarga harmonis dan bahagia berlandaskan sakinah, mawadah wa rahmah bisa dengan mudah untuk dicapai. []