Senin, 29 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bencana Ekologi

    Bencana Ekologi dan Hilangnya Rumah Gajah Sumatera

    Disabilitas sebagai Kutukan

    Memaknai Disabilitas sebagai Keberagaman, Bukan Kekurangan atau Kutukan

    Disabilitas

    Di Mana Ruang Keadilan bagi Penyandang Disabilitas?

    CBB

    Cewek Bike-bike (CBB) Vol. 2: Mengayuh Bersama, Merayakan Tubuh Perempuan

    Taubat Ekologis

    Saatnya Taubat Ekologis dan Kembalikan Sakralitas Alam

    Perempuan Disabilitas

    Kasus Gowa dan Rapuhnya Perlindungan bagi Perempuan Disabilitas

    Era Scroll

    Hidup di Era Scroll: Masihkah Kita Memiliki Fokus Utuh?

    Ikan Asin

    Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri

    Parenting Anxiety

    Parenting Anxiety: Ketika Mengasuh Anak Berada di Bayang-bayang Parenting Goals

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bencana Ekologi

    Bencana Ekologi dan Hilangnya Rumah Gajah Sumatera

    Disabilitas sebagai Kutukan

    Memaknai Disabilitas sebagai Keberagaman, Bukan Kekurangan atau Kutukan

    Disabilitas

    Di Mana Ruang Keadilan bagi Penyandang Disabilitas?

    CBB

    Cewek Bike-bike (CBB) Vol. 2: Mengayuh Bersama, Merayakan Tubuh Perempuan

    Taubat Ekologis

    Saatnya Taubat Ekologis dan Kembalikan Sakralitas Alam

    Perempuan Disabilitas

    Kasus Gowa dan Rapuhnya Perlindungan bagi Perempuan Disabilitas

    Era Scroll

    Hidup di Era Scroll: Masihkah Kita Memiliki Fokus Utuh?

    Ikan Asin

    Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri

    Parenting Anxiety

    Parenting Anxiety: Ketika Mengasuh Anak Berada di Bayang-bayang Parenting Goals

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Perempuan dalam Pusaran Perang Mataram dengan Madiun

Adisara sebagai diplomat ulung perempuan Mataram, menjadi bukti bahwa dalam kebesaran Mataram juga ada sumbangan torehan dari sosok perempuan

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
7 November 2022
in Pernak-pernik, Rekomendasi
0
Perempuan dalam Pusaran Perang Mataram dengan Madiun

Perempuan dalam Pusaran Perang Mataram dengan Madiun

301
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Artikel ini akan membahas secara gamblang tentang peran perempuan dalam pusaran perang Mataram dengan Madiun. Hal sekaligus membuka lembaran eksistensi perempuan sudah ada sejak dahulu kala. Alkisah, setelah meluaskan sayap Kerajaan Mataram (Islam) di Surabaya, Panembahan Senopati (pendiri dan raja pertama Mataram)–yang berniat menjadi penguasa tanah Jawa–melanjutkan kepak sayapnya ke Madiun.

Di sisi lain, Bupati Madiun mulai mengumpulkan kekuatan dengan mengajak para bupati di Bang Wetan (Jawa Timur) yang belum tunduk pada Senopati untuk membentuk persekutuan melawan Mataram. Dalam Babad Tanah Jawi, W.L. Olthof, dijelaskan bahwa Bupati Madiun sadar betul kalau Senopati seperti ibarat api sebesar kunang-kunang yang harus segera dipadamkan.

Sebab, jika tidak, maka api itu akan semakin berkobar ke mana-mana. Para bupati pun menerima ajakan itu, dan mereka mengumpulkan pasukannya di Madiun. Tatkala sampai di Madiun, Panembahan Senopati kaget melihat pasukan Madiun beserta sekutunya yang sangat besar. Di sisi lain, prajuritnya tinggal sedikit.

Senopati bukan sekadar penguasa yang haus kekuasaan dan bergerak tanpa perhitungan, melainkan raja visioner yang ingin menguasai tanah Jawa dan memiliki banyak strategi dalam mewujudkan impiannya. Ketika menimbang kekuatan Madiun dan sekutunya, Senopati sadar betul jika bentrok langsung, maka kemungkinan untuk menang itu kecil. Sehingga, dia pun menjalankan “siasat” untuk menaklukkan Madiun.

Adisara, Sosok Penentu Keberhasilan Siasat Mataram atas Madiun

Dalam upaya keberhasilan siasatnya, Senopati membutuhkan bantuan Adisara (Adi-Sara). Sebagaimana dalam Babad Tanah Jawi, Senopati berkata, “Adi-Sara datang ke kota Madiun, dan berikan suratku ini kepada Panembahan Madiun. Isi surat menyatakan bahwa saya takluk. Ini dilakukan supaya beliau hilang kewaspadaannya atau membubarkan barisannya.”

Selain itu, “terserah kepadamu bagaimana merekayasa agar Panembahan Madiun menjadi sayang padaku. Berpakaiannya yang indah-indah dan berhiaslah secantik mungkin, serta naiklah jalang (tandu). Para prajuritku Jayataka yang memikul tandu serta membawa perlengkapan upacara berjumlah empat puluh orang. Jika engkau diganggu oleh para sentana di Madiun layani saja. Asal tidak sampai di luar batas dan hindari jangan sampai terlalu jauh ke dalam.”

Dalam Babad Tanah Jawi, W.L. Olthof, Adisara dijelaskan sebagai seorang abdi perempuan Mataram yang sangat cantik. Sedangkan, Purwadi dalam Babad Ki Ageng Mangir: Intrik Politik Istana Demi Melanggengkan Kuasa Keraton Mataram, menyebut Adisara sebagai bupati wanita (perempuan).

Yang jelas, Adisara bukanlah sosok perempuan biasa. Senopati tidak akan menggantungkan harapan besarnya–sampai mengeluarkan kata-kata: “…terserah padamu bagaimana merekayasa agar Panembahan Madiun menjadi sayang padaku….”–kepada sembarang orang.

Dalam misi ini, Adisara menjadi diplomat perempuan Mataram yang bertugas mengambil simpati dari penguasa Madiun. Sukses tidaknya upaya siasat Senopati dalam ekspansi Mataram terhadap Madiun tergantung pada Adisara. Di kemudian hari, Adisara juga membersamai Putri Pembayun sebagai intelijen Mataram dalam misi menaklukkan Mangir. Dari kiprahnya, dapatlah mengatakan kalau Adisara merupakan agen perempuan ulung Mataram.

Karena kepiawaian diplomasi yang dijalankan Adisara dalam tugas menyampaikan surat Senopati, sehingga Bupati Madiun yang awalnya ingin berperang dengan Senopati malah menjadi sayang kepadanya. Bahkan, ingin mengangkat Senopati menjadi anak angkatnya. Adisara pun sukses dalam menjalankan misinya.

Bupati Madiun kehilangan kewaspadaan terhadap Senopati, dan mulai membubarkan pasukan Madiun beserta pasukan para sekutunya. Hal ini segera dimanfaatkan oleh Senopati, dengan melakukan penyerangan yang berakhir dengan kemenangan Mataram dan takluknya Madiun.

Retna Jumilah, Pendirian Sang Putri Madiun dalam Gelombang Peperangan

Bupati Madiun memiliki seorang putri yang sangat cantik, bernama Retna Jumilah. Sewaktu perang Mataram dan Madiun, sang putri sudah menginjak usia dewasa. Namun, dia belum menikah, bukan karena tidak laku, melainkan Retna Jumilah mau menikah hanya dengan pria yang mampu memenuhi dua syarat.

Yaitu, pertama pria yang disembah orang tuanya/Bupati Madiun, dan kedua tidak luka jika disabet dengan pisau cukur miliknya. Kalau tidak ada laki-laki yang mampu memenuhi kedua syarat itu, maka seumur hidupnya dia tidak mau menikah.

Babad Tanah Jawi, W.L. Olthof, menceritakan bahwa tatkala Senopati berhasil menaklukkan Madiun, Retna Jumilah ditinggal oleh ayahnya di istana, dan diberikan keris wasiat bernama si Gumarang. Dia sadar betul kalau dirinya besar kemungkinan bakal menjadi korban jarahan kekalahan Madiun, apalagi diketahui bahwa Senopati menyukainya. Dalam keadaan demikian, dia tidak lantas pasrah dan putus asa, lebih-lebih sampai menjatuhkan harga dirinya.

Retna Jumilah tetap kukuh memegang pendiriannya, khususnya mempertahankan syarat bagi pria yang ingin menjadikannya pasangan. Maka, ketika Retna Jumilah menerima keris warisan yang diberikan ayahnya, dia kemudian berpakaian seperti laki-laki yang siap bertempur, dan duduk di tengah kedaton menunggu Senopati untuk duel. Mati sekalipun, dia tetap ingin mempertahankan harga diri dan pendiriannya.

Senopati yang melihat sang putri Madiun menghunus keris, juga jadi takut mendekat. Setelah melakukan beberapa dialog, Retna Jumilah mau berdamai dengan Senopati. Dia kemudian coba menyabetkan pisau cukur miliknya kepada Senopati, dan–sebagaimana dalam Babad Tanah Jawi bahwa–kulit Senopati tidak terluka.

Maka, genap sudah dua syarat yang harus dimiliki oleh calon suami Retna Jumilah pada diri Senopati, yaitu pertama mampu menundukkan Madiun dan kedua tidak terluka dengan pisau cukur miliknya. Sehingga, barulah Retna Jumilah mau menikah dengan Senopati.

Meski cerita ekspansi Mataram atas Madiun dalam Babad Tanah Jawi menjadikan Senopati sebagai tokoh utama, namun jika ditelisik lebih dalam akan nampak dua sosok perempuan, yang bukan sekadar tokoh figuran, dalam pusaran perang Mataram dengan Madiun.

Yaitu, Adisara sebagai diplomat ulung perempuan Mataram, yang menjadi bukti bahwa dalam kebesaran Mataram juga ada sumbangan torehan dari sosok perempuan. Dan, Retna Jumilah sebagai sosok putri Madiun yang tidak mau pasrah saja menjadi korban kekalahan perang, menggambarkan kalau perempuan bukan sosok lemah yang harus pasrah menjadi objek jarahan.

Demikian kisah dan peran perempuan dalam pusaran perang Mataram dengan Madiun. Semoga penjelasan Perempuan dalam pusaran perang Mataram dengan Madiun ini bermanfaat. [Baca juga: Lahirnya Gender sebagai Konsep Keadilan Laki-laki dan Perempuan]

Tags: KerajaanMataramNusantaraperempuansejarah
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Perempuan Disabilitas Berlapis
Publik

Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif

27 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

25 Desember 2025
Keadilan Hakiki Bagi Perempuan
Publik

Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

25 Desember 2025
Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan
Publik

5 Prinsip Dasar Keadilan Hakiki bagi Perempuan

24 Desember 2025
Biologis Perempuan
Publik

Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

24 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Keadilan Hakiki bagi Perempuan Menjadi Bagian dari Prinsip Universal

24 Desember 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Disabilitas sebagai Kutukan

    Memaknai Disabilitas sebagai Keberagaman, Bukan Kekurangan atau Kutukan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Mana Ruang Keadilan bagi Penyandang Disabilitas?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bencana Ekologi dan Hilangnya Rumah Gajah Sumatera

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cewek Bike-bike (CBB) Vol. 2: Mengayuh Bersama, Merayakan Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bencana Ekologi dan Hilangnya Rumah Gajah Sumatera
  • Memaknai Disabilitas sebagai Keberagaman, Bukan Kekurangan atau Kutukan
  • Di Mana Ruang Keadilan bagi Penyandang Disabilitas?
  • Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan
  • Cewek Bike-bike (CBB) Vol. 2: Mengayuh Bersama, Merayakan Tubuh Perempuan

Komentar Terbaru

  • dul pada Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan
  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID