Mubadalah.id – Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Hazm, ulama dari mazhab al-Dhahiri tentang onani berbeda dengan pendapat para ulama Hanabilah. Ibnu Hazm mengatakan bahwa onani itu hukumnya makruh dan tidak berdosa (lâ itsma fîhi).
Akan tetapi, menurutnya, onani bisa haram. Hal ini karena merusak etika dan budi luhur yang terpuji. Ibnu Hazm mengambil argumentasi hukum dengan satu statemen bahwa orang yang menyentuh kemaluannya sendiri dengan tangan kirinya diperbolehkan dengan ijmâ’ (kesepakatan semua ulama).
Dengan pertimbangan itu, maka tidak ada tambahan dari hukum mubâh tersebut, kecuali adanya kesengajaan mengeluarkan sperma (al-ta’ammud li nuzûl al-maniy) sewaktu melakukan masturbasi.
Perbuatan ini sama sekali tidak dapat kita haramkan. Karena dalam al-Qur’an Surat al-An’âm (6) ayat 119, Allah SWT berfirman bahwa Ia telah menerangkan secara terinci segala sesuatu yang Allah haramkan.
Sementara jika kita menelitinya, maka tidak kita temukan satu keterangan pun dari firman Allah yang menerangkan keharaman masturbasi itu.
Logikanya, bila demikian, maka masturbasi atau onani diperbolehkan, sebagaimana penegasan umum Allah bahwa segala seuatu yang ada di bumi ini memang telah diperuntukkan manusia: khalaqa lakum mâ fiy al-ardli jamî’a.
Meski begitu, masturbasi hukumnya makrûh oleh karena tidak termasuk ke dalam perbuatan yang terpuji. Jelasnya, bukan perbuatan yang mencerminkan al-akhlâq al-karîmah. Abdurrahman al-Jaziry menyebutnya sebagai telah keluar dari fithrah kemanusiaan (al-fithrah al-insâniyyah).
Sedangkan pendapat selanjutnya adalah pendapat yang dikemukakan oleh para sahabat dan tabi’in. Mereka itu, di antaranya, adalah Ibnu ‘Umar dan ‘Atha yang berpendapat makrûh.
Sementara Ibnu ‘Abbas, Hasan, dan beberapa tokoh tabi’in lain berpendapat mubâh. Hasan berkata, “Mereka dahulu mengerjakan onani ketika terjadi peperangan (jauh dari keluarga/istri).”
Sementara Mujahid, ahli tafsir murid Ibnu ‘Abbas, berkata, “Orang-orang dahulu (sahabat Nabi) malah menyuruh agar pemuda-pemudanya melakukan onani untuk menjaga kesucian dan kehormatan diri”.
Sejenis dengan onani, masturbasi pun sama hukumnya. Hukum mubâh ini berlaku baik untuk kaum laki-laki maupun Perempuan. []