• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pasangan dan Inner Child: KDRT yang Diturunkan

Kepribadian bawaan atau inner child ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana peran orang tua kepada anaknya saat masa pertumbuhan

Firda Rodliyah Firda Rodliyah
02/09/2024
in Keluarga
0
Inner Child

Inner Child

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa tahun terakhir, berita tentang KDRT antar pasangan dalam rumah tangga makin banyak media tayangkan di segala lini. Perceraian pun banyak terjadi dimana-mana akibat perbuatan ini. Lantas pernahkah orang berpikir, bahwa salah satu penyebab KDRT yang lelaki lakukan pada istrinya adalah dampak dari inner child yang ia bawa ketika sejak kecil?

Inner child sendiri merupakan kepribadian bawaan. Dalam kata lain bisa kita sebut sebagai sebuah perantara antara ingatan seseorang tentang peristiwa yang terjadi di masa kecil dengan titik ideal masa kecilnya.

Misalnya ketika pada masa kecil anak berada di lingkungan keluarga yang bahagia, pola asuh asertif, dengan keadaan yang begitu positif. Ia akan menganggapnya sebagai situasi ideal yang kemudian ia adopsi kembali dalam bentuk kepribadian dan nilai dalam menjalani hidup.

Sebagaimana paragraf di atas, kepribadian bawaan atau inner child ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana peran orang tua kepada anaknya saat masa pertumbuhan. Sebagaimana yang Rokelle Lerner sebutkan dalam sebuah buku berjudul Affirmations for the Inner Child. Bahwa pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak ketika tumbuh dewasa.

Kisah Seorang Lelaki

Menyoal inner child ini. Saya jadi teringat dengan salah satu kisah yang pernah terjadi pada salah satu kawan. Sebut saja namanya Tio (nama samaran). Ia mengaku, pernah melakukan kekerasan pada istrinya selama beberapa tahun. Ia sadar akan salahnya perbuatan itu. Dan tidak membenarkan sama sekali apa yang telah ia lakukan kepada sang istri.

Lain hal dari problematika yang telah menghantam Tio dengan pasangannya. Saya lebih ingin fokus kepada karakter si lelaki ini. Saya pun mencoba menanyakan, bagaimana ia dapat mengenali karakternya sendiri, dan dari bagaimana orang tuanya mendidik sejak kecil.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Kemudian ia mulai bercerita, tentang masa kecilnya yang seringkali mendapatkan pukulan dari ayahnya. Meskipun ia tahu, bahwa niat ayahnya adalah untuk mendidik. Tak lain juga karena sikapnya yang seringkali membangkang dari perintah sang ayah untuk ibadah.

Ayahnya tak pernah segan memukul Tio saat ia telat berangkat mengaji, telat salat berjamaah, atau ketika salah baca saat mengaji, ayahnya tidak segan-segan selalu main pukul ke Tio. Didikan ini berlangsung cukup lama, yakni sejak Tio naik ke bangku TK hingga SMA.

Namun Tio tidak dapat memungkiri. Bahwa apa yang ayahnya lakukan kepadanya, telah menumbuhkan watak keras dalam dirinya. Ia tumbuh menjadi orang yang emosional. Ringan tangan kepada orang lain. Bahkan kepada istrinya sendiri, yang sebenarnya ia pun tak menginginkan hal itu terjadi.

Inner Child dalam Pasangan

Kisah Tio, barangkali juga banyak orang lain rasakan. Sadar ataupun tidak, banyak di antaranya melakukan kekerasan kepada pasangan, atas dasar pola pendidikan yang ia dapatkan ketika masih kecil. Seringkali menjadi korban kekerasan, banyak mendapatkan kata-kata kotor, menjadi obyek kemarahan orang tua, dapat  menumbuhkan kepribadian yang keras pada anak.

Hal ini terjadi karena anak-anak memiliki sifat alami untuk meniru orang-orang di sekitarnya. Terutama mereka yang lebih tua seperti orang tua, saudara, guru, atau orang dewasa lainnya yang sering berinteraksi dengan mereka. Proses ini dikenal sebagai “observational learning” atau pembelajaran melalui pengamatan, di mana anak-anak mengamati, meniru, dan mengulang perilaku, sikap, dan reaksi orang-orang di sekitarnya.

Lantas saat ia mulai mengadopsi kepribadian tersebut. Maka yang terjadi selanjutnya adalah banyaknya konflik yang ia alami atau hadapi saat berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu di antaranya adalah dengan pasangan.

Kondisi ini kemudian Margaret Paul perkuat dalam bukunya “Inner Bonding: Becoming a Loving Adult to Your Inner Child” yang menjelaskan bahwa inner child yang bermasalah dapat memicu berbagai konflik dalam hubungan pasangan.

Beberapa konflik tersebut di antaranya tumbuhnya rasa takut untuk kehilangan diri sendiri atau orang lain, rasa tidak percaya diri atau merasa tidak cukup, pertengkaran yang seringkali muncul seiring waktu, bahkan kekerasan dalam hubungan berpasangan.

Pentingnya Ke Psikolog Sebelum Menikah

Tentu, dengan ini tidak akan ada yang bisa menjamin hubungan rumah tangga dengan pasangan bisa ayem, tentram, tanpa adanya kekerasan di dalamnya. Bahkan ketika sebelum menikah ada seorang lelaki menjanjikan tidak akan melakukan kekerasan apapun juga tidak akan menjadi jaminan kuat untuk kehidupan setelahnya.

Dengan hal tersebut, kita bisa berhati-hati dengan mengkonsultasikan diri dan calon pasangan kepada ahlinya sebelum menikah. Pergi psikolog bisa membantu kita lebih mengenali diri sendiri dan juga pasangan.

Maka dengan begitu kita bisa mengetahui nilai-nilai, harapan, dan tujuan hidup masing-masing. Kita bisa sama-sama saling mengidentifikasi dan mengelola konflik. Sehingga tahu apa strategi-strategi yang bisa kita lakukan dengan pasangan untuk menghadapi perbedaan secara konstruktif dan sehat.

Selain itu, pentingnya pergi ke psikolog bagi pasangan juga bisa membantu belajar cara berkomunikasi dengan lebih baik, mengungkapkan perasaan, mendengarkan pasangan secara aktif, membangun keterampilan pemecah masalah, dan juga menangani masalah pribadi yang belum kita maupun pasangan selesaikan sebelumnya.

Dengan ini masalah pribadi, termasuk yang kemudian membentuk kepribadian, bisa kita pahami lebih awal di tahap ini. Sehingga masalah-masalah lampau yang sempat kita maupun pasangan pendam lama, bisa kita selesaikan, dan tidak mengganggu hubungan setelah menikah nantinya. []

Tags: innerchildKDRTkeluargapasanganpsikologrumahtangga
Firda Rodliyah

Firda Rodliyah

Anggota Puan Menulis

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version