• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Perempuan yang Menikahi Burung Hantu: Upaya Menciptakan Dunia Feminis

"Perempuan adalah keseluruhan yang diakumulasi pada diri sebagai subjek hidup dengan proyeksi, gejolak, perasaan, pandangan dan kebertubuhan. Ia adalah seseuatu yang kompleks, misterius, penuh, jauh dan dalam" (Dian Meiningtias)

Zahra Amin Zahra Amin
10/11/2020
in Buku, Sastra
0
kawin anak di masa pandemi
465
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Setiap perempuan membutuhkan ruang dan waktu sendiri, bagaimana menciptakan karya. Baik yang tertulis, maupun yang tidak. Penulis antologi cerpen ini, Dian Meiningtias, yang saya kenal melalui kegiatan Women Writer’s Conference, yang pernah digelar Media Mubadalah satu tahun silam, memberi gambaran nyata tentang potret seorang perempuan dengan ragam kegelisahannya.

Tentang cinta, obsesi diri, pengakuan dari orang lain dan jalan terjal menuju kesetaraan. Betapa perempuan harus tertatih menyusuri jalan itu, yang penuh onak serta duri. Tak mudah, namun tak jua membuat jiwa perempuan gentar dan goyah.

Dian menuliskannya secara apik dan menggigit, hingga tanpa sadar akan membuat kita hanyut mengikuti jalan ceritanya. Ada satu kisah yang dituliskan Dian yang meninggalkan kesan mendalam. Judulnya, “Perempuan yang Menikahi Burung Hantu”.

Secara lugas dan  sederhana, Dian menuliskannya mengalir dengan begitu indah. Bagaimana tantangan menghadapi sistem patriarkhi yang masih tumbuh subur di lingkungan terdekat kita. Perempuan sebagai kelompok rentan, sangat resisten menjadi korban perlakuan yang tidak adil dari sekitarnya.

Maka, suara perempuan meski lirih gemanya akan terdengar hingga bertahun-tahun kemudian. Dan Dian, telah berhasil menggemakan suara perempuan itu melalui dua puluh cerita pendek ini. Ada suara getir yang menyayat jiwa, namun memilih tak mau kalah dari suratan takdir yang terlanjur tertulis. Perempuan memilih melawan, dengan cara yang ia bisa. Meski harus menanggung banyak luka.

Baca Juga:

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

Dalam konteks ini, penulis bersepakat dengan Gadis Arrivia yang ia tuliskan dalam Buku “Feminisme Sebuah Kata hati”, bahwa perempuan menulis untuk menciptakan dunia feminis. Dan untuk melakukan hal tersebut, pertama kali yang harus dilakukan adalah menyadari adanya kepalsuan dunia patriarkal yang mengintimidasi posisi perempuan, sehingga mengakibatkan adanya ketidakadilan terhadap perempuan.

Ide dan struktur patriarki ini perlu dilawan dengan suara-suara perempuan atau wacana-wacana perempuan. Selanjutnya, mengevaluasi kembali kualitas-kualitas feminin. Hal ini berarti terfokus pada dunia-dunia simbolis, mitos, imaji dan bahasa.

Usaha-usaha tersebut dilakukan lewat penggalian budaya-budaya feminin, apakah itu lewat kehidupan binatang, sisa-sisa arkeologi, pengalaman-pengalaman perempuan yang terlupakan dan tidak dipentingkan, tabu-tabu yang berhubungan dengan “pendiaman”, serta unsur-unsur keperempuanan.

Para feminis yang berhaluan untuk menghidupkan kualitas feminin, kembali bertekad untuk menciptakan kembali suatu seni perempuan dan bahasa perempuan. Penetapan bahwa bahasa itu penting dalam studi feminis sangat masuk akal. Beberapa penulis perempuan terkenal, seperti Virginia Woolf mengungkapkan bahwa kalimat-kalimat perempuan berbeda dengan kalimat-kalimat laki-laki.

Sehingga dengan demikian, bahasa mengkonstruksi realitas. Termasuk pada lima pengalaman sosiologis,  beban dan kekerasan berlapis yang sering dialami perempuan. Dan secara gamblang, pengalaman-pengalaman perempuan tersebut  telah dituturkan dengan baik oleh Dian di beberapa cerita dalam antologi cerpennya.

Selain berkaca pada kehidupan pribadi sendiri, perempuan-perempuan di sekitar, serta para penyintas yang berupaya tetap tegak berdiri, meski hanya dengan satu kaki, menjadi potret nyata bagaimana kehidupan telah begitu keras menghantam  perempuan. Jika tak ada yang menuliskannya, suara itu akan hilang, timbul tenggelam ditelan ombak zaman. Bahkan hingga tahun-tahun mendatang, ia hanya serupa cerita yang hampa makna.

Sehingga saya berharap, tak hanya Dian, tetapi kelak akan banyak terlahir penulis-penulis perempuan lainnya, yang tak hanya mampu mengemas bahasa  dengan begitu indah dibaca, namun juga diselipkan seluruh pengalaman perempuan, sejak ia terlahir ke dunia hingga akhir menutup mata.

Sebagaimana yang dituliskan Dian dalam Kata Pengantar Antologi Cerpennya, bahwa perempuan adalah keseluruhan yang diakumulasi pada diri sebagai subjek hidup dengan proyeksi, gejolak, perasaan, pandangan dan kebertubuhan. Ia adalah seseuatu yang kompleks, misterius, penuh, jauh dan dalam.

Lebih jauh Dian juga mengungkapkan, dalam dinamika hidup, perempuan adalah pribadi yang teguh sekaligus mudah berubah karena ia memiliki perasaan yang dalam. Namun perempuan juga menjadi pribadi yang mengedepankan perasaan yang tak pernah menisbahkan ia sebagai pribadi lemah, ia utuh sebagai manusia yang dipersiapkan untuk menjadi ibu yang peka memahami kebutuhan. Meski menikah ataupun tidak, bersepakat mempunyai keturunan yang lahir dari rahimnya atau tidak, perempuan tetaplah utuh tersebutkan sebagai perempuan, ibu bumi  bagi seluruh kehidupan manusia di dunia ini. []

Tags: Antologi CerpenfeminismeKesetaraanPenulis PerempuanSastra
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Kapan Menikah

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

29 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Fiqhul Usrah

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

25 Juni 2025
Hakikat Berkeluarga

Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

23 Juni 2025
Fiqh Al Usrah

Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID