Mubadalah.id – Salah satu ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menyebutkan bahwa apabila sebuah perkawinan yang sudah berjalan puluhan tahun membuat suami istri merasa tidak perlu lagi terikat oleh perjanjian perkawinan yang mereka buat dulu pada saat menjelang atau sedang akad nikah.
Hal tersebut, menurut Nyai Badriyah menjadi hal yang lumrah terjadi, yaitu perjanjian perkawinan bisa diakhiri dengan persetujuan bersama. (Baca juga: Kisah Penciptaan Manusia dan Stigmatisasi Perempuan)
Seperti halnya ketika membuatnya, pencabutan ini juga bisa mendaftarkan ke KUA tempat perkawinan. Setelah pendaftaran ini, pencabutan mengikat kepada suami istri. (Baca juga: Series Yang Hilang Dalam Cinta, Kisah tentang Dominasi Pasangan dan Toxic Relationship)
Maka, Nyai Badriyah menegaskan bahwa tampak jelas bahwa perjanjian perkawinan bukan hal yang tabu, menyeramkan dan menyulitkan sebagaimana oleh sebagian orang bayangkan. (Baca juga: Sambut KUPI II, UIN Raden Fatah Palembang Berencana Gelar Konferensi Gender dan Gerakan Sosial)
Sebaiknya ia bisa menjadi alat proteksi hak yang cukup efektif khususnya bagi istri selama memerlukannya.
Oleh sebab itu, Nyai Badriyah mengingatkan, sudah saatnya melihat perjanjian perkawinan secara wajar dan proposional sebagai salah satu ikhtiar mewujudkan keluarga sakinah di mana masing-masing pihak punya hak yang terjaga dan kewajiban yang tertunaikan. (Rul)