• Login
  • Register
Minggu, 4 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pendisiplinan Tubuh Pasca Melahirkan, Realistis kah?

Tubuh perempuan adalah hak mutlak yang dimiliki perempuan sebagai titipan Tuhan. Tubuh adalah urusan personal bagi individu, yang tentu saja bukan urusan orang lain untuk mengaturnya

Wanda Roxanne Ratu Pricillia Wanda Roxanne Ratu Pricillia
02/11/2021
in Personal
0
Pendisiplinan

Pendisiplinan

205
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa minggu lalu, saya lari pagi, kegiatan yang cukup rutin saya lakukan sejak pandemi. Kemudian saya bertemu tetangga di jalan, dia berkomentar “Kok masih lari, makin kurus nanti” hingga dua kali. Saya menjelaskan padanya bahwa tujuan saya olahraga adalah untuk menjadi sehat. Sebagian orang memang masih menganggap bahwa tujuan olahraga adalah menjadi lebih kurus, padahal bisa juga untuk menambah berat badan.

Saya membagi pengalaman ini di Instagram Story. Kemudian ada teman saya yang bercerita tentang komentar orang lain pasca mereka melahirkan. Teman saya P, merasakan perubahan bentuk tubuh pasca melahirkan sehingga dia berusaha berolahraga dan menjaga pola makannya agar tubuhnya lebih sehat. Tapi dia mendapatkan komentar “gak usah diet-diet lah, kan udah kurusan, lagian masih menyusui”.

Selain itu, teman saya A, mendapatkan komentar “Wah kamu tambah gemuk ya, bagian pinggul terutama”. Perubahan tubuh pasca melahirkan tentu saja normal, apalagi dia sedang menyusui anaknya. Kemudian dia juga mendapatkan komentar dari teman perempuannya, yang mengatakan bahwa payudaranya akan kendur jika menyusui anaknya. Temannya ini memberikan susu formula pada bayinya karena takut payudaranya akan kendur jika memberikan ASI.

Dia juga mendapatkan komentar dari atasannya (laki-laki), “badanmu tambah gemuk”. Ketika dia mengatakan bahwa dia bahagia dengan tubuhnya, atasannya kembali merespon “Gemuk bukan tanda bahagia, pola hidupnya diperbaiki”. Tidak cukup di situ, atasannya itu juga mengatakan “wajahmu kok tambah kusut, gak bercahaya, tambah jelek”. Temannya yang lain sampai menangis karena atasannya ini berkomentar serupa.

Komentar-komentar semacam ini, bukan hanya termasuk body shaming atau mempermalukan dan mengejek bentuk tubuh seseorang. Tapi secara luas adalah bentuk pendisiplinan tubuh.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum
  • Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?
  • Prinsip Kesetaraan Dalam Islam
  • Keadilan Bagi Perempuan Harus Didasarkan Pada Hak Asasi Manusia

Baca Juga:

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?

Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

Keadilan Bagi Perempuan Harus Didasarkan Pada Hak Asasi Manusia

Pada kelas Gender, Tubuh dan Seksualitas, Mbak Mia Siscawati (dosen saya) menjelaskan mengenai ini. Dalam perspektif feminis, pendisiplinan tubuh adalah adanya norma yang mengatur tentang tubuh dan fungsi dalam tubuh (reproduksi) yang mengikuti norma dengan berbagai praktik yang bisa jadi si pemilik tubuh tidak menyukainya.

Pendisiplinan tubuh ini terjadi pada laki-laki dan perempuan, meski pendisiplinan tubuh pada perempuan lebih kompleks dan panjang dari pada laki-laki. Praktik female genital mutilation (sunat perempuan) adalah salah satunya. Selain itu, pendisiplinan tubuh saat menstruasi dengan mengasingkan perempuan, memberikan mereka tanda merah di bibir, dan praktik kejam lainnya.

Dalam masyarakat modern, pendisiplinan tubuh bisa dilakukan dengan berbagai macam dengan mengakar kuat pada peran gender yang membagi feminin dan maskulin. Tubuh perempuan yang ideal itu syaratnya adalah kurus, tidak berotot, cantik, tidak boleh bau, kulit cerah, dll. Ada kelindan antara standar kecantikan, pendisiplinan tubuh dan peran gender di sini. Termasuk bagaimana tubuh perempuan yang ideal pasca melahirkan.

Padahal perubahan hormon, fungsi tubuh dan bentuk tubuh saat perempuan hamil, melahirkan, hingga menyusui itu normal dan wajar. Tubuh perempuan membutuhkan banyak asupan gizi dan energi untuk menjalankan fungsi reproduksi, sosial dan psikologisnya sebagai dirinya sendiri, istri, ibu, pekerja, dan multi peran lainnya.

Menurut Simone de Beauvoir, individu akan diterima pertama kalinya atau hal yang dipertimbangkan oleh orang lain adah tubuh seseorang tersebut. Dia menjelaskan bahwa pembanding perempuan dan laki-laki adalah perspektif kita, yaitu mengenai dimensi biologis yang mempengaruhi manusia.

Beauvoir menyebutkan konsep tubuh dan liyan (the body and others), konsep keliyanan dalam konsep tertentu, perempuan dianggap sebagai “yang lain” terkait tubuh dan pengalaman hidup dengan tubuhnya. Dalam masyarakat, kita akan cenderung mengikuti norma yang berlaku terkait tubuh, termasuk keputusan perempuan memiliki anak atau tidak, dan berapa jumlahnya.

Pada akhirnya, manusia, terutama perempuan, adalah tubuh-tubuh yang harus melakukan pendisiplinan tubuh sesuai norma. Body shaming, penghinaan dan komentar lainnya yang terkait tubuh, kecantikan dan reproduksi, adalah cara orang lain mengontrol tubuh kita. Sebagian orang akan mempertanyakan kapan kita akan memiliki anak, namun ketika kita sudah memiliki anak, tubuh kita tidak boleh berubah. Sebuah pendisiplinan tubuh yang tidak realistis.

Kenyataannya, setiap perempuan memiliki bentuk tubuh, pengalaman biologis, peran sosial, peran domestik dan kegiatan lain yang berbeda. Sebagian perempuan mungkin akan mudah kembali pada berat badannya sebelum hamil, namun sebagian lagi tentu tidak mudah. Namun kontrol atas tubuh perempuan dan adanya relasi kuasa, seperti yang dialami teman saya, adalah contoh nyata bagaimana tubuh perempuan menjadi urusan orang lain.

Pengalaman biologis hamil, melahirkan dan menyusui itu adalah proses panjang bagi perempuan. Bagaimana mereka menerima perubahan tubuh, ekonomi, psikologis dan peran sosialnya saja sudah penuh perjuangan. Komentar-komentar mempermalukan, merendahkan dan mengontrol tubuh perempuan akan menjadi beban tambahan yang dapat membuat perempuan menjadi insecure, menimbulkan self-criticism dan overthinking.

Tubuh perempuan adalah hak mutlak yang dimiliki perempuan sebagai titipan Tuhan. Tubuh adalah urusan personal bagi individu, yang tentu saja bukan urusan orang lain untuk mengaturnya. Manusia memiliki hak untuk mengatur tubuh dan kehidupannya sendiri. []

Tags: Body Shaminglelakiperempuantubuh
Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an

3 Juni 2023
Korban Kekerasan Seksual

Laki-laki Bisa Menjadi Korban Kekerasan Seksual

1 Juni 2023
Nilai Perempuan

Bergantung pada Status, Nilai Perempuan Lebih dari Itu Part II

31 Mei 2023
Bidadari Surga

Bolehkah Kita Semua Memimpikan Bidadari Surga?

30 Mei 2023
Women's March Jakarta

Women’s March Jakarta 2023: Sudahi Bungkam, Lawan!

30 Mei 2023
Nilai Perempuan

Bergantung pada Status, Nilai Perempuan Lebih dari Itu Part I

27 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perkembangan Islam di Gorontalo

    Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Relasi Gender dalam Agama Budha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum
  • Gaya Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an
  • Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?
  • Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita
  • Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist