Mubadalah.id – Setiap orang pasti memiliki kebutuhan, keinginan, dan harapan. Kebutuhan ada yang bisa dipenuhi sendiri, ada yang hanya bisa dipenuhi oleh pasangannya.
Seseorang harus berusaha mengenali kebutuhannya dan mengungkapkannya kepada pasangannya. Tidak bisa berharap pasangannya bisa mengerti sendiri.
Bantulah pasanganmu untuk mengerti kebutuhanmu dan bantu ia untuk bisa memenuhinya untukmu. Pun sebaliknya, bantulah pasanganmu untuk menyampaikan kebutuhannya dan bantu ja untuk bisa mendapatkan kebutuhannya.
Saling berkomunikasi tentang keperluan masing-masing, misalnya kebutuhan untuk belajar, hiburan, dan ibadah. Karena tidak semua kebutuhan atau keinginan bisa ditunaikan dalam waktu bersamaan.
Setiap pasangan suami istri penting untuk berdiskusi dan menyusun skala prioritas keluarga dan pribadi, meskipun skala prioritas suatu saat berubah.
Keterbukaan ini bertujuan untuk menumbuhkan kehangatan dan mengeksplorasi modal mawadah pada diri masing-masing pasangan.
Inilah yang oleh Nabi Saw ungkapkan sebagai “saling bermain-main untuk kesenangan bersama antara suami dan istri” (tula ‘ibuha wa tula ‘ibuka) (Shahih al-Bukhari, no. 2136).
Mawadah dan Rahmah
Jika modal mawadah itu untuk memperoleh energi cinta dari pasangannya, maka rahmah adalah bagaimana suami istri bertanggung jawab mengisi energi tersebut.
Seseorang tidak cukup hanya mengenali kebutuhan diri sendiri lalu menuntut pasangannya untuk memenuhinya, tetapi juga mengenali kebutuhan pasangannya lalu bersedia untuk melayani.
Kemungkinan modal mawadah akan berkurang karena suatu hal, misalnya karena seiring bertambahnya usia.
Namun, jika modal rahmah terus hidup dan suami jaga kepada istri dan istri kepada suami, maka kehangatan akan terus menyala dan menumbuhkan kebahagiaan bersama.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Makhluk Domestik.