• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Penyebab Stunting pada Bayi selain Kekurangan Gizi

Seringkali kita hanya tahu bahwa faktor penyebab stunting adalah kekurangan gizi ataupun karena faktor ekonomi yang terbatas. Di sisi lain stunting tidak bisa terlihat secara tunggal sebatas kekurangan nutrisi saja

Aslamiah Aslamiah
15/07/2022
in Keluarga
0
Penyebab Stunting

Penyebab Stunting

324
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa dari kita sudah tidak asing lagi dengan istilah stunting di kalangan masyarakat. Tulisan kali ini akan menguak sisi lain dari penyebab stunting. Seringkali kita hanya tahu bahwa faktor penyebab stunting adalah kekurangan gizi ataupun karena faktor ekonomi yang terbatas. Di sisi lain stunting tidak bisa terlihat secara tunggal sebatas kekurangan nutrisi saja.

Berikut tiga faktor penyebab stunting yang jarang kita ketahui di antaranya: Pertama, rantai stunting dimulai dari pergaulan remaja berisiko, fase ini menentukan bagaimana kelangsungan janin dalam kandungan. Pergaulan remaja beresiko seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), remaja yang hamil dalam usia anak (kurang dari 19 tahun) berdasarkan UU Perkawinan terbaru, minimnya pengetahuan dan kesiapan dalam membangun rumah tangga.

Maka yang menjadi titik tekan hari ini adalah menyadarkan pola pergaulan remaja yang lebih sehat, baik dalam pertemanan ataupun dalam hubungan. Dalam hubungan disini bukan berarti saya mendukung pacaran akan tetapi relasi yang lebih positif antara dua lawan jenis.

Pencegahan Stunting

Unutk melakukan pencegahan stunting, yang pertama bisa kita lakukan yaitu mensosialisasikan kesehatan reproduksi pada remaja, baik remaja perempuan ataupun laki-laki. Fungsi reproduksi yang berbeda di antara keduanya, artinya anak-anak hari ini perlu adanya pemahaman yang holistik tentang sebab-akibat. Tidak hanya asal melarang kenapa pacaran tidak boleh, dampak dari seks bebas dan lain sebagainya. Di sinilah peran keluarga bekerja.

Kedua adalah ibu hamil yang mengalami kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, verbal maupun ekonomi. Faktor ini terjadi salah satunya ketidaksiapan secara mental dalam membangun rumah tangga. Membangun relasi dan komunikasi yang setara dan kematangan emosional. Remaja yang belum stabil terbentur dengan realita menjadi orang tua akhirnya seringkali terjadi ‘cekcok’ dalam rumah tangga. Sehingga dampak paling fatal adalah KDRT, dan kekerasan lainnya yang terjadi.

Baca Juga:

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kasus Inses di Kudus: Pentingnya Membangun Ruang Aman bagi Anak

Relasi Setara Keluarga Cegah Resiko Stunting

Minimnya pengetahuan dari kedua belah pihak akan dampak kekerasan verbal/non verbal dan terselimuti egosentris yang tinggi, akhirnya tidak memikirkan bayi dalam kandungan. Hal itulah yang kemudian menjadikan ibu hamil stress, kepikiran yang berangsur-angsur dan emosi yang stabil akan membawa dampak buruk kepada calon bayi. Inilah pentingnya menstabilkan emosional dalam segala situasi, pola komunikasi kepada pasangan harus kita pahami sebelum memasuki bahtera rumah tangga.

Jika ibu hamil bahagia, maka bayi akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tersalurkan dari sang ibu. Dan sebaliknya, jika ibu hamil stress maka bayi juga akan menerima perasaan tersebut. Akhirnya bayi terlahir dalam keadaan stunting, karena persoalan ya ibu hamil alami.

Solusi yang saya tawarkan yakni jika dalam keadaan emosional perlu mendiamkan diri sementara waktu. Jika sudah tepat maka lebih baik pembicaraan segera setelah emosional stabil. Membicarakan perilaku dan komunikasi yang tidak suka antar keduanya, ini bisa dilakukan pada saat pillowtalk.

Ketiga, pola pengasuhan yang tidak setara. Maksud tidak setara ini yakni pengasuhan yang terbebani kepada salah satu pihak, semisal ibu saja. Karena ayah sibuk mencari nafkah, maka ibulah yang akhirnya dominan dalam pengasuhan sejak dalam kandungan.

Padahal jika relasinya seperti itu, ayah tetap bisa berinteraksi kepada calon bayi, setelah pulang kerja misalnya mengajak komunikasi/dialog pada janin, atau sekadar mengelus-elus perut ibu. Penting untuk kita melakukannya, karena ayah juga memiliki hak dalam turut serta perkembangan anak secara kognitif ataupun psikomotorik sejak sebelum lahir. Artinya, pengasuhan adalah tanggungjawab bersama, bukan salah satu pihak. Meluangkan waktu satu/dua jam. Sesekali pergi ke luar jalan jalan untuk familly time perlu loh parents.

Itulah tiga faktor penyebab stunting yang jarang sekali kita pahami, kita hanya melihat secara hasil fisiknya, bahwa anak stunting berasal dari malnutrisi. Padahal di balik itu ada faktor-faktor lain yang tersembunyi. Yakni berasal dari proses terlahir ke dunia. Semoga bermanfaat. []

 

Tags: anakBayiGizikeluargakesehatanStunting
Aslamiah

Aslamiah

Seorang pembelajar di akar rumput, berfokus pada gender dan pembangunan sosial yang inklusif

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID