• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pentingnya Toleransi dalam Dakwah Islam: Refleksi Kasus Gus Miftah

Kasus Gus Miftah mengingatkan kita bahwa dalam menyampaikan pesan agama, kita harus penuh penghormatan dan kebijaksanaan

Muhaimin Yasin Muhaimin Yasin
06/12/2024
in Publik
0
Kasus Gus Miftah

Kasus Gus Miftah

2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Toleransi merupakan salah satu nilai inti dalam ajaran Islam yang harus kita jaga dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan dakwah. Di Indonesia yang memiliki beragam budaya dan kepercayaan, sikap toleran sangat vital untuk membangun hubungan yang harmonis antar berbagai kelompok masyarakat.

Kasus Gus Miftah, seorang pendakwah terkenal, mengingatkan kita tentang pentingnya pendekatan yang penuh pengertian dan hormat saat menyampaikan pesan-pesan agama.

Kasus ini dimulai ketika Gus Miftah menarik perhatian publik setelah mengeluarkan komentar yang dianggap merendahkan profesi pedagang es teh, dengan sebutan “goblok.” Walaupun niatnya adalah bercanda, reaksi yang muncul menunjukkan bahwa tidak semua orang menangkap humor dengan cara yang sama.

Dalam konteks dakwah, penggunaan humor perlu kita lakukan dengan sangat hati-hati. Kata-kata yang kita anggap sepele bisa menimbulkan salah paham dan melukai perasaan orang lain. Ini menunjukkan bahwa seorang pendakwah harus menyadari dampak dari pernyataan mereka, terlebih lagi ketika berada di hadapan publik.

Pentingnya Menghormati

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11).

Baca Juga:

KB dalam Pandangan Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya menghormati dan tidak merendahkan orang lain, terlepas dari latar belakang atau profesi mereka. Merendahkan orang lain, walaupun hanya dalam bentuk candaan, bertolak belakang dengan prinsip-prinsip Islam yang menekankan penghormatan dan pengakuan. Gus Miftah seharusnya lebih bijaksana dalam memilih kata-kata dan cara penyampaian agar apa yang ingin disampaikan tidak memicu kontroversi.

Toleransi dalam dakwah bukan cuma soal kata-kata yang kita lontarkan, tetapi juga tentang pemahaman konteks sosial dan budaya. Setiap masyarakat memiliki keunikan dan perbedaan yang harus kita hargai. Dalam situasi Gus Miftah, meskipun niatnya mungkin untuk bercanda, reaksi masyarakat menunjukkan bahwa lelucon tersebut tidak diterima dengan baik oleh semua orang. Pendakwah perlu peka terhadap situasi dan merasakan perasaan audiens, sehingga pesan yang tersampaikan bisa diterima dan tidak menimbulkan perpecahan.

Saling menghormati dan menghargai adalah pilar penting dalam Islam. Mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai Islam seharusnya kita lakukan dengan cara yang positif dan membangun.

Alih-alih menggunakan ungkapan yang bisa memicu kontroversi, pendakwah seharusnya memberikan contoh yang mendorong masyarakat untuk saling menghargai dan memahami. Dalam hal ini, pendakwah perlu menjadi teladan dalam cara berbicara dan bertindak agar bisa menciptakan suasana yang mendukung dialog dan pengertian.

Menilik Kasus Gus Miftah

Kasus Gus Miftah juga menyoroti seberapa penting tanggung jawab dalam setiap kata yang kita ucapkan. Setiap pernyataan bisa memiliki dampak luas. Oleh karena itu, pendakwah harus berpikir matang sebelum berbicara, terutama di depan publik.

Dalam situasi di mana banyak orang mendengar dan menilai, sangat penting untuk menggunakan bahasa yang penuh rasa hormat dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Toleransi dan penghormatan terhadap profesi orang lain harus jadi dasar dalam setiap ceramah atau dakwah yang kita lakukan.

Sebagai komunitas Muslim, kita juga perlu merespons dengan bijaksana terhadap situasi seperti ini. Alih-alih terlibat dalam perdebatan atau menyebar kebencian, lebih baik kita berupaya membangun dialog yang konstruktif.

Menanggapi pernyataan kontroversial dengan sikap pengertian dan toleransi akan berkontribusi pada penciptaan lingkungan yang lebih baik untuk dakwah dan penyebaran nilai-nilai Islam. Lewat dialog yang sehat, kita bisa saling memahami dan mencari solusi terhadap perbedaan yang ada.

Komitmen Bersama Menegakkan Toleransi

Toleransi juga mencakup kemampuan untuk menerima perbedaan pendapat dan sudut pandang. Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk menghargai setiap individu dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda.

Oleh karena itu, sikap toleran dalam dakwah tidak hanya akan menciptakan suasana harmonis, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang agama. Dalam prosesnya, kita akan sadar bahwa perbedaan bukan merupakan halangan, melainkan kesempatan untuk belajar dan berkembang bersama.

Kesimpulannya, toleransi adalah kunci dalam dakwah Islam. Kasus Gus Miftah mengingatkan kita bahwa dalam menyampaikan pesan agama, kita harus penuh penghormatan dan kebijaksanaan. Dengan menanamkan nilai-nilai toleransi dalam setiap aspek dakwah, kita bisa menciptakan suasana yang mendukung perdamaian dan keharmonisan.

Mari kita berkomitmen bersama untuk menegakkan nilai-nilai toleransi dalam setiap langkah dakwah kita agar pesan-pesan Islam bisa diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat. Dengan demikian, kita dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara positif dan konstruktif. []

Tags: adabdakwahislamKasus Gus Miftahtoleransi
Muhaimin Yasin

Muhaimin Yasin

Pegiat Kajian Keislaman dan Pendidikan. Tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version