• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pengalaman Biologis Perempuan dalam Film “Teman Tapi Menikah 2”

Mufliha Wijayati Mufliha Wijayati
10/03/2020
in Keluarga
0
(sumber gambar Cantik Tempo.co)

(sumber gambar Cantik Tempo.co)

152
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Waah, dua jam kita duduk untuk nonton proses persalinan yang amazing”. Begitu komentar temen ‘jomblo’-ku, sambil bangkit dari seat F 11 saat nonton Teman Tapi Menikah 2 (TTM) di Ciplaz. Menikmati akhir pekan setelah merampungkan beberapa agenda. Hal-hal sederhana untuk menghadiahi diri sendiri perlu dilakukan untuk merawat bahagia dan menjaga kewarasan, biar tidak ambyar menjalani agenda-agenda hidup berikutnya.

Teman Tapi Menikah 2, babak lanjutan dari film sebelumnya yang mengisahkan persahabatan Ayu dan Dito selama hampir 13 tahun yang menghantarkan mereka pada kisah cinta “witing tresno jalaran seko kulino”. Memutuskan menikah lalu menjalani hidup sebagai pasangan muda yang sarat dengan turbulensi adalah narasi yang disajikan dalam sekuel kedua Teman Tapi Menikah.

Ritme alur cerita yang lambat, membuat film ini terasa sedikit membosankan di beberapa adegan. Macam kurang greget dan menghentak. Tapi untuk sekedar bersantai menikmai wiken, bolehlah dinikmati bersama teman dan keluarga.

“Marriage story is never flat” adalah pesan yang disampaikan dalam film ini. Tiga belas tahun saling mengenal dalam relasi sahabat tidak seketika mampu membuat chemistry antar pasangan saat menikah terbangun. Kejutan-kejutan karena perbedaan karakter dan kebiasaan sempat menjadi pemicu riuhnya pertengkaran antara Ayu dan Ditto.

Apalagi saat Ayu positif hamil, meng-ambyar-kan semua mimpi-mimpi mereka untuk menikmati masa-masa bulan madu dengan keliling dunia, memantapkan karir dan bahkan pilihan untuk hidup di luar negeri. Ini adalah babak baru dari kehidupan pasangan muda Ayu dan Ditto, yang sangat mungkin dialami oleh banyak pasangan muda atau juga pasangan-pasangan yang tak lagi muda tapi belum mampu berdamai dalam setiap konflik rumah tangga.

Baca Juga:

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Mengebiri Tubuh Perempuan

Menikah bukan semata-mata soal fase hidup yang dilalui manusia, tanpa dibekali pengetahuan dan kesadaran. Ayu-Ditto dinarasikan sebagai pasangan yang belum siap menghadapi perubahan peran pada babakan hidup baru yang dijalaninya.

Fase reproduksi masa kehamilan Ayu dieksplorasi dalam TTM sedemikian rupa sebagai setting dari riak-riak konflik pasangan muda. Kehamilan yang belum dikehendaki, ibu hamil yang sensitive, kolokan, temperamental, dan lemah secara fisik seakan menjadi pemicu pertengkaran dan perselisihan. Bahwa kehamilan ‘tertuduh” sebagai sebab berkurangnya rasa bahagia mereka.

Teringat wejangan saat ngaji Keadilan Gender Islam dengan Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm, bahwa pengalaman biologis perempuan; mentruasi, kehamilan, atau menyusui misalnya, semuanya itu khas, durasinya beragam dan panjang, rasanya pun bermacam-macam.

Tapi hampir semuanya mengandung unsur rasa sakit atau paling tidak berpotensi mengalami sakit. Film TTM 2 memberi pesan secara tegas, bahwa pengalaman biologis perempuan yang bersifat kodrati ini tidak untuk semakin melemahkan dan membatasi perempuan untuk bahagia. Pengalaman biologis perempuan harus menjadi pertimbangan untuk tetap memanusiakan perempuan dengan memberinya kesempatan yang setara untuk bersama-sama menikmati kebahagiaan.

Peran afektif pasangan yang diperankan Ditto, juga menegaskan bahwa laki-laki harus sepenuh hati memberi dukungan pada istri yang sedang hamil. Pengalaman kehamilan masing-masing perempuan itu berbeda dan khas, maka di titik inilah komunikasi yang klik antara Ayu dan Ditto menjadi pembuka sikap afeksi Ditto terhadap Ayu yang Up and Down menjalani masa-masa berat kehamilannya.

Kesedihan Ayu yang tiba-tiba, keputus-asaan dan penyesalan atas kehamilan yang tak direncanakan seringkali memancing kejengkelan dan kemarahan Ditto yang tak terbendung. Tapi semuanya luruh saat komunikasi dua hati terbuka untuk saling dukung dan bekerjasama dalam mengelola rasa.

Cerita menjalani perkawinan memang tak selalu baik-baik saja, lebih dari itu TTM 2 menvisualisasikan bagaimana pengalaman biologis perempuan bukan semata-mata pengalaman yang harus ditanggung perempuan seorang diri. Tengoklah, ayat al-Qur’an tentang haidh, kehamilan, dan menyusui, ayat ini menyapa laki-laki untuk mengerti, berempati, dan berkontribusi terhadap pengalaman biologis perempuan. []

Mufliha Wijayati

Mufliha Wijayati

Alumni Workshop Penulisan Artikel Populär Mubadalah 2017, Penyuka kopi dan Pemerhati isu gender dari IAIN Metro

Terkait Posts

Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID